7. Hidup Baru

6 0 0
                                    

Sehari setelah operasi, Adrian kembali lagi ke rumah sakit. Saat ia masuk ke dalam kamar bu Rianti, Ayu dan bu Rianti menyambutnya dengan tatapan datar. Diara sudah menceritakan semuanya kepada bu Rianti.

Sekalipun Diara mengatakan bahwa yang salah adalah ia dan Reni, bukan Adrian, namun tetap saja bu Rianti tidak terima dengan apa yang telah di lakukan Adrian kepada Diara. Sekalipun anak itu sudah membiayai operasinya yang memakan biaya besar, baginya Adrian tetaplah laki-laki bajingan yang telah menghancurkan hidup anaknya.

Adrian melangkah pelan, ia melihat wajah bu Rianti yang menatapnya penuh kebencian.

“Maaf bu,” gumam Adrian dengan lemah.

“Apa kamu pikir kamu sudah membayar kesalahanmu? Aku lebih baik mati daripada hidupku dibayar dengan kehormatan putriku!" ucap bu Rianti dengan tajam kepada Adrian.

Adrian berlutut lemah, ia menangis, bu Rianti mengingatkan ia kepada ketegaran ibunya.

“Saya akan tanggung jawab, Bu.”

“Lalu apa? Apa kamu pikir anakku akan bahagia menikah denganmu?”

Adrian terdiam, ia tak bisa menjamin hal itu.

“Kamu tidak mencintainya, laki-laki sepertimu hanya akan menyakitinya, setelah menikah dengan Diara, kamu pasti akan tidur sama perempuan lain dan mengkhianati putriku,” ucap bu Rianti masih dengan nada tajam.

“Saya janji bu, saya akan mencintai Diara, saya tidak akan mengkhianatinya, saya tidak akan melakukan hal seperti itu lagi, saya akan berikan hidup saya untuk Diara,” ucap Adrian dengan air mata menetes, sungguh hanya penyesalan yang ia rasakan saat itu.

Bu Rianti menatap Adrian dengan wajah bingung, kenapa anak itu begitu sungguh-sungguh seperti itu? Selama ini ia mengenal laki-laki hidung belang takkan pernah sungguh-sungguh dengan sebuah hubungan, bagi mereka perempuan hanyalah pemuas nafsu dan pernikahan hanyalah status semata.

“Apa kamu pikir aku percaya kepada orang yang telah menghancurkan hidup putriku?” tanya bu Rianti dengan dingin.

“Ibu saya mengalami trauma karena kelakuan ayah saya, mereka bercerai saat umur saya baru 6 tahun, sejak saat itu ibu saya tidak mau menikah lagi.” Air mata Adrian menetes mengingat ibunya. “Saya tidak ingin melakukan kesalahan yang sama seperti ayah saya, saya tidak ingin Diara hancur dan kehilangan masa depannya karena kesalahan saya.”

“Saya janji bu, apa pun akan saya lakukan untuk kebahagiaan Diara.”

Bu Rianti dan Ayu menatap Adrian dengan prihatin. Kehidupan Adrian pasti sangat berat, ibunya hidup dengan rasa trauma kepada laki-laki, dan ia tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah.

“Aku seorang ibu, dan begitu juga ibumu, kami hanya ingin kebahagiaan bagi anak-anak kami, apa jaminan yang bisa kamu berikan untuk Diara?”

Adrian menarik nafas panjang, jaminan apa yang bisa ia berikan? ia sudah bersedia untung tanggung jawab atas Diara, lalu apa lagi yang diinginkan ibunya Diara.

“Tidak ada, kan?”

“Semua yang saya miliki akan saya jadikan hak milik atas nama Diara, Bu, semua penghasilan saya akan saya berikan kepada Diara, saya akan berikan hidup saya untuk Diara,” ucap Adrian dengan pasti.

Bu Rianti mengangguk pelan, walaupun kejam, tapi ia harus melakukan itu. Jika Adrian nanti mengkhianati putrinya, Diara sudah memiliki harta untuk melanjutkan hidup.

“Kamu harus buktikan itu, setelah kalian menikah, berikan semuanya kepada Diara, dan satu lagi, bersumpahlah kalau kamu tidak akan mengkhianati Diara."

Tiada Hutang Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang