Adrian tengah duduk di meja kerjanya, ia lihat lagi setumpuk dokumen disudut mejanya, disampingnya ada selembar kertas jadwal pertemuannya dengan beberapa rekan bisnis perusahaan. Serta juga ada jadwal rapat pimpinan perusahaan. Juga jadwal pertemuan dengan pimpinan anak perusahaan. Semua pekerjaan seakan mengejarnya untuk segera diselesaikan.
Kepala Adrian terasa pecah memikirkan itu semua, Adrian menatap lagi foto ibunya yang ada di meja itu. Di sebelahnya ada foto laki-laki yang sudah tiada. Itulah Foto ayah Kamil, baginya ayah Kamil sama seperti ayahnya sendiri.
Menggantikan sosok laki-laki yang telah menyakiti dan menghancurkan hidup ibunya.
Tak terhitung lagi kebaikan laki-laki itu kepadanya, bukan masalah jumlah uang yang diberikan laki-laki itu. Kalau masalah uang, Adrian sudah mampu mengganti semuanya. Namun tentang moral, ayah Kamil hadir disaat semua orang mengabaikan kehidupan sulit mereka.
Hadir memberikan perhatian dan kasih sayang layaknya seorang ayah kepadanya. Hingga beliau mempercayai Adrian dan meminta Adrian untuk berjanji akan mengabdi untuk perusahaannya.
Jika bukan karena janji itu, mungkin sudah lama Adrian memilih pergi. Hidup dengan Diara bersama Ayu dan Bu Rianti, serta membawa Bu Aliah ke sana. Memikirkannya saja Adrian sudah tersenyum senang. Hidup tenang bersama-sama orang-orang yang baik kepadanya.
“Pak, ini yang kemarin,” suara Rina mengagetkan Adrian yang masih menatap kosong foto Pak Herman.
“Apa ini, Na?” ucap Adrian setengah kaget.
“Bapak lagi bengong, ya?” ucap Rina yang heran melihat atasannya itu.
“Nggak Na, bawa sini!” ucap Adrian mengambil berkas di tangan Rina.
“Siapa Diara anindya putri itu, Pak? kenapa rumah, mobil , sama apartemen bapak diubah menjadi milik dia?” tanya Rina dengan hati-hati.
Adrian tersenyum tipis melihat dokumen yang telah diubah itu, hanya perlu tanda tangan Diara, janjinya kepada bu Rianti akan segera ia tepati.
“Istriku, Na,” jawab Adrian dengan pelan.
“Ha? Istri?” ucap Rina yang kaget dengan ucapan Adrian.
Mata Adrian menatap senang ke arah Rina, Rina adalah asistennya yang sangat ia percayai.
“Iya, Na, nanti kalau ada waktu aku bakalan ngenalin dia sama kamu,” ucap Adrian.
“Sekarang belum bisa, Na, pekerjaanku banyak sekali.”
Rina menatap dokumen yang menumpuk di meja Adrian, belum lagi jadwal pertemuan. Semuanya seakan mengejar Adrian untuk segera diselesaikan.
Rina mendekatkan kepalanya ke arah Adrian, “Seperti bos besar sengaja deh, Pak,” bisiknya dengan pelan.
Adrian melepas nafas kasar, tidak hanya dia sendiri, ternyata Rina juga menyadari hal itu. Apa pekerjaan yang benar-benar menumpuk? atau Kamil yang sengaja mengerjainya?
“Saya ambil sebagian ya, Pak, kerjaan saya nggak terlalu banyak,” ucap Rina mengambil sebagian dokumen di meja Adrian.
“Terima kasih, Na,” gumam Adrian, kemudian Rina kembali ke mejanya.
Adrian berpikir panjang memikirkan semua pekerjaannya yang semakin hari semakin menumpuk. Disela pemikirannya, Pak Subagyo datang untuk menemui Kamil. Ia melihat Adrian yang masih membuka dokumennya tadi.
“Siang, Yan,” sapa Pak Subagyo kepada Adrian.
Adrian menutup dokumen itu dan melihat siapa yang menyapanya.
“Siang, Paman, Paman mencari Kamil?” tanya Adrian dengan sopan.
“Iya, Yan,” jawab Pak Subagyo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiada Hutang Dalam Cinta
Romancekali ini cerita drama ya teman-teman, yang suka drama bisa ngumpul, yang nggk suka, bisa diskip kok, Novelme ini pernah terbit di platform lain, sekarang diterbitkan disini, biar tulisan ku bisa di satu tempat aja