Diara baru saja selesai menyuapi ibunya makan, gadis itu dengan telaten dan penuh kasih sayang merawat ibunya. Doa terbaik selalu ia kirimkan untuk sang ibu, agar ibunya dapat segera sembuh dan keluar dari rumah sakit.
Adik perempuan Diara juga berada disana, ia ikut menemani Diara merawat ibu mereka.
"Bu, malam ini Diara dapat pekerjaan dari Reni, Bu, Ibu nggak apa-apa ya Diara tinggal sama Ayu disini," ucap Diara meminta izin kepada ibunya.
Bu Rianti, ibunya Diara menatap penuh selidik kepada anak gadisnya itu, "Kamu kerja apa malam-malam gini, Nak?"
"Reni yang ngasih, Bu, belum jelas juga kerja apa, tapi lumayan gajinya untuk biaya pengobatan Ibu nanti," ucap Diara dengan tersenyum.
Bu Rianti merasakan sesuatu yang tidak enak kepada putrinya, wajah antusias anaknya sama sekali tidak mampu membuatnya nyaman dengan apa yang akan Diara kerjakan.
"Nggak usah, Nak, kamu disini saja nemanin Ibu, biar adekmu nanti bisa jaga rumah."
Diara tersenyum, "Ibu jangan khawatir, Reni nggak ngasih kerjaan yang aneh-aneh kok, Bu," gumam Diara.
"Jangan bekerja terlalu berlebihan untuk ibu, Nak, ibu nggak ingin kamu sakit."
"Nggak, Bu, Ibu tenang saja," Diara tersenyum melihat wajah ibunya, "Diara kerja kayak gini juga untuk Ibu dan Adek."
Ponsel Diara berbunyi, Reni sudah menghubunginya, menandakan bahwa Diara sudah harus ke kosnya.
Diara kemudian pamit meninggalkan ibunya, sementara bu Rianti merasakan hal yang tidak enak dengan kepergian Diara. Ia melepas nafas kasar, setahunya Reni adalah anak baik-baik, tidak mungkin anak itu akan memberikan pekerjaan yang tidak baik untuk Diara.
Sementara adik Diara, Ayu, melihat kepergian Diara dengan datar, ia kemudian duduk ke dekat ibunya dan tersenyum, "Ibu tenang saja, kak Diara dan kak Reni kan udah temanan lama."
"Iya, tapi kerjaan apa malam-malam gini, Yu? ibu takut nanti Reni itu malah macam-macam."
Ayu tersenyum, untuk menenangkan pikiran ibunya, "Ibu nggak usah khawatir, mana mungkin kak Reni seperti itu, ibu tenang saja ya," ucap Ayu.
****
Diara telah berganti pakaian di kamar mandi kos Reni, Ia keluar dengan berusaha menarik-narik bajunya agar dapat menutupi tubuhnya yang terbuka.
Ia merasa bingung kenapa harus berpakaian seperti itu, ia memakai gaun terusan yang panjangnya hanya sampai setengah pahanya, belum lagi bagian atasannya yang cukup memperlihatkan dada putihnya.
"Ren, kok pakaiannya kayak gini sih, Ren?" tanya Diara yang masih berusaha menarik-narik pakaian itu agar melar.
Sementara Reni hanya menatap Diara dengan wajah tenang, ia tahu temannya itu merasa risih dengan pakaian seperti itu.
"Kerjaannya memang gitu, Ra, tapi nanti kamu akan terbiasa dengan pekerjaan ini," ucap Reni, ia memandang lekat wajah Diara. "Lumayan uangnya, Ra, orangnya mau ngasih kamu 6 juta malam ini."
"6 juta, Ren? banyak kali,Ren," ucap Diara, "Pekerjaannya nggak macam-macamkan? kamu jangan aneh-aneh lo, Ren."
Reni tersenyum, ia kemudian mengambil gelas di mejanya yang berisikan air putih, gelas itu ia berikan kepada Diara.
"Minum dulu nih, biar pikiranmu jernih, nggak mikirin yang macam-macam."
Diara menarik nafas kasar melihat Reni, ia kemudian meminum air itu. "Kerjanya sampai jam berapa, Ren?" Tanya Diara dengan santai, ia kemudian berdiri dan meletakkan lagi gelas di meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiada Hutang Dalam Cinta
Romancekali ini cerita drama ya teman-teman, yang suka drama bisa ngumpul, yang nggk suka, bisa diskip kok, Novelme ini pernah terbit di platform lain, sekarang diterbitkan disini, biar tulisan ku bisa di satu tempat aja