58. Suka Kamu Apa Adanya

2 0 0
                                    

Mobil yang dibawa Adrian melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Kamil, jalannya sudah kembali mulai padat di jam pulang kantor. Sesekali Adrian menyalip beberapa mobil dan menambah kecepatannya. Lalu lalang pemotor yang menyelinap di antara mobil membuat Adrian sesekali menggerutu. Takut-takut ada pemotor yang menyenggol mobilnya dan meninggalkan bekas goresan atau lecet disana.

Kamil duduk di samping Adrian sembari membuka tabletnya, berita ekonomi hari itu menjadi perhatiannya. Pelemahan saham perusahaan tambang akibat kebijakan ekspor pemerintah menjadi sorotannya. Membuat banyak pengusaha tambang protes, karena merasa dirugikan. Termasuk juga Kamil, kebijakan itu membuat keuntungan perusahaannya menurun dan defisit keuntungannya semakin besar.

“lo udah lihat berita Yan, banyak saham perusahaan tambang yang turun” gumam Kamil yang tetap menyorot layar tabletnya.

“itu perusahan go public, beda sama perusahaan kita” Adrian menjawabnya dengan enteng. Matanya masih fokus memperhatikan jalan dan spion. Berhati-hati dengan pengendara motor yang sering menyelinap dari arah belakang.

“lo coba temuin Samuel deh Yan, kalau bisa kerja sama itu tetap lanjut, keuntungannya bisa nutupin defisit kita, truss lo coba juga temuin Hesty untuk melobi ayahnya, gara-gara hubungan lo sama Hesty udah putus, paman Subagyo juga mau narik proposal kerja samanya dengan kita untuk projek tambang litiumnya” ucap Kami dengan datar.

Adrian mendesis geram, giginya beradu menahan kesal, “kenapa kerja sama kayak gini harus dihubungin sama masalah pribadi sih?” suaranya menderu kesal.

“ini diluar kendali gue Yan, ini murni tentang masalah diri lo, gue sebagai pimpinan nugasin lo buat menyelesain ini dan pastiin kerja sama dengan Samuel dan paman Subagyo berjalan” ucap Kamil memerintah dengan tegas.

Guratan wajah laki-laki itu datar tak berekspresi, namun Adrian tahu, Kamil sangat kecewa kepadanya. Semua masalah ini terjadi karena dirinya. Mulai dari masalah Hesty hingga Samuel yang menginginkan Diara. Memikirkannya saja pikiran Adrian terasa pusing, belum lagi pengendara motor yang terus menyelip di sisi mobilnya dengan jarak yang sangat mepet.

Adrian memilih diam tak menjawab, tak ingin membuat kepalanya kembali memanas dan emosinya kembali meluap. Guratan cahaya kuning di langit sore ia pandangi, seulas senyuman ia kembangkan. Ia merasa Diara tengah memandang langit yang sama dengannya. Berdiri di balkon lantai 2, sembari melihat ke arah taman kompleks.

Pedal gas diinjak Adrian sedikit lebih dalam, ia sudah mulai memasuki jalanan lengang kompleks perumahan Kamil.

Setelah sampai di rumahnya, Kamil lekas turun, ia sedikit membungkuk dan melihat ke arah Adrian sebelum masuk ke dalam rumah.

“sejak awal lo ingin nikahin dia, gue dah ngebayangin masalahnya akan sepelik ini, sekarang lo pasti udah tahu mana yang harus lo pilih” ucap Kamil, ia kemudian segera menutup pintu mobil dan masuk ke dalam rumahnya.

Ucapannya itu hanya disambut senyuman sinis dari Adrian, paham, semuanya hanya kemunafikan Kamil. Seolah mendukungnya dan berjalan di jalan yang benar, padahal Kamil hanya ingin menyingkirkan Diara darinya. Sayangnya itu hanya sebatas dugaannya saja, tanpa bukti yang jelas.

Mobil Adrian kembali melaju menuju rumahnya, kecepatannya sedikit lebih cepat, membayangkan Diara telah menunggunya dengan senyuman manis di rumah. Sekalipun kehadiran Diara adalah karena sebuah kesalahan dalam hidupnya, tapi cinta dan sayang itu tidak bisa ia tahan.l untuk terus bersemi di hatinya.

Mobil Adrian berbelok memasuki kompleks perumahannya, 5 menit dari sana gerbang kompleks, ia sudah berada di depan gerbang rumah.

Ketika ia hendak turun membuka pagar, pintu pagar telah terlebih dahulu terbuka, membuat Adrian urung untuk turun dan segera memasukkan mobilnya ke dalam.

Tiada Hutang Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang