35. Mencintaimu

3 0 0
                                    

“Selamat pagi, Ara,” suara Adrian menyambut pagi Diara.

Ucapan selamat yang selalu ia dengar setiap membuka mata, “selamat pagi juga, Mas” jawab Diara dengan tersenyum.

“Jam berapa sekarang, Mas?” tanya Diara dengan suara serak.

Adrian memutar badannya untuk melihat jam digital di nakas, masih setengah lima. Ia masih bisa bicara banyak hal dengan Diara sebelum bersiap-siap menjemput Kamil.

Adrian mengecup ubun-ubun Diara yang terlihat masih memejamkan mata, mata Diara  terasa perih akibat cahaya lampu yang telah dinyalakan oleh Adrian.

“Mas masih sibuk hari ini ya?” gumam Diara menempelkan kepalanya ke dada Adrian, tangannya ia kalungkan ke pinggang Adrian.

“Masih, Ra, masalah perusahaan cukup banyak Ra, kemarin pemerintah ngeluarin kebijakan baru yang membuat perusahaan kemungkinan akan mengalami defisit, untuk itu aku harus atasi itu dengan cepat” jawab Adrian mengelus rambut Diara yang terasa lembut ia sentuh.

Beberapa hari belakangan Adrian selalu berbicara banyak hal dengan Diara setiap pagi, karena biasanya Diara tidur lebih dulu darinya setiap malam, sehingga setiap bangun tidur ia baru bisa berbicara banyak hal. Ia ingin membuat Diara nyaman dekat dengannya, dan selanjutnya mungkin Diara baru bisa melupakan pengalaman buruk malam itu.

“Mas Kamil kan ada, Mas, kenapa harus mas  yang kerja banyak kayak gini?” tanya Diara.

Dulu ia berpikir akan hidup senang jika jadi istri orang kantoran, ternyata tidak, suaminya sangat sibuk sehingga tidak punya banyak waktu untuknya.

“Aduh, Ra, Kamil itu nggak bisa diandalin Ra, aku nggak percaya dia bisa ngatasi semua masalah perusahaan” jawab Adrian.

“Nanti kalau aku ada waktu luang, kita bisa liburan berdua,”

“Liburan, Mas?” tanya Diara.

Boro-boro dia mikirin masalah liburan, Adrian punya waktu lebih untuknya saja udah ia syukuri, ia benar-benar suntuk jika setiap hari hanya merapikan kamar dan ruang kerja Adrian, masak, mencuci, membersihkan taman, garasi dan menyapu dan mengepel rumah.

Butuh suasana baru untuk sedikit menyegarkan pikirannya. Diara sudah cukup senang dengan kesibukan yang ada, tapi tetap saja ia butuh penyegaran agar pikirannya tidak suntuk.

“emang mas punya waktu libur?” tanya Diara.

“ada kok” jawab Adrian, pikiran Adrian kembali melayang pada gambar menara Eiffel yang ia lihat di lemari tua Diara.

“gimana kalau ke Paris, untuk 2 minggu aja, nanti aku siapkan waktuku untuk itu” lanjut Adrian.

“Paris mas? jauh amat, nanti kita buang-buang uang aja kesana” jawab Daira.

Adrian tertawa tipis, Diara terlalu takut mengeluarkan uang berlebihan untuk sekedar bersenang-senang.

“Santai aja Ra, lagian kemarin kamu juga perawatan lagikan, kenapa harus ragu lagi ngeluarin uang untuk sekedar kita liburan” ucap Adrian dengan pelan.

Diara mengeratkan pelukkannya di pinggang Adrian, ia kembali teringat Adrian pernah mengatakan Paris juga saat di rumahnya. Apa Adrian menyukai kota Paris?

“mas suka sama Paris ya, dulu mas juga ngomong soal Paris” gumam Diara yang kali ini menatap wajah Adrian yang memandang wajahnya.

Di mata Adrian Diara terlihat semakin menarik, kulit putih Diara semakin terlihat. Mungkin karena efek perawatan serta Diara yang juga mulai merawat diri di rumah dengan berbagai macam perawatan sesuai yang disarankan oleh pelayan salon untuknya. Sekarang kulit gelap Diara sudah mulai berubah putih.

Tiada Hutang Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang