Diara seperti biasa bangun cepat di pagi hari, walaupun hari itu weekend dan Adrian tidak akan ngantor, ia tetap memaksakan diri bangun pagi untuk membersihkan dirinya. Tubuhnya terasa lengket karena keringat pertarungannya semalam dengan Adrian. Hasrat mereka yang tertahan akibat ketukan pintu dari bu Aliah, mereka lepaskan sepuasnya hingga larut malam.
Mata Diara mengerjap perih melihat cahaya lampu yang menerangi kamarnya. Ia kemudian mengusap matanya dengan pelan sembari mengembalikan kesadarannya. Perlahan ia tarik selimut yang sedikit terbuka memperlihatkan area sensitif tubuhnya.
Diara kemudian berbalik badan, melihat Adrian yang masih tidur memeluknya dari belakang sejak semalam. Perlahan ia usap wajah Adrian, lalu ia mengecup dada suaminya itu sembari memainkan jarinya di dada Adrian.
Tangannya dengan pelan bergerak, menuliskan namanya di dada suaminya itu. Untuk kemudian ia kecup lagi dengan penuh kehangatan. “I love you mas,” gumam Diara dengan memejamkan matanya.
“I love you too, Ara.” Suara Adrian bergema di telinga Diara. Membuat mata gadis itu terbuka lagi dengan membulat kaget. Diara mengangkat kepalanya, ia lihat Adrian tengah tersenyum memandang.
“mas udah bangun?” tanya Diara dengan gugup. ahh’ Diara benar-benar malu dengan kelakuannya memainkan tangannya di dada Adrian tadi.
“udah, kamu mau lagi?” tanya Adrian yang membuat Diara membulatkan matanya.
“mas belum puas sama yang semalam ya?” tanyanya dengan ragu.
Adrian tersenyum, ia kecup singkat bibir istrinya. Untuk kemudian ia tarik kepala Diara ke dada polosnya. “kan kamu yang belum puas,” jawab Adrian dengan enteng.
“ihh, siapa juga yang belum puas” jawab Diara dengan kesal.
“wah, apa berarti kamu puas dengan permainan kita semalam,” goda Adrian dengan simpul bibirnya yang tersenyum senang mendengar ucapan Diara.
Diara mengangkat kepalanya dari dada Adrian dan memukul dada Adrian dengan pelan. “mas yang ketagihan, kok malah menyudutkanku sih,” rutu Diara.
“ya iyalah ketagihan, kamu menggoda kayak gini” ucap Adrian dengan senyumnya melihat Diara. Sesaat kemudian ia sudah menerkam istrinya lagi untuk melepaskan lagi hasratnya.
Setelah puas di ranjang, mereka kemudian menikmati waktu pagi dengan mandi bersama di kamar mandi. Menghabiskan waktu cukup lama, karena mereka tidak hanya saling membasuh badan masing-masing, tapi juga melepaskan hasrat mereka lagi.
Diara benar-benar kewalahan menghadapi nafsu suaminya itu. Tapi ia tetap tersenyum melayaninya, setiap sentuhan Adrian terasa penuh cinta kepadanya. Membuatnya terbang berkali-kali dan menggoreskan perasaan cinta yang semakin dalam dih hatinya untuk Adrian.
Sebuah kecupan dirasakan Diara di puncak kepalanya. Memecahkan lamunannya yang tengah memandangi taman kompleks yang ramai oleh keluarga. Anak-anak terlihat disana tengah bermain riang, dan orang tua mereka berada di sekitar taman sembari lari pagi.
“Ara lagi mikirin apa?” tanya Adrian mengurung Diara dalam pelukannya di dekat pagar teralis balkon lantai 2 tersebut.
“mas nantinya pengen anak laki-laki atau anak perempuan mas?” tanya Diara dengan masih menatap jauh ke arah taman tersebut.
“Duh, kamu mikirnya udah punya anak aja ya,” goda Adrian dengan usil.
Diara tersenyum tipis, ia menarik tangan kanan Adrian dan menaruhnya di depan perutnya. “mas nggak mau apa? katanya kepengen cepat punya anak,” balas Diara, kebahagiaannya saat memiliki waktu bersama Adrian seperti itu tidak bisa ia sembunyikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiada Hutang Dalam Cinta
Romancekali ini cerita drama ya teman-teman, yang suka drama bisa ngumpul, yang nggk suka, bisa diskip kok, Novelme ini pernah terbit di platform lain, sekarang diterbitkan disini, biar tulisan ku bisa di satu tempat aja