65. Buntu

5 0 0
                                    

Adrian berdiri, ia menarik tangan Diara untuk duduk di sampingnya, suasana seketika hening. Hasan merasa telah melakukan suatu kesalahan, tapi ia tidak tahu kesalahan apa yang ia perbuat. Wajah Hasan dan Andre seketika menegang melihat Adrian yang diam dengan wajah menunjukkan kemarahan. Sementara Diara duduk di sampingnya dengan kepala tertunduk lemah.

“ya udah, yuk kita makan,” Bu Aliah memecahkan kesunyian dan suasana yang menegang.

“iya bu, aku udah lapar dari tadi bu,” ucap Andre ikut mencoba mencairkan suasana.

Diara menguatkan hatinya, ia berdiri dan mengambil piring, untuk kemudian ia isi dengan nasi dan beberapa potong daging panggang. Sepiring nasi ia sajikan di depan Adrian, setelahnya ia kembali duduk dengan menunduk sedih. Sementara Andre telah sibuk memilah sambal yang hendak ia makan.

“kelaparan bangat kamu ya Ndre,” ucap bu Aliah tertawa tipis, ia masih mencoba mencairkan kemarahan Adrian.

“iya bu, gara-gara jemput si Hasan ini,” Andre sedikit mendorong bahu Hasan. “aku jadi kelaparan di jalan,”

Seketika bu Aliah dan Andre tertawa untuk memecah suasana ketegangan mereka.

“minta maaf sama istri gue, San” Adrian bergumam pelan, membuat suasana kembali terasa tegang.

“I,istri bos” ucap Hasan terbata kaget dengan apa yang ia dengar. Ia menepuk jidatnya menyesali mulutnya yang nyerocos tadi. Padahal ia tahu Adrian paling marah jika keluarganya direndahkan.

“anu, bos, gue nggak tahu tadi, sorry ya” Hasan bersikap normal seperti biasa.

Adrian berdehem pelan, membuat suasana kembali terasa tegang. Memahami apa yang terjadi, Diara berinisiatif mengelus lembut lengan Adrian, “mas, nggak apa-apa, lagian dia juga nggak tahu siapa aku,”

“minta maaf, San!” Perintah Adrian dengan nada rendah.

“I,iya bos,” jawab Hasan. Hasan kemudian berdiri, ia menundukkan kepala memberi hormat kepada Diara.

“maafkan saya, mbak,” ucap Hasan penuh rasa bersalah.

Andre kemudian menyenggol paha Hasan dengan keras. “bos Diara, lo bisa panggil bos Ara” Serunya kepada Hasan.

Hasan kembali menunduk memberikan hormat. “maaf kan saya bos Ara, aku tidak tahu kalau bos adalah istrinya bos Adrian,” ucap Hasan meminta maaf lagi.

“Duduklah mas, nanti makanannya dingin, mas nggak perlu juga minta maaf sama saya,” sahut Diara dengan datar.

Adrian menarik nafas kasar, ia paling tidak suka dengan sikap Diara seperti itu.

“ini kali pertama lo mengucapkan kata tadi buat istri gue, San,” ucap Adrian. “dan buat kalian berdua, ini tugas kalian, jika ada orang yang merendahin istri gue, apa lagi sampai nyakitin istri gue, kalian harus menjaga istri gue,”

Andre dan Hasan menunduk, “siap bos,” jawab mereka sedikit tidak kompak.

Bu Aliah menggeleng-gelengkan kepalanya melihat itu semua, ia berdiri dan mengambil piring untuk Diara dan Hasan. “udah, jangan dibahas lagi, sekarang kita makan, nanti makanannya keburu dingin,” ucap bu Aliah.

Suasana mereka perlahan berubah santai selama menikmati makan malam, Andre selalu aktif dengan candaannya bersama Hasan. Adrian sesekali menimpali lelucon para sahabatnya, sehingga sesekali suara tawa pecah disana.

Diara, ikut tersenyum melihat tingkah konyol Andre dan Hasan, dua sahabat yang jauh berbeda sikapnya dengan Adrian yang lebih kaku dan dingin. Sementara Andre dan Hasan lebih luwes dan lucu dan lebih terbuka dalam berbicara.

Tiada Hutang Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang