Diara terbangun dari tidurnya lagi setelah kembali terlelap tidur setelah lelah menangis tadi pagi. Ia segera duduk dan memperhatikan kamar dimana ia berada sekarang. Dari arah kamar mandi, ia mendengar suara gemericik air, 'Dia sedang mandi' batinnya.
Diara melihat ke arah bawah, tadi ia sudah memakai pakaiannya setelah bangun, namun laki-laki itu kembali membuka bajunya saat ia tertidur.
Diara membekap mulutnya, air matanya mengalir tanpa bisa ia tahan. Apa laki-laki itu melakukannya lagi kepadanya saat ia tidur?
Diara mencoba untuk berdiri, tapi bagian vitalnya terasa begitu sakit, tidak mungkin laki-laki itu melakukannya lagi. Jika iya, pasti ia terbangun karena merasakan sakit di bagian itu.
Diara segera memakai dalamannya yang berserakan di lantai. Namun ia kehilangan pakaian yang kemarin dipinjamkan Reni untuk ia pakai. "Dimana pakaianku?" gumam Diara kebingungan.
Diara ingin segera pergi dari sana, bayang-bayang peristiwa semalam terus membayanginya.
Air matanya seketika menetes, ia mencari pakaian itu, tapi tidak terlihat sama sekali. Tidak mungkin ia keluar kamar tanpa menggunakan pakaian sama sekali.
"Ya Tuhan, mana bajuku?" batinnya dengan air mata menetes menahan rasa takut akibat peristiwa semalam.
Pintu kamar mandi terbuka, Diara yang tengah berdiri mencari pakaiannya seketika kaget, ia naik ke atas ranjang dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
Adrian melihat datar ke arah Diara yang bersembunyi di bawah selimut ia kemudian menuju lemari dan memakai bajunya, Sementara Diara masih meringkuk di dalam selimut sembari menyembunyikan tubuhnya.
"Mandilah, kita harus membicarakan hal ini," gumam Adrian.
Diara hanya diam, ia masih meringkuk disana, malu untuk keluar dengan memakai dalaman saja.
"Kamu nggak dengar!" ucap Adrian menahan kesal.
"Maaf, pakaian ku tidak ada," jawab Diara dengan menahan takut.
Adrian kemudian mendekati Diara, semakin ia mendekat, semakin jelas ia dengar isak tangis Diara, perempuan itu masih terbayang-bayang apa yang dilakukan Adrian tadi malam kepadanya.
"Maaf," gumam Adrian.
Diara masih diam tak bersuara, membuat Adrian kebingungan harus bicara apa, Adrian kemudian membelai rambut Diara, namun gadis itu segera menghindar saat merasakan tangan Adrian menyentuhnya.
"Aku tahu aku salah, tolong maafkan aku," gumam Adrian lagi.
Namun perempuan yang diajak bicara masih diam membisu.
"Aku nggak sebajingan yang kamu bayangkan, aku tidak pernah memaksa perempuan untuk tidur denganku," jelas Adrian. "Semalam aku pikir kamu menggodaku, tapi tadi aku sadar, kamu pasti diberi obat perangsang sehingga seperti itu."
Diara menelan salivanya mendengar ucapan Adrian, siapa yang memberinya obat perangsang? Apa Reni? batinnya bertanya-tanya.
Adrian menarik Diara dan memeluknya, "Lepas" teriak perempuan itu. Namun Adrian tetap menariknya, gadis itu meronta-ronta agar lepas dari Adrian, namun Adrian semakin menguatkan pelukkannya.
"Lepas! lepas! dasar brengsek, bajingan." Maki Diara dengan histeris dan ketakutan. "Tolong lepaskan aku, jangan kotori aku lagi, lepaskan, aku mohon."
Air matanya mengalir tanpa bisa ia tahan, sentuhan Adrian membawa ingatannya atas apa yang telah Adrian lakukan kepadanya semalam.
"Aku mohon maaf, sungguh, aku tak ingin menyakitimu," ucap Adrian ikut menangis mendengar suara histeris Diara dipelukkannya, ia tak kuasa mendengar suara Diara yang menyayat hatinya. Ia tak pernah menyangka kalau ia akan menghancurkan masa depan gadis itu. Bahkan mungkin ia telah menggoreskan luka mendalam bagi Diara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiada Hutang Dalam Cinta
Romancekali ini cerita drama ya teman-teman, yang suka drama bisa ngumpul, yang nggk suka, bisa diskip kok, Novelme ini pernah terbit di platform lain, sekarang diterbitkan disini, biar tulisan ku bisa di satu tempat aja