24. Tega

4 0 0
                                    

“Pipi kamu kenapa, Yan?” tanya Hesty saat Adrian mendudukannya di ruang tamu.

Tangan gadis itu menyentuh pipi Adrian yang memarnya mulai berkurang, matanya menatap penuh selidik, menanti jawaban dari Adrian.

“Nggak apa-apa, Hes,” jawab Adrian dengan singkat, “kamu kok tiba-tiba kesini?”

“Ayah bilang kamu sudah pulang, jadi aku langsung kesini buat ngajak kamu makan malam.” Hesty menatap dalam mata Adrian yang tengah melihat wajahnya, “kenapa nggak ngasih kabar ke aku kalau kamu udah pulang?”

Adrian menarik nafas dalam, mengumpulkan keberanian untuk menjelaskan semuanya kepada Hesty. Tak ada lagi yang perlu ditunda dan disembunyikan. Semua harus jelas agar tidak ada lagi masalah di kemudian hari.

“Maaf, Hes,” gumam Adrian, “aku sebenarnya sudah menikah disana”

“Menikah disana?” tanya Hesti dengan penuh selidik. “Menikah apa maksudmu, Yan?” tanya Hesty lagi dengan nada meninggi.

Adrian menunduk, tak berani menatap wajah Hesty, gadis yang telah ia kecewakan.

“Maaf, Hes, kita harus selesai sampai disini,” jawab Adrian dengan lemah.

“Yan, kamu ini bicara apa, kita udah pacaran lama lo, Yan, kenapa? nggak ada angin, nggak ada hujan tiba-tiba minta putus gini.”

“Aku sudah menikah, Hes," ucap Adrian dengan lemah, "maaf, Hes, aku mengkhianati kamu.”

Mata Hesty berkaca-kaca, tidak terima dengan ucapan Adrian. “Nggak, Yan, aku nggak terima, aku sudah bilang sama ayah dan ibuku kalau kita akan menikah,” ucap Hesty dengan kecewa.

“Siapa istrimu? perempuan tadi?” Adrian menjawabnya dengan mengangguk, ia sudah tahu yang dimaksud Hesty adalah Diara.

“Dia itu lebih cocok jadi pembantumu, bukan istrimu Adrian," teriak Hesty.

“Jangan hina istriku, Hes, aku yang salah bukan dia,” ucap Adrian.

Mata Hesty berkaca-kaca, kenapa Adrian tega kepadanya seperti itu, “apa yang terjadi, Yan? kenapa kamu menikah dengan perempuan seperti itu? apa kurangku, Yan? apa kelebihan dia dariku Yan?”

“Maaf Hes, aku nggak bisa cerita apa-apa.”

Sebuah tamparan keras bersarang di pipi Adrian yang tidak memar, sial memang bagi Adrian hari itu. Tadi ibunya, setelah itu Kamil dan sekarang Hesty juga menamparnya.

“Kita udah melangkah jauh, Yan, udah kayak suami istri, kenapa seenaknya kamu seperti ini?” suara Hesty menyiratkan kekecewaannya.

“Hes, aku tahu aku salah, aku benar-benar minta maaf.” Adrian melihat dalam ke arah mata Hesty, "aku nggak punya niat untuk menyakitimu, Hes, semuanya terjadi diluar kendaliku"

“Kenapa kamu milih dia? cantik? aku lebih cantik, Yan, Kaya? aku lebih kaya, Yan, tubuhku juga lebih bagus dari dia” ucap Hesty dengan nada gemetar.

“Ohh, atau jangan-jangan.” Hesty teringat dengan kekecewan Adrian saat ia selingkuh dulu, Adrian benar-benar kecewa dengan pengkhianatannya. Butuh waktu sampai 6 bulan untuk Adrian memaafkan Hesty dan merajut tali kasih mereka lagi.

“Kamu mau balas dendam sama aku,” ucap Hesty dengan tajam.

Adrian mendesiskan bibirnya, bingung harus menjawab apa, tidak mungkin ia jujur akan peristiwa malam itu. Itu akan merendahkan Diara di mata Hesty. Dan bisa saja Hesty menuntut lebih kepadanya nanti.

“Bukan itu, Hes, kamu tahu kan kalau aku sayang sama kamu, sama sekali nggak ada keinginanku untuk balas dendam padamu, Hes.”

“Lalu kenapa, Yan? apa yang terjadi sehingga kamu harus menikah dengan dia? hubungan kita udah jauh lo, Yan,” ucap Hesty dengan nada sendu penuh kekecewaan.

Tiada Hutang Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang