Part 35

34 4 4
                                    

Pagi itu, Ranya berjalan memasuki gerbang sekolah dengan langkah yang sedikit berat. Meski berusaha menenangkan hatinya, pandangan matanya tertuju pada sebuah pemandangan yang membuat dadanya terasa sesak. Di kejauhan, dia melihat Keegan turun dari mobil bersama Shasa. Mereka tampak berbincang dan tertawa, seolah-olah tidak ada yang salah.

Rasa sakit hati yang selama ini dia coba tahan kembali muncul dengan hebat. Ranya mengepalkan tangannya erat-erat, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Di sudut lain, Jevi, Clara, dan Kyle juga melihat pemandangan yang sama. Mereka langsung mendekati Ranya dengan ekspresi marah.

"Ranya, kok... kok Keegan sama Shasa?" Jevi bertanya, mereka bertiga di buat bingung dengan ini.

"Sstt, udah ya, kalian diem aja" ujar Ranya dengan suara pelan menahan kesedihan.

"Ra, ini ngga bisa di biarin lah Ra, seenaknya kaya gitu." ujar Kyle tak terima.

"Iya, Ra. Kita nggak bisa diam aja. Kita tahu perjuangan Keegan buat dapetin kamu, tapi sekarang dia malah kayak gini?"

"Kurang ajar, harus gue samperin" Kyle sudah melangkah, namun dengan cepat Ranya menarik tangan Kyle.

Ranya menatap teman-temannya dengan mata berkaca-kaca. Dia tahu mereka peduli padanya, tapi dia juga tahu ini bukan saat yang tepat untuk konfrontasi terbuka. Dia mengambil napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya.

"Please, mereka itu udah temenan lama. Kalian nggak perlu ikut campur. gue yakin kok Keegan sama Shasa ngga ada hubungan lebih dari sahabat."

Jevi menatap Ranya sendu. "Tapi, Ranya, dia bisa bisanya di depan lo kaya gitu."

"Gue tahu, Jevi. Tapi tolong, kalian percaya sama gue ya."

Jevi, Clara, dan Kyle saling bertukar pandang, merasa marah dan frustasi. Mereka ingin melindungi Ranya, tapi mereka juga menghormati keinginannya. Dengan berat hati, mereka akhirnya setuju untuk tidak ikut campur.

"Kalau ternyata tebakan lo salah, lo bilang ke kita ya Ra, biar kita maju paling depan." ujar Clara.

Ranya mengangguk pelan, merasa lega teman-temannya akhirnya mengerti. Namun, di dalam hatinya, dia merasa sakit yang luar biasa. Melihat Keegan bersama Shasa membuat hatinya hancur, tapi dia tahu dia harus tetap kuat.

Sementara itu, Keegan dan Shasa berjalan menuju ruang kelas. Shasa tampak tidak menyadari ketegangan yang terjadi di antara teman-teman Ranya. Dia hanya menikmati hari keduanya di sekolah baru, berusaha mengenal lingkungan sekitarnya. Sorot mata tajam dari siswa siswi lainpun Shasa dapatkan, mereka tidak suka melihat Shasa yang berdekatan dengan Keegan, karena mereka tau jika Keegan adalah pacar Ranya.

Ketika bel berbunyi, semua siswa segera masuk ke kelas masing-masing. Ranya berusaha fokus pada pelajaran, tapi pikirannya terus melayang kepada Keegan. Dia tahu dia harus segera bicara dengan Keegan untuk mendapatkan kejelasan tentang hubungan mereka.

Saat jam istirahat, Ranya mencari kesempatan untuk berbicara dengan Keegan. Dia melihat Keegan duduk bersama teman temannya. Ranya dan ke empat temannya ikut bergabung di meja Keegan, Jeff dan Tanra. Suasana dingin menyelimuti meja mereka, bahkan Tanra bingung harus bagaimana. Tanra dan Jeff saling pandang.

"Keegan, aku perlu bicara."

Keegan mendongak dan menatap Ranya. Dia tampak terkejut, tapi dia segera mengangguk.

"Boleh, mau dimana?" tanya Keegan.

Ranya menarik pelan tangan Keegan, Shasa yang melihatnya sedikit bertanya tanya.

"Mereka keliatan deket gitu, ada hubungan apa ya?" Tanya Shasa sambil memperhatikan Ranya dan Keegan yang keluar dari kantin.

"Mereka Pa_.

RANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang