1. Ibu Sakit

16 1 0
                                    

"Jika kebahagiaanmu adalah tanpa aku
Maka aku ikhlas pergi dari hidupmu
Berbahagialah selalu bidadariku"

-ini tulisanku di awal menulis, mungkin masih banyak kekurangan yang belum sempat diperbaiki-

****

"Diara, ini masih kotor," teriak seorang perempuan paruh baya dengan keras.
Diara segera berlari membawa seember air dan alat pel, Ia dengan cepat mengepel lantai yang kotor, padahal tadi sudah ia bersihkan.

Namun karena ramainya pengunjung hari itu, lantai tersebut dengan cepat kotor lagi karena injakan sepatu pengunjung.

"Kamu itu harus sigap, Ra, kalau kotor seperti ini, pengunjung nanti pada lari." Perempuan paruh baya itu memperingatkan Diara akan pekerjaannya.

"Baik, Bu," jawab Diara dengan hormat.

Lantai yang kotor telah kembali bersih, Diara kemudian segera kembali ke belakang untuk mengerjakan pekerjaan lain.

Seorang laki-laki memperhatikan apa yang terjadi dengan Diara, laki-laki itu tengah menikmati makan siangnya di salah satu meja restoran tempat Diara bekerja. Ia tersenyum melihat Diara yang berjalan ke arah belakang.

"Senyum-senyum kenapa, Lo?" ucap Kamil kepada Adrian yang duduk di depannya.

"Udah gila Lo ya, senyum-senyum sendiri," lanjut Kamil. Adrian menatap jengah ke arah Kamil.

Ia hanya tertarik melihat Diara dengan wajah polos bekerja dengan sungguh-sungguh, walaupun hanya berstatus pegawai rendahan di restoran mewah itu.

"Lo tu yang gila, udah cepatan makanannya, kita masih ada rapat lagi," jawab Adrian.

Kamil menatap jongos ke arah Adrian karena kesal, "Untung masih jam isirahat, kalau jam kerja, udah gue pecat, Lo," umpatnya.

Adrian hanya tersenyum, dia kembali melanjutkan makan siangnya, "Udah Lo kabari Hesty? Dia nanya-nanya Lo mulu dari semalam," ucap Kamil.

"Kenapa dia nanya sama, Lo? kan dia bisa langsung hubungi gue."

"Dia takut Lo tidur sama cewek lain." Kamil mendekatkan wajahnya ke arah Adrian, "Hesty itu parnoan kalau Lo selingkuh."

Adrian mengangkat alisnya, "Yang ada gue kali yang takut dia selingkuh," jawab Adrian.

Kamil menarik nafas kasar, ia tak suka Adrian mengungkap kembali kesalahan Hesty. "Dia udah berubah, gue yang jamin," ucapnya dengan ketus.

****

Diara tengah duduk di salah satu sudut dapur restoran, ia mengipas-ngipaskan kain yang ia gunakan untuk mengelap keringatnya ke arah lehernya yang berkeringat. Kipas yang ada di ruangan itu tidak sanggup mengusir panasnya cuaca hari itu.

"Tumben kamu bengong, Ra, ada masalah?" ucap seorang teman Diara yang mengagetkannya.

"Eh... Kakak, nggak kok, Kak, lagi panas aja," jawab Diara.

Diara kemudian mengelap keringatnya yang membanjiri lehernya, "Jangan terlalu lama bengongnya, entar si ibu marah," ucap teman Diara tersebut.

Teman kerja Diara itu kemudian segera ke melanjutkan kerjanya untuk menyajikan makanan ke depan.

Diara menarik nafas kasar, ia mengeluarkan sejenak ponselnya yang berbunyi, ada notifikasi pesan yang masuk ke ponselnya.

"Mas Hendra," gumamnya, Ia segera membuka pesan chat dari pacarnya itu.

'Ada waktu nggak malam ini?' Hendra.

Diara menarik nafas kasar, sudah beberapa hari ini ia tidak bisa memberi waktu lebih untuk kekasihnya itu. Bahkan untuk bertemu saja sulit bagi Diara untuk meluangkan waktunya.

Tiada Hutang Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang