Setelah meninggalkan rumah Keegan, Ranya merasa campur aduk. Meskipun senang bisa menjenguk Keegan dan memberikan dukungan, dia juga merasa khawatir karena harus meninggalkannya. Begitu sampai di rumah, dia segera melangkah masuk ke dalam rumah dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Ranya mengambil pakaiannya di lemari, "Badan gue rasanya mau rontok,capek banget" ujarnya.
Dia membuka keran air panas dan membiarkan uap memenuhi ruangan mandi. Ranya memasukkan pakaian kotor ke dalam keranjang dan melangkah ke bawah pancuran. Air hangat mengalir di tubuhnya, menghilangkan rasa lelah dan stres dari hari itu. Ranya mengambil sabun dan mulai membersihkan tubuhnya dengan lembut.
Ranya menggosokkan sabun keseluruh badannya, berharap rasa lelah perlahan menghilang mengikuti aliran air yang terbuang melalui lubang di bagian pojok kamar mandi.
Setelah beberapa menit, Ranya keluar dari kamar mandi dengan handuk besar melilit tubuhnya. Dia menuju kamar tidur untuk mengganti pakaian dengan sesuatu yang lebih nyaman. Dia memilih pakaian santai dan mulai merapikan rambutnya di depan cermin.
Sementara itu, di ruang makan, ibunya, Laira, sedang mempersiapkan makan malam. Ayahnya, Veenstra, dan adik laki-lakinya, Leonel, juga sudah berkumpul di meja makan. Mereka sibuk menyiapkan piring dan menata meja.
Veenstra baru melihat kehadiran Ranya "Loh udah pulang? sini makan" ujar Veenstra melihat putrinya yang terlihat sangat lelah.
"malam ini makan apa Bun?" tanya Leonel kepada Laura.
Laura tersenyum sambil menghidangkan hidangan ke meja "Hari ini kita makan ayam panggang sama sayur sop,terus ada kentang rebus. Bunda juga bikin salad buah."
Ranya bergabung dengan keluarganya di meja makan, merasa nyaman berada di tengah-tengah mereka. Dia duduk di kursi dan mulai menyajikan makan malam ke dalam piringnya.
Ranya mencium aroma wangi masakan Laura, "hmm, baunya enak banget".
Laura tersenyum bangga saat melihat keluarga mereka berkumpul di meja makan.
"Terima kasih, Sayang. Bunda seneng deh kalian suka masakan bunda malam ini"
"Kita selalu suka, Bun. Apapun masakannya, iya kan?" Veenstra memuji istrinya, membuat Laura merasa percaya diri dengan masakannya. Ranya dan Leonel hanya menggangguk untuk menjawab, karena mulut mereka sudah terisi sesuap nasi dengan lauk pauknya.
Mereka mulai makan sambil berbincang tentang kegiatan sehari-hari mereka. Ranya menceritakan tentang kunjungannya ke rumah Keegan dan bagaimana Keegan tampak manja ketika sakit.
"Kamu kok pulangnya sore banget kak?" tanya Veenstra.
"Keegan sakit, Yah, Bun" ujar Ranya memberi tahu kedua orang tuanya.
"Ka Keegan sakit? kemarin dia nglatih basket kak" ujar Leonel.
"Iya, dia demam."
"Kasian, semoga cepat sembuh ya" ujar Veenstra.
Selama makan malam, keluarga Ranya saling bertukar cerita lucu dan berbagi pengalaman hari itu. Mereka semua tampak menikmati waktu bersama, membuat suasana menjadi hangat dan penuh kebersamaan.
"Leonel di latih sama Keegan juga?" tanya Laura.
Leonel mengangguk, ia menelan makanannya sebelum berbicara, "iya mah, tapi Leonel belum pernah di latih sama ka Keegan, soalnya kan ada jadwal pelatihnya."
"terus, kapan kamu di latih sama dia?" tanya Ranya.
"minggu depan mungkin. soalnya minggu sekarang kan ka Keegan nglatih kelas sepuluh" ujar Leonel. Ranya mengangguk paham.
Setelah makan malam selesai, keluarga Ranya duduk di ruang tamu untuk menonton VT yang baru saja tayang. Mereka semua duduk nyaman di sofa, sambil menonton acara yang menampilkan berbagai berita dan gosip terbaru dari luar daerah.
"kalau jam segini tuh beritanya menarik" ujar Veenstra.
"eh....Ayah udah keracunan bunda suka nonton gosip ya?" ujar Leonel, biasanya Veenstra paling anti untuk menonton berita seperti itu.
Veenstra dan Laura tertawa. "iya nih, gara gara Ayah ngga pernah lembur lagi, jadi bunda kamu ngajak ayah nonton gosip terus" ujar Veenstra. Ranya tertawa.
Acara VT mulai tayang, dan keluarga Ranya fokus menonton layar televisi. Berita yang ditampilkan cukup menarik dan menampilkan berbagai klip tentang aktivitas dan kejadian di sekolah.
"Kasian banget kalau sekolah udah ada perundungan gitu, itu gimana yang jadu gurunya?"
"kayaknya mereka ngga tau Bun, mungkin yang liat kejadian itu ngga berani lapor juga, karena takut mereka yang jadi sasaran." leonel menjawab.
"sekolah kamu ada perundungan ngga?" tanya Veenstra.
"ngga ada si yah, tapi beberapa minggu yang lalu kakak pernah_.
"Nggak yah, sekolah kita mah aman" ujar Ranya memotong ucapan Leonel yang hampir saja menceritakan tentang dirinya yang di siram air panas sama Amel.
Mereka terus menonton berita sambil tertawa dan berbincang tentang berbagai hal. Keberadaan VT memberikan kesempatan bagi mereka untuk berdiskusi dan menikmati waktu bersama.
Laura berdiri dan mengambil beberapa camilan tambahan untuk dinikmati sambil menonton.
"Bunda ngambil cemilan dulu ya, biar kita nontonnya enak" ujar Laura dan di setujui oleh Veenstra dan kedua anaknya.
Setelah mendapatkan camilan, mereka melanjutkan menonton berita sambil mengobrol santai. Suasana di ruang tamu terasa hangat dan penuh kebersamaan.
Ranya merasa puas setelah makan malam dan menikmati waktu bersama keluarganya. Dia merasa lebih baik setelah berbagi cerita dan mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekatnya.
"udah lama loh kita ngga ngobrol bareng gini" ujar Ranya.
"Iya, apalagi semenjak kakak punya pacar, duhhh jarang banget malem ada di rumah, ngapel muli hidupnya" ujar Leonel berkomentar.
"Apaan, kakak sering ko ada di rumah, kamunya aja yang asik ngegame terus." ujar Ranya tidak terima.
"Aku mah ngegame juga tetep kumpul sama Ayah Bunda, lah kakak? kakak keluar rumah jalan sama ka Keegan."
Laura dan Veenstra yang melihat perdebatan itu pun merasa bingung.
"Hehhh, kenapa si malah berantem gini" Laura melerai perdebatan anaknya.
Ketika acara VT berakhir, keluarga Ranya merasa siap untuk istirahat. Mereka mematikan televisi dan mulai bersiap-siap untuk tidur.
"Selamat tidur anak anak, jangan lupa kunci semua pintu, jendela kamar kalian yaa, biar aman" ujar Laura.
Setiap hari laura mengingatkan hal tersebut kepada Ranya dan Leonel.
Ranya mengucapkan selamat malam kepada keluarganya dan menuju kamar tidurnya. Dia merasa bersyukur atas dukungan dan kebersamaan keluarganya. Sebelum tidur, dia mengirimkan pesan singkat kepada Keegan untuk menanyakan bagaimana keadaannya.
"Keegan, selamat malam, gimana keadaan kamu? udah mendingan kan?"
Setelah mengirimkan pesan, Ranya mematikan lampu kamar dan bersiap untuk tidur. Dia merasa tenang dan puas karena telah melakukan yang terbaik untuk mendukung Keegan dan menikmati waktu bersama keluarga. Dengan pikiran yang lebih ringan, Ranya akhirnya tertidur dengan nyenyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANYA
Teen FictionRanya Aireena Veenstra adalah seorang gadis blasteran Indonesia-Belanda yang tinggal di Jakarta bersama keluarganya. Ayahnya, Veenstra, memutuskan untuk menetap di Indonesia setelah menikahi Laura, seorang wanita Indonesia. Ranya, anak pertama dari...