Adrian kembali ke meja makan dan duduk disana, ia mengambil air lagi dengan gelasnya tadi dan meminumnya. Matanya sayu melihat ke arah jendela yang ada diruang makan yang tidak terlalu besar itu. Pemandangan indah langit biru yang sedikit berawan.
Hatinya masih menderu kesal dengan Riyana, ucapan Riyana tadi seolah menghakiminya yang tak pernah mengerti dan peduli akan keadaan gadis itu. Mengingat kisah lama dalam cinta segitiga mereka dulu takkan pernah usai. Apalagi Riyana menjadi yang paling terluka saat itu. Adrian berdesis, ia usap wajahnya dengan kasar, ia berusaha menenangkan keadaan hatinya.
“lo ngapain datang sekarang, tadi di chat lo bilang besok atau lusa” ucap Samuel yang sudah keluar dari kamarnya dan segera menghampiri Adrian di meja makan, ia membuka lemari es dan mengeluarkan sebotol minuman berwarna merah, untuk kemudian ia mengambil gelas dan menuangkan minuman itu ke gelasnya.
“Sejak kapan lo sama Riyana?” tanya Adrian dengan dingin yang tidak peduli dengan ucapan Samuel.
“gue hanya senang-senang sama dia, toh Kamil juga sering sama dia” jawab Samuel tanpa beban, ia menaruh gelas yang ia isi dengan minuman merahnya dihadapan Adrian dan kemudian mengambil gelas lagi untuk dirinya.
“lo baji ngan Sam, Riyana itu anak baik-baik, nggak seharusnya lo memperlakukan dia seperti ini” ucap Adrian dengan penuh emosi.
“gue ajak senang-senang, dianya mau, nafsu dia juga besar, kita sama-sama menikmatinya" jawab Samuel dengan entengnya.
"tapi yang Lo lakuin itu salah, ngerti nggak Lo?" balas Adrian dengan geram.
"salahnya gue dimana?” Samuel balik bertanya dengan santai menghadapi emosi Adrian yang seakan ingin meluap. Ia kemudian duduk di kursi yang berseberangan dengan Adrian sembari meminum air di gelasnya.
Adrian diam tak menjawab, ia memilih diam agar tak terpancing emosi, dengan pelan ia mendorong gelas minuman yang disajikan Samuel untuknya, ia kemudian membuka dokumen yang telah ia siapkan.
“santai dulu bro, minum dulu, ini nggak alkohol kok, lo nggak bakalan mabuk karena ini” ucap Samuel
“gue mau kerjasama perusahaan lo dan perusahaan Kamil tetap lanjut” gumam Adrian yang mengabaikan minuman dari Samuel.
Samuel tersenyum tipis, ia menarik nafas singkat dan mengisi kembali gelasnya dengan minuman yang sama. “jadi lo mau nyerahkan Diara sama gue?” tanya Samuel yang kembali membuat panas dada Adrian.
“istri gue bukan barang, jadi jangan pernah lo minta dia sebagai ganti kerjasama ini” ucap Adrian dengan tegas menahan marahnya
Suasana mereka terasa tegang disana, mereka saling melihat dengan tatapan yang menunjukkan ketidak sukaan antara satu dengan yang lain.
“gue nggak akan kasih opsi lain selain itu, semua keputusan ada di tangan lo sekarang” tutur Samuel dengan sedikit menekan.
“lo teman gue Sam, ngapain lo ngejar istri gue, masih banyak perempuan lain di luar sana yang gampang lo rayu, ngapain harus Diara”
“Diara spesial, istimewa Yan, gue suka sama dia, gue cinta sama dia,"
"lagi pula lo nikahin dia juga karena kesalahan yang lo nggak sengaja, lepas aja dia, semuanya akan baik-baik saja” jawab Samuel, “dan satu lagi Yan, nggak ada kata sahabat dalam perebutan sebuah cinta, sekalipun dia istri Lo, gue akan tetap ngejar dia”
"Lo benar-benar baji ngan Sam" umpat Adrian dengan kasar. Wajahnya tegang menahan rasa marah yang terasa mengalir ke ubun-ubunnya.
"Lo jangan sok suci deh, Yan. Lo sama baji ngan kayak gue. Lo lupa apa yang lo lakuin sama Diara, Lo ngehancurin hidup dia" ucap Samuel yang ikut terbawa emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiada Hutang Dalam Cinta
Romancekali ini cerita drama ya teman-teman, yang suka drama bisa ngumpul, yang nggk suka, bisa diskip kok, Novelme ini pernah terbit di platform lain, sekarang diterbitkan disini, biar tulisan ku bisa di satu tempat aja