50. Pertama Kali

13 0 0
                                    

Adrian tertegun, ia dekap Diara dengan erat. Pelukannya terasa hangat oleh Diara. Membuat gadis itu menghembus nafas panjang. Ternyata benar, ia benar-benar rindu pelukan itu.

“Aku sayang sama kamu Ra” ucap Adrian.

Seandainya Diara tahu kalau kamar mandi mereka jadi saksi pelampiasan hasratnya yang tak terpenuhi, apa Diara masih akan berpikir seperti itu kepadanya.

“Ara juga mas, sudah saatnya kita menjadi suami istri yang seutuhnya, Ara udah siap mas, jangan khawatirkan lagi keadaan Ara” jawab Diara.

Adrian menghembuskan nafas hangat ke leher Diara, membuat tubuh Diara terasa bergetar memancing hasratnya. Adrian pun tak menyiakan lagi kesempatan. Sungguh ia ingin menikmati tubuh istrinya itu. Perlahan bibir Adrian mengecup puncak kepala Diara. Hangat penuh rasa kasih sayang.

“Ara yakin? mas nggak mau menyakiti Ara” gumam Adrian dengan lembut.

Diara mengangguk, matanya terpejam. Malu ia rasakan, saat ini Adrian pasti telah melihat bagian sensitif miliknya yang menerawang dibalik pakaian seksi yang ia gunakan.

Sesaat kemudian ia merasakan kehangatan di dahinya, kecupan Adrian terasa begitu lembut dan dalam, merasuk jauh ke dalam hatinya.

Luluh sudah rasa rindu itu, membawa rasa sayang yang sekarang ia rasakan tiada bandingannya.

“Ara sayang sama mas” gumam Diara, dan tak lama kemudian, bibir Adrian yang bergerak liar telah membungkam mulutnya. Memaksa masuk ke dalam dan mencari kenikmatan.

Mata Adrian yang juga terpejam kemudian ia buka, lagi, setetes air bening terlihat di sudut mata Diara. Adrian segera menghentikan kegiatannya, dan membuang muka dari Diara.

“kamu belum siap Ra” gumam Adrian.

Mata Diara terbuka, deg, kecewa, Adrian berpaling dari tubuhnya yang telah ia hias secantik mungkin untuk suaminya itu.

“Ara udah siap mas” gumam Diara dengan sendu.

“nggak Ra, jangan bohongi dirimu sendiri” jawab Adrian, ia kemudian berdiri hendak ke kamar mandi.

“mau sampai kapan kayak gini mas” teriak Diara penuh emosional. “atau mas memang nggak mengiginkanku sama sekali?”

Adrian terdiam, ia lihat ke arah Diara yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Tak tega, sungguh tak tega ia menyakiti pemilik wajah cantik itu. Ia tak ingin hasratnya menghancurkan Diara lagi.

“Ra, kamu belum siap”

“sampai kapan pun aku takkan siap mas, itu akan terbayang seumur hidupku” Diara tergugu, dengan air mata yang hendak membuncah. Apa dia akan gagal lagi menjadi istri yang sempurna untuk suami yang ia cintai?

“Ara mohon mas, Ara nggak mau mas mendapatkannya dari perempuan lain, selama mas nggak mau nyentuh Ara, Ara akan tetap kayak gini mas” suara Diara terdengar sayu.

Adrian menarik nafas dalam, ia melepas baju dan mendorong Diara hingga terbaring di ranjang. Ia tatap wajah Diara. Benar-benar telah berubah, tidak gelap seperti dulu, tidak keringatan seperti di dapur rumah Diara yang panas. Menarik, semenarik saat ia pertama kali melihat Diara yang tengah mengepel lantai restoran.

“kamu cantik Ra, mas menyayangimu” gumam Adrian, ia kecup lagi kening Diara dengan penuh perasaan.

“Jika kamu merasa tersakiti, bilang sama mas ya, jangan takut” gumam Adrian.

Diara mengangguk paham, dan Adrian segera melepas hasrat yang terpendam hampir 3 bulan.

***

Untuk kesekian kalinya kecupan hangat terasa di kening Diara. Ternyata itu tak sesakit yang ia bayangkan. Penuh kelembutan dan kehangatan kasih sayang. Bahkan Adrian memperlakukannya dengan lembut.

Tiada Hutang Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang