Part 8

90 11 0
                                    

Ranya membasuh wajahnya yang terlihat sedikit kusam, setelah selesai gadis itu langsung keluar dari kamar mandi.

"Khem," Ranya terlonjak kaget, melihat seorang pria berdiri di samping pintu kamar mandi, bersandar di tembok dengan tangan yang terlipat ke depan.

Ranya reflek memukul lengan pria itu, "Keegan? Ngagetin ih," ujar Ranya, memegang dadanya yang berdetak kencang.

Keegan mendekati Ranya, senyumnya terbit begitu saja, "Gue minta maaf soal tadi pagi," ujar Keegan. Keegan menyelipkan rambut Ranya yang menutupi wajah ke daun telinga.

"Apaan sih, nggak penting juga," ujar Ranya, gadis itu salah tingkah melihat ketampanan Keegan yang berlebihan, pria itu sangat tampan.

"Yakin?" Keegan meledek.

"Masih suka gue?" tanya Ranya, entah apa yang ada di pikiran Ranya, bisa-bisanya tanpa rasa malu dia menanyakan hal itu.

"Today, tomorrow, and if you respond to my feelings, maybe forever," ujar Keegan sangat dalam.

Ranya tertawa, "Apasih Keegan, lucu banget, jago gombal juga ya kutub ini," ujar Ranya.

"Kapan lo suka gue?" tanya Keegan.

"Maunya kapan?"

"Sekarang," ujar Keegan.

"Nanti ya, butuh proses," ujar Ranya.

"Jangan PHP-in gue."

"Jangan mengharapkan yang belum pasti dulu ya, Gan, gue takut lo kecewa sama gue," ujar Ranya. Keegan menunduk, sebelum akhirnya dia mengatakan satu kalimat yang membuat Ranya terdiam, "Gue nggak akan maksa lo buat suka balik sama gue, tapi izinin gue buat mantau lo terus ya, Ra. Kalau nanti ternyata gue nggak bisa sama lo, gue bakalan lepas lo dan nggak akan mantau lo lagi, anggap aja tugas gue selesai," ujar Keegan. Ranya terdiam mencerna apa yang Keegan katakan.

Keegan mengusap rambut Ranya, "Ke kelas gih, bentar lagi bel masuk," ujar Keegan, setelah itu ia pergi.

"Jadi lo suka gue bukan tulus dari hati? Tapi karena permintaan Hanif buat jagain gue?" ujar Ranya. Keegan menghentikan langkahnya, pria itu membalikkan badan dan menatap Ranya dengan posisi lima langkah dari posisinya.

"Gue tulus, secantik dan sebaik lo siapa sih yang nggak suka? Bahkan gue siap buat bersaing sama puluhan orang yang ngagumin lo," ujar Keegan.

Ranya hanya bisa menatap Keegan dengan campuran perasaan bingung dan kagum. "Gue nggak tahu harus bilang apa, Keegan. Gue butuh waktu buat bener-bener mengerti perasaan gue sendiri."

Keegan tersenyum lembut. "Nggak papa, Ra. Gue akan tetap ada di sini, ngedukung lo dari jauh atau dekat, terserah lo maunya gimana."

Ranya mengangguk pelan, "Makasih, Keegan."

Keegan melangkah mendekat lagi, menatap dalam mata Ranya, "Ingat, Ra, gue di sini bukan karena permintaan Hanif. Gue di sini karena gue peduli sama lo."

Ranya merasa hatinya berdebar semakin kencang. "Gue juga mau tahu lo lebih dalam, Keegan. Mungkin kita bisa mulai dengan jadi teman baik dulu."

Keegan mengangguk setuju. "Gue siap kapan aja, Ra. Balik ke kelas sana, nanti temen lo nyariin" ujar Keegan, Ranya mengangguk.

RANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang