Seminggu telah berlalu sejak Shasa berusaha kembali masuk ke dalam kehidupan Keegan, tetapi perasaan yang pernah ada di masa lalu tak kunjung muncul kembali. Shasa kerap mendekati Keegan dengan bantuan Ranya tanpa sepengetahuan Keegan, bahkan hampir setiap kesempatan dia berusaha untuk berada di dekatnya. Namun, semakin sering mereka bersama, Keegan merasa ada sesuatu yang salah. Dia mulai merasa risih dengan perhatian yang berlebihan dari Shasa.
Di kantin, saat Shasa mencoba duduk lebih dekat dengan Keegan, pria itu hanya memberikan senyum tipis yang tampak dipaksakan. Kepalanya lebih sering menunduk, fokus pada makanan di depannya, atau berpura-pura memeriksa ponsel. Tapi dia tahu, tak peduli seberapa keras dia mencoba mengalihkan pikiran, perasaan tidak nyaman itu tetap ada.
"Kegan, lo masih ingat nggak waktu kita main basket bareng dulu? Seru banget ya, kalau sekarang kita ulang lagi pasti tambah seru!"
Keegan mengangguk singkat, tetapi tidak merespon lebih dari itu. Sebenarnya, dia lebih memilih jika percakapan itu berakhir, tapi Shasa tampaknya tak menyadari perubahan sikap Keegan.
Semenjak Ranya memberikan Janji kepada Shasa, Ranya terus menghindari Keegan. Dia tak ingin melihat bagaimana Shasa berusaha mendekati Keegan lagi. Setiap kali Keegan muncul di kantin atau di sekitar taman sekolah, Ranya dengan cepat mencari alasan untuk pergi. Dia lebih sering menghabiskan waktu di perpustakaan atau membantu guru-guru hanya untuk menghindari pertemuan yang tidak diinginkan.
Suatu hari, Ranya sedang berjalan menuju kantin bersama Clara,Kyle dan Jevi. Mereka bertiga sedang asyik membicarakan tugas sekolah ketika dari kejauhan, Ranya melihat Keegan di kantin bersama Shasa, Jeff dan Tanda. Seketika, langkahnya terhenti.
"Ra, kenapa berhenti? katanya ke kantin." ujar Clara.
"Kayaknya gue mau ke perpustakaan aja deh. Ada buku yang mau gue cari."
"itu mah gampang, bisa nanti habis makan,Ra." ujar Jevi.
"Ngga mau, takut bukunya udah di ambil duluan sama orang." Alibi Ranya.
Ranya tersenyum tipis, berusaha menutupi kegelisahannya.
"Ngehindar dari Keegan lagi?" tanya Kyle.
"Mmm, nggak lahh. Udah yaa kalian duluan aja, nanti gue nyusul deh."
Jevi,Kyle dan Clara saling pandang, tapi mereka memutuskan untuk tidak memaksa Ranya.
"Oke deh, tapi jangan lama-lama ya."
Ranya hanya mengangguk sebelum bergegas menuju perpustakaan. Dia tahu, ini hanya alasan lain untuk menghindari Keegan.
Keegan menyadari perubahan sikap Ranya, Keegan juga selalu melihat ketika Ranya pergi meninggalkan tempat yang sedang ia tempati.
"Gue keluar bentar." ujar Keegan.
"mau kemana gan?" tanya Shasa, namun tidak mendapatkan jawaban dari Keegan.
Jeff langsung mencekal pergelangan tangan Shasa saat gadis itu akan menyusul Keegan. "Udah lo disini aja, takut banget Keegan di ambil orang, lagian lo bukan siapa siapanya juga." ujar Jeff terang terangan dengan nada tidak suka.
"Apaan si, lo jahat banget ngomong gitu" ujar Shasa.
"Lah, yang ada juga lo yang jahat kali Sha." timpal Tanra.
Dan disini, di kantin bagian belakang sekolah Ranya duduk, dia sengaja memilih kantin yang tidak pernah Keegan kunjungi, agar dia bisa tenang menghindari Keegan. Untung saja sekolahnya memiliki tiga kantin, sehingga dia bisa mengisi perutnya dengan tenang.
"Kenapa jauhin aku?" suara berat dari belakang membuat Ranya menghentikan makannya. Ranya terdiam ketika mengenali pemilik suara tersebut.
Keegan maju, duduk di hadapan Ranya, merampas makanan dari hadapan Ranya dan menyembunyikan makanan di belakang tangannya yang bertumpu di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANYA
Teen FictionRanya Aireena Veenstra adalah seorang gadis blasteran Indonesia-Belanda yang tinggal di Jakarta bersama keluarganya. Ayahnya, Veenstra, memutuskan untuk menetap di Indonesia setelah menikahi Laura, seorang wanita Indonesia. Ranya, anak pertama dari...