Adrian membuka matanya lebih dulu dari Diara, tangannya masih melingkar di pinggang istrinya. Ardian tersenyum, tadi malam Diara sudah mengasihnya izin untuk melakukan itu. Ardian mengecup kening istrinya.
Tangannya mulai bergerak nakal, dari pinggang menuju punggung Diara, kemudian turun ke bagian bawah pinggang. Gerakannya membuat Diara menggeliat karena tidur nyenyaknya di ranjang empuk itu terganggu.
“Pagi, Ara,” ucap Adrian saat Diara membuka matanya.
“Udah pagi ya, Mas, jam berapa sekarang, Mas?” ucap Diara dengan suara serak, khas orang bangun tidur.
Adrian memutar badannya sejenak, melihat jam digital di nakasnya, 05.17. Adrian terkaget, ia langsung duduk. “Ahh, sial !!” umpatnya.
“Kenapa, Mas?” tanya Diara yang heran dengan sikap suaminya.
“Aku terlambat, aku harus segera mandi, Ra,” ucap Adrian.
Adrian kemudian segera bangkit dan masuk ke kamar mandi, ia biasa berangkat sebelum setengah enam ke rumah Kamil. Adrian merutui dirinya sendiri saat menikmati guyuran shower, padahal hasratnya kepada Diara terasa memuncak saat bangun tidur tadi.
Ia bisa saja meminta Diara melakukannya dengan cepat nanti sebelum ke kantor. Tapi itu akan membuat Diara merasa tidak dihargai, kecuali jika hubungannya dengan Diara sudah nyaman dan mereka sama-sama saling membutuhkan.
“Ahhh, sial,” umpat Adrian lagi dengan kesal.
Sementara Diara bisa bernafas lega, pagi itu ia tidak akan melayani Adrian karena suaminya itu sudah terlambat. Diara kemudian berdiri, ia membuka pintu lemari Adrian.
Diara mulai memilih pakaian untuk Adrian, ia memilih kemeja berwarna putih dengan jas biru tua. Diara membuka laci tempat Adrian menyimpan dasi. Ia sudah hafal karena kemarin sudah memeriksa semuanya. Dasi biru muda menjadi pilihannya.
“semoga saja seleraku nggak jelek buat Mas Adrian,” gumam Diara.
Gadis itu menarik nafas panjang, mensyukuri hari yang telah ia lewati hingga detik itu. Tak pernah menyangka ia akan menjadi istri orang kantoran seperti Adrian, yang pergi bekerja menggunakan jas dan dasi. Berbeda dengan Hendra yang bekerja dengan menggunakan seragam kerja.
“Mas Hendra, aku sudah punya hidup baru disini, semoga Mas bisa melupakan aku dan menemukan perempuan lain yang lebih baik dariku,” gumam Diara, “biarkan aku bahagia dengan Mas Adrian Mas.”
Adrian keluar dari kamar mandi dengan masih mengeringkan rambutnya dengan handuk, laki-laki itu hanya memakai celana pendek tanpa atasan, Diara segera berpaling.
“Masss !! kenapa pake celana pendek gitu?" ucap Diara yang malu melihat suaminya sendiri. "Pake baju juga nggak," kesalnya.
Adrian melepas nafas panjang, “apaan sih, Ra, kamu udah melihat semuanya malam itu,” gumam Adrian dengan santai, ia tersenyum melihat pakaiannya yang sudah ada di ranjang.
“Ihh, Mas, kan beda keadaannya,” ucap Diara dengan kesal.
“Iya, iya, aku minta maaf," ucap Adrian. Ia segara memakai pakaian yang disiapkan Diara dengan cepat. Setelahnya Adrian langsung bercermin, memastikan memarnya tidak terlalu jelas.
Diara yang memperhatikan Adrian berinisiatif mengambil bedak yang ia beli saat bersama Adrian di supermarket sebelumnya.
“Mas berdiri aja ya, aku kasih ini biar nggak kelihatan memarnya,” ucap Diara.
Adrian menurut, ia membiarkan Diara menyamarkan luka memarnya. “Udah,” gumam Diara dengan tersenyum saat memastikan memar itu tidak terlihat lagi.
Adrian mencium kening Diara dan mengecup bibir Diara dengan dalam. Diara hanya diam, membiarkan Adrian melakukan apa yang ingin dilakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiada Hutang Dalam Cinta
Romantizmkali ini cerita drama ya teman-teman, yang suka drama bisa ngumpul, yang nggk suka, bisa diskip kok, Novelme ini pernah terbit di platform lain, sekarang diterbitkan disini, biar tulisan ku bisa di satu tempat aja