5. Menikah

7 0 0
                                    

Diara membuka matanya, ia kembali terbangun dari tidurnya, ia merasakan ada tangan yang memeluknya dari belakang, Ia kemudian duduk dan melihat siapa orang itu. Matanya membulat kaget, sadar dengan keadaan, Ia lihat badannya, daster biru yang panjangnya sampai ke lututnya sudah terpasang disana.

“Apa dia memakaikan baju ini kepadaku?” gumam Diara.

Diara kembali memeluk lututnya, bayang-bayang yang dilakukan Adrian tadi malam masih terbayang di ingatannya.

“Aku kotor! Aku hina! Aku munafik! Aku benar-benar kotor!” Ucapnya dengan suara gemetar histeris.

Tiba-tiba Adrian memeluknya dari belakang, “Sudah, aku mohon! aku yang salah, bukan kamu” ucap Adrian.

“Tolong lepas,” gumam Diara.

Adrian mengalah, ia melepas pelukkannya. Ia kemudian berdiri dan segera mengambil sarapan untuk Diara, bubur ayam yang dibelikan petugas hotel itu terasa masih hangat, itu berarti Diara tidak terlalu lama tertidur. Adrian memberikan bubur ayam itu kepada Diara.

“Makanlah, setelah ini aku akan antar kamu pulang.”

“Tanggung jawab!” Pinta Diara dengan nada gemetar.

Adrian mengangguk, ia sudah siap untuk bertanggung jawab kepada Diara. Sementara Diara hanya bisa meneteskan air mata. Siapa yang mau menikah dengan gadis seperti dia miskin, ibunya sakit jantung, ijazah terakhirnya hanya sampai tingkat SMA, dan juga, dia sudah tidak perawan.

Air matanya menetes mengingat itu semua. Bahkan Hendra kekasihnya akan membuangnya seperti sampah jika tahu Diara tidak perawan lagi. Padahal dulu ia selalu menolak Hendra setiap memintanya akan hal tersebut.

“Aku akan tanggung jawab, atas kesalahanku. Katakan! apa yang harus aku lakukan untuk membayar kesalahanku?" jawab Adrian tertunduk lemah.

"Nikahi aku!"

Dahi Adrian seketika mengernyit bingung. 'Kenapa harus sampai menikah segala? yang benar saja.' batin Adrian yang kebingungan dengan permintaan Diara.

"Takkan ada laki-laki yang mau sama perempuan yang tak perawan lagi sepertiku." Diara membeku, tangisnya menetes, mengalir membasahi pipinya.

Adrian tak kuasa melihat Diara yang terluka dan benar-benar hancur karena perbuatannya semalam, kondisi gadis itu benar-benar memprihatinkan. Adrian menarik Diara yang masih membeku menahan tangis, ia peluk gadis itu dan ia cium ubun-ubunnya.

"Aku akan tanggung jawab, aku akan menikahmu," ucap Adrian dengan perasaan tak menentu. Entah itu pilihan yang tepat atau tidak, yang penting ia harus memenuhi permintaan Diara untuk menebus kesalahannya semalam.

“Siapa namamu?” tanya Adrian.

“Diara, Diara anindya putri," jawab Diara.

“Aku Adrian, Adrian aksen ardilano."

“Mas Adrian.” gumam Diara

“Kamu makan dulu ya! nanti aku antar pulang,” jawab Adrian,

Diara mengangguk, ia sedikit merasa lega. Setidaknya ia bisa berstatus janda nantinya, dan aib semalam bisa tertutupi. Ia tidak akan menjadi perempuan yang tak kehormatan.

Diara kemudian lekas memakan bubur ayam yang dibelikan oleh petugas hotel tadi.

****

Adrian keluar dari kamar hotelnya dengan menggenggam tangan Diara, ia sudah meminta petugas hotel untuk mencarikannya mobil rentalan untuk beberapa hari. Saat ia berada di lobi hotel, Kamil juga ada disana, laki-laki itu tengah duduk di sofa sembari membaca koran.

Tiada Hutang Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang