Setelah sesi latihan basket hari ini yang melelahkan, Keegan merasa badannya semakin tidak nyaman. Punggungnya terasa pegal dan kepalanya berdenyut. Sementara para junior mengucapkan terima kasih dan berpamitan, Keegan berusaha menahan rasa tidak enak yang semakin parah.
Sesampainya di rumah, Keegan langsung menuju ke dapur. Dia menemukan ibunya, Maya, sedang sibuk mempersiapkan makan malam. Maya menoleh ketika melihat Keegan yang tampak tidak bersemangat.
"Keegan, kamu keliatannya capek banget, kamu baik baik aja kan?" tanya Maya.
"Mah, badan aku ngga enak, kayaknya mau demam deh" ujarnya.
Maya segera menghentikan aktivitasnya dan menghampiri Keegan. Dengan ekspresi khawatir, dia memeriksa suhu tubuh Keegan menggunakan termometer yang ada di dapur. Hasilnya menunjukkan suhu yang lebih tinggi dari biasanya.
"Kamu demam, Keegan. Nanti mamah buatin teh ya. Kamu jangan keluar malam ini."
Keegan mengangguk dan merasa lega mendengar kepedulian ibunya. Dia mengikuti saran Maya dan pergi ke kamarnya dengan langkah yang terasa berat. Setiap gerakan tubuhnya rasanya semakin melelahkan.
Di kamar, Keegan langsung terbaring di tempat tidur. Suara riuh dari luar jendela terasa semakin mengganggu, dan dia merasa terasing di dalam ruangan yang seharusnya nyaman. Tubuhnya terasa lemas, dan kepalanya semakin berat.
Sambil berbaring, Keegan menyadari satu hal penting yang terlewatkan. Sejak tadi siang sebelum melatih basket hingga saat ini, dia belum memberikan kabar kepada Ranya. Keegan tahu bahwa Ranya pasti khawatir jika tidak mendapatkan kabar darinya.
Keegan meraih ponselnya yang terletak di meja samping tempat tidur. Dia membuka aplikasi pesan dan mencari nama Ranya. Setelah mengetik pesan singkat, dia memeriksanya sekali lagi sebelum mengirimkan.
Setelah mengirimkan pesan, Keegan meletakkan ponselnya di samping tempat tidur dan menutup mata. Dia berharap Ranya tidak terlalu khawatir. Kesehatannya yang memburuk membuatnya merasa terasing dan lebih membutuhkan dukungan daripada sebelumnya.
Beberapa menit kemudian, ponsel Keegan bergetar. Ranya membalas pesannya dengan penuh perhatian.
Keegan merasa sedikit lega membaca pesan tersebut. Dia membalas dengan cepat, mencoba meredakan kekhawatiran Ranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANYA
Teen FictionRanya Aireena Veenstra adalah seorang gadis blasteran Indonesia-Belanda yang tinggal di Jakarta bersama keluarganya. Ayahnya, Veenstra, memutuskan untuk menetap di Indonesia setelah menikahi Laura, seorang wanita Indonesia. Ranya, anak pertama dari...