18. Diantara 2 Perempuan

4 0 0
                                    

Adrian mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang menuju bandara, matanya menatap kosong jalanan. Sore itu ia kembali harus menahan rasa cinta, sayang dan hasratnya kepada Hesty. Biarlah ia merahasiakan itu dulu, dan menjelaskan semuanya ketika ia kembali ke ibukota.

“Padahal aku udah jauh-jauh kesini lo, Yan, tapi kamu malah menyuruhku untuk cepat-cepat pergi," ucap Hesty dengan sendu.

“Maaf, Hes, kerjaanku benar-benar banyak,” kilah Adrian.

“Oke, tapi ingat, aku selalu percaya sama kamu, Yan,” gumam Hesty.

Dada Adrian terasa nyeri seketika, rasa bersalah itu kembali bersarang disana. Adrian memilih diam, menahan sesak itu.

Selama perjalanan Hesty asyik bercerita tentang kenangan mereka yang indah. Adrian hanya diam mendengarkan, kenangan itu harus ia buang, agar kenangan baru bersama Diara bisa berkesan dihatinya.

Adrian langsung mengantar Hesty menuju depan lobi bandara, “sampai sini ya, Hes” gumam Adrian membuka kunci pintu mobil.

“Kamu nggak mau turun dulu, Yan?" tanya Hesty.

“Maaf, Hes, aku benar-benar sibuk.”

“Ya udah,” ucap Hesty.

Hesty kemudian mendekatkan kepalanya ke kepala Adrian. Bibir laki-laki itu menjadi tujuannya, namun Adrian segera berpaling.

“Kenapa, Yan?” tanya Hesty.

“Maaf, Hes,” gumam Adrian.

“kamu kenapa sih, Yan? dari tadi nolak aku terus,” ucap Hesty dengan kesal, “aku jauh-jauh kesini untukmu, Yan!! tapi kamu nggak menghargai aku sama sekali!” bentaknya.

Adrian mendesiskan giginya, bingung harus gimana. Jujur sekarang bukan pilihan, bisa jadi runyam masalahnya disana. Lebih baik menyelesaikan semuanya di ibukota. Diara bisa dilindungi oleh ibunya, kalau disana nanti Hesty yang nekat melabrak Diara.

“Aku lagi capek aja, Hes, kerjaan disini benar-benar membuatku lelah,” kilah Adrian lagi.

“Ok, aku tunggu kamu pulang, kalau kamu berani macam-macam di belakangku, awas saja,” ucap Hesty memperingati Adrian.

Hesty kemudian keluar dari mobil Adrian, ia hanya berencana sehari disana, jadi ia hanya membawa tas punggung untuk barangnya, serta tas tangan sebagai stylenya. Adrian melihat punggung Hesty yang masuk ke dalam bandara, matanya berkaca-kaca.

Benar-benar sakit rasanya melepas ikatan itu. Ia melepas nafas panjang agar bisa sedikit merasa lega.

****

Diara membuka pintu kamar ibunya yang terdengar diketuk orang dari luar, matanya membulat kaget melihat sosok paruh baya disana. Kenapa bibinya bisa ada disana? apa ibunya yang memberi tahu? atau Ayu?

“Kenapa bengong melihat bibi, Ra?” tanya perempuan itu.

Diara tersentak, tersadar dari pikirannya, “aah, enggak, Bi, kaget aja bibi ada disini,” jawab Diara, ia kemudian membuka pintu dengan lebar dan bibinya masuk ke dalam.

“Mbak kok jauh-jauh datang kesini?” tanya Bu Rianti melihat kedatangan kakaknya.

“Ayu yang bilang, dia minta bantuan sama aku untuk jaga kamu,” ucap bibi Diara.

“Ayu?” tanya Bu Rianti yang merasa bingung.

Dari dulu ia memperingati Diara dan Ayu agar tidak menyusahkan siapa pun akan penyakitnya itu. Lalu kenapa Ayu tiba-tiba memberi tahu kakaknya itu? Bibi Diara sadar dengan kebingungan i?Ibu Diara, ia duduk di sisi ranjang dan mengelus bahu adiknya.

Tiada Hutang Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang