Pagi berikutnya, semua bangun dengan semangat baru. Mereka berkumpul di ruang makan untuk sarapan sebelum memulai aktivitas hari itu. Tanra, yang sudah siap dengan kamera, langsung bersuara.
"Selamat pagi, semuanya! Siap-siap buat hari yang penuh petualangan! Gue udah siap dengan kamera buat menangkap momen-momen seru."
Jevi, yang masih mengantuk, cuma nyengir. "Lo emang nggak ada capeknya, ya? Selalu aja mau foto."
Kyle, yang udah siap dengan pakaian snorkling, nambahin. "Yuk, kita siap-siap. Gue udah penasaran sama apa yang ada di bawah laut."
Clara, sambil menyiapkan minuman, berkomentar. "Jangan lupa, kita harus hati-hati. Jangan sampai ada yang hilang."
Tanra, yang lebih santai, "paling juga yang lo Cla, di makan megalodon" celetuk Tanra.
"Kurang ajar"
Mereka semua akhirnya berangkat ke pantai, siap untuk snorkeling dan menikmati keindahan bawah laut Lombok. Ranya dan Keegan, seperti biasa, terlihat sangat mesra. Mereka berdua memilih untuk berenang bersama di area yang lebih dalam.
Jeff, yang masih asik dengan kameranya, terus-menerus mengambil foto. "Eh, kalian, jangan malu-malu. Ini momen yang harus diabadikan."
"Mala malu mala malu. Ngga ada mata malu buat kita yang urat malunya udah tinggal sepotong" ujar Tanra.
Jevi, yang udah mulai nyaman dengan aktivitasnya, bercanda. "Kalau gue nggak terlihat bagus di foto, salahin Jeff yang bikin pose jelek."
Jeff ngakak. "Gue cuma ngambil gambar aja. Kalau lo jelek, itu bukan salah gue. mungkin mukanya emang kaya gitu"
"wah nih anak. Lo ngatain gue jelek hah?"
"kan lo yang mulai"
"Ssttt, udah udah. masih pagi jangan bikin ibur deh" ujar Kyle.
Sementara itu, Kyle dan Clara, meskipun sering bertengkar, mulai menikmati waktu bersama. Kyle berusaha memperhatikan Clara saat snorkeling. Clara, dengan senyum lembut.
Clara dan Keegan, mereka terpisah dengan teman teman yang lain. pandangan keegan teralihkan saat kaki Ranya mengeluarkan darah.
Keegan langsung mengangkat Ranya ke atas, "Kaki kamu kenapa?" tanya Keegan sangat panik.
teman teman lain yang menyadari itu langsung menghampiri.
"Ra, lo kenapa?" tanya Jevi.
"Kena cangkak kerang, pas di bawah ngga sengaja ke injek."
"di obatin dulu. takut infeksi." ujar Clara.
Keegan membawa Ranya ketepian, ia berlari ke Villa untuk mengambil kotak obat dan mulai mengobati kaki Ranya yang masih mengeluarkan darah.
Hari itu terasa begitu menyenangkan, dan mereka semua merasa puas dengan pengalaman baru mereka. Setelah snorkeling, mereka semua kembali ke villa untuk beristirahat dan bersiap-siap untuk makan malam.
Ranya dan Keegan duduk di luar, menikmati sepoi angin dengan gesekan daun kelapa yang bersentuhan.
"Nikmatin liburannya nggak?" tanya Keegan. Memastikan gadisnya agar merasa puas disini.
"Nikmatin lah, suasananya enak." ujar Ranya.
Keegan melihat kebawah, lebih tepatnya melihat kaki Ranya yang di perban. "buat jalannya masih sakit?" tanya Keegan. Ranya mengikuti arah pandang Keegan.
"Masih" ujar Ranya.
Keegan mengusap kepala Ranya, "maaf ya, aku ngga bisa jaga kamu." ujarnya. Ranya hanya mengangguk dengan senyum tipis.
Malam itu, suasana di villa kembali hangat. Mereka semua berkumpul di meja makan untuk menikmati makan malam yang telah disiapkan. Jeff, yang sudah mulai tidak sabar, bilang.
"Jadi, apa rencana kita untuk malam ini? Ada yang mau main game atau cuma mau ngobrol?"
Jevi, dengan nada yang lebih santai, balas. "Gue sih lebih suka main game."
Tanra nambahin dengan senyum. "Kalau game, gue siap. Kita butuh sesuatu untuk menghabiskan malam terakhir disini."
Mereka semua akhirnya memutuskan untuk bermain game papan dan ngobrol. Suasana malam itu penuh tawa dan kebahagiaan. Meskipun ada sedikit keributan dan perbedaan pendapat, liburan ini tetap menjadi momen yang berharga bagi mereka semua.
Ranya, yang duduk di samping Keegan, memandang sekeliling dengan senyum puas. "Ini liburan pertama gue ke lomblok" ujar Ranya.
"Gue yang kesekian" ujar Tanra dengan wajah sombong.
"Dih, ngga nanya" celetuk Clara.
"Tuh kan, mulai nih. Bisa tolong buang dia nggak?" ujar Tanra berusaha untuk tidak membalas dengan emosi. walaupun hanya gurauan saja.
Dengan suasana yang semakin hangat dan penuh tawa, mereka semua merasa sangat bahagia. Meskipun hari-hari mereka dipenuhi dengan keributan dan ketegangan kecil, liburan ini menyatukan mereka lebih dekat, menjadikannya pengalaman yang tak akan mereka lupakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANYA
Teen FictionRanya Aireena Veenstra adalah seorang gadis blasteran Indonesia-Belanda yang tinggal di Jakarta bersama keluarganya. Ayahnya, Veenstra, memutuskan untuk menetap di Indonesia setelah menikahi Laura, seorang wanita Indonesia. Ranya, anak pertama dari...