Adrian masih tertegun menatap pesan chat dari Hesty, untuk sesaat kemudian ia membalasnya.
'aku akan menemuimu Hes, tapi aku tidak janji kapan waktunya' balas Adrian.
'apa karena perempuan itu? apa aku harus mengotori tanganku untuk menyingkirkannya darimu Yan?' balas Hesty.
Adrian menelan salivanya membaca pesan itu. Ia segera keluar dari aplikasi chat dan mencari aplikasi ojek daring, membuang jauh-jauh pemikiran buruknya. Adrian segera memesan 2 cup es krim rasa coklat dan rasa vanilla yang berukuran menengah.
Tangan Adrian kembali mengelus tangan Diara. Bercerita kegiatannya selama di Jepang. Mulai dari rapat, kerja sama bisnis, bertemu pebisnis besar pemilik perusahaan otomotif yang mereknya cukup ternama di Negara ini, hingga kegiatan Adrian membeli patung Hachiko. Sesekali Diara bertanya, seindah apa Jepang itu?
"kamu sih, kemarin mas ajak nggak mau" ucap Adrian menjawab pertanyaan Diara yang satu itu.
"Ara nggak bisa bahasa inggris mas, nanti Ara malah merepotkan mas, mas kan kesana buat kerja, bukan buat main-main" jawa Diara dengan wajah sedikit cemberut.
Adrian mencubit pipi Diara dengan gemas, dan sesaat kemudian, kecupan bersarang disana dengan lembut. Ternyata apa yang mereka lakukan semalam semakin mengeratkan hubungan mereka. Diara mulai lepas berbicara apa pun kepadanya. Tidak ada beban seperti yang sebelumnya dirasakan Adrian saat Diara berbicara dengannya.
Ponsel Adrian berdering, panggilan dari abang ojek daring, es krim mereka telah tiba. Kesejukan taman mereka nikmati dengan es krim. Mereka saling menyuapi, saling melempar canda, sesekali Diara mencubit perut suaminya karena Adrian yang mengodanya dan membuat pipinya merona.
Sesekali juga kecupan Adrian bersarang di kening dan pipi Diara, serta di bibir gadis itu. Bahkan mereka tak peduli dengan pengunjung taman lain yang sesekali melihat iri kemesraan mereka.
"ih mas, keningku ini manis ya, suka sekali mas menciuminya" rutu Diara saat bibir Adrian untuk ke sekian kalinya mengecup dahinya itu.
"bukan kening kamu yang manis Ra, tapi kamu seutuhnya, manis dan cantik" ucap Adrian.
Kembali rona merah itu muncul di pipi Diara. "ihh mas, gombal terus dari tadi"
"kamu tahu nggak Ra, dulu waktu di dapur rumahmu, kening kamu itu asin" ucap Adrian dengan nada meledek.
"Asin? apanya yang asin?"
"itu, dulu waktu kamu sedang masak, aku kan mencium kening kamu, asin banget tahu"
Diara tersenyum sengir, jelaslah asin, dia memang sering keringatan jika masak di dapur jeleknya. Panas api dan panas atap karena matahari membuat keringatnya bercucuran tiap memasak.
Diara menatap lekat wajah suaminya, ia sentuh pipi Adrian yang putih, berharap kebahagiaannya hari itu tidak akan cepat berlalu. Adrian menggigit pelan tangan Diara dengan usil ketika mendekat ke bibirnya, namun dengan cepat Diara menghindar dengan tertawa lepas.
"ih mas, jijik tahu" rutu Diara dengan sedikit memanyunkan bibirnya. Pura-pura kesal, padahal ia menikmati setiap tingkah Adrian.
"jijik gimana, kamu lupa ya, semalam kamu itu nafsu bangat menghisap mulutku, sekarang bilangnya jijik" jawab Adrian tersenyum tipis.
Pukulan pelan di terima Adrian di dada kirinya, Diara memunggunginya, bukan karena marah, tapi karena malu atas apa yang terjadi semalam.
"Jangan bahas lagi mas, malu tahu" ucap Diara saat Adrian merangkul tubuhnya dari belakang.
Mereka terlalu asyik menikmati kebersamaan itu, hingga eskrim di dalam cup perlahan meleleh, padahal sisanya masih banyak.
Sorenya, sebuah Ecopark di utara ibukota menjadi tujuan Adrian. Hari itu ia benar-benar ingin menghabiskan waktu bersama Diara, istrinya yang sekarang terasa begitu amat ia sayangi. Pengunjung ecopark tidak terlalu ramai, karena hari itu masih hari kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiada Hutang Dalam Cinta
Romancekali ini cerita drama ya teman-teman, yang suka drama bisa ngumpul, yang nggk suka, bisa diskip kok, Novelme ini pernah terbit di platform lain, sekarang diterbitkan disini, biar tulisan ku bisa di satu tempat aja