30. Seperti apa Adrian

4 0 0
                                    

Bu Aliah meninggalkan Diara yang masih membuatkan teh untuk Riyana, ia berjalan menuju ruang tamu. Terlihat Riyana tengah melihat ponselnya dengan senyum-senyum sendiri.

“Ana, udah lama?” tanya bu Aliah berbasa basi.

“ehh tante, baru kok tan” jawab Riyana, ia segera berdiri dan mencium pipi bu Aliah, kiri dan kanan dengan bergantian.

“tumben kesini, ada perlu apa?” tanya bu Aliah penuh selidik pada gadis itu.

Riyana tersenyum dengan santai, ia membalas tatapan bu Aliah dengan lembut.

“Kamil cerita kalau Adrian udah nikah, aku pengen kenalan aja sama istrinya Adrian tan” jawab Riyana, “sekalian juga aku mau ngajak Diara ke salon, mono aja kalau jalan sendiri tan”

Bu Aliah kemudian duduk dan Riyana mengikut untuk kembali duduk di tempatnya tadi.

“kok ngajaknya Diara, emang nggak ada orang lain?” tanya bu Aliah.

Bu Aliah bersikap ramah dan tidak menunjukkan rasa kecurigaannya, ia juga tak ingin mencampuri urusan anak muda seperti Diara dan Riyana. Selama mereka tidak macam-macam, bu Aliah hanya akan mendukung.

“ada sih tan, tapi aku lagi pengen ngajak Diara aja, biar bisa akrab” jawab Riyana dengan santai.

Bu Aliah memandang lagi wajah Riyana dengan penuh selidik, namun tatapannya masih terlihat ramah di mata Riyana.

Diara datang dari dalam membawa segelas teh untuk Riyana, ia berjalan pelan dan menaruh teh itu di depan Riyana. Kedatangan Diara membuat obrolan Bu Aliah dan Riyana terhenti.

“diminum Na” ucap Diara dengan tersenyum kepada Riyana.

“makasih ya Ra” jawab Riyana, “siap-siap sana, biar kita langsung berangkat” ucap Riyana tanpa basa basi.

Diara tidak menjawab, ia melihat bu Aliah untuk meminta izin. Namun bu Aliah tidak bicara apa pun ia malah mengalihkan pandangannya dari Diara, membuat Diara merasa tak nyaman dengan keadaan itu.

“Riyana ngajak Ara untuk perawatan bu, apa Ara boleh pergi sama Ana bu?” tanya Diara dengan pelan.

Bu Aliah sekarang melepas nafas kasar, “boleh Ra, tapi jangan lama-lama ya, nanti temanin ibu belanja untuk kebutuhan rumah” ucap bu Aliah, memberi batas waktu untuk mengontrol Diara. Ia merasa itu lebih bagus daripada melarang dan mengekang Diara di rumah.

Riyana melihat jam di ponselnya, 10.43. “bentar doang kok tan, jam 3 kami udah balik” jawab Riyana dengan santai.

Bu Aliah sejenak memejamkan matanya, ia sudah tahu seperti apa orang-orang yang ada di dekat Adrian, termasuk juga Riyana. Takut gadis itu akan ikut mencampuri hubungan Diara dan Adrian yang masih seumur jagung.

“jam 3 kalian sudah harus sampai disini lagi ya, ibu nggak mau belanjanya kesorean, nanti Adrian sudah pulang, kita masih di luar” ucap bu Aliah dengan tegas.

Diara tersenyum senang diberi izin oleh Bu Aliah, “aku ganti baju dulu ya Na” ucap Diara, ia berjalan cepat menuju tangga untuk segera ke kamarnya.

“cepat Ra, jangan lama-lama, nanti jam makan siang jalanan macet” ucap Riyana memperingati Diara.

Bu Aliah kembali menatap penuh selidik Riyana yang kembali membuka ponselnya. Ia kembali teringat obrolannya dengan Adrian tadi pagi. Diara seperti menjadi jalan keluar terbaik yang saat ini ia punya untuk menjauhkan Adrian dari masalah keluarga Kamil dan Hesty.

“kamu udah tahu dengan keadaan Hesty Na?” tanya bu Aliah.

Riyana masih menatap layar ponselnya, sesaat kemudian ia menutupnya dan menyimpan ponselnya di dalam tas.

Tiada Hutang Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang