Ayu baru saja kembali ke rumah, ia segera pulang karena ingin mempersiapkan pakaiannya untuk sekolah besok. Ia sudah libur 2 hari untuk pernikahan Diara. Untuk hari itu giliran Diara yang harus menjaga ibu mereka di rumah sakit.
Saat memasuki rumah, Ayu mendapati Adrian tengah sibuk bekerja di ruang tamu. Diara duduk di samping Adrian sembari melihat apa yang dikerjakan suaminya. Ia hanya melihat, tak ingin bertanya, karena memang ia tidak mengerti adiministratif perkantoran yang diurus Adrian.
“Mas Adrian sibuk ya?” ucap Ayu setelah mengucapkan salam, ia segera duduk di kursi ruang tamu yang kosong.
“Lumayan, Yu, kerjaan Mas lumayan menumpuk, emang kenapa?” tanya Adrian.
Ayu melihat wajah Adrian, sangat serius bekerja. Ia malah tak enak jika meminta Adrian menemani Diara untuk menjaga ibunya di rumah sakit.
“Nggak apa-apa, Mas, pekerjaan Mas pasti keganggu karena masih harus disini,” gumam Ayu.
Adrian menghentikan sejenak kerjanya, ia lihat wajah Ayu yang tampak kelelahan. 'Mungkin Ayu perlu gantian dengan Diara untuk menjaga ibu mereka di rumah sakit’ pikir Adrian.
“Kamu lelah, Yu? istirahat aja dulu, nanti biar Mas sama Diara yang di rumah sakit,” ucap Adrian memberikan perhatian kepada Adik iparnya itu.
Ayu mengangguk pelan, ia kemudian berdiri. “biar Kak Diara aja yang di rumah sakit, Mas, Mas kan harus kerja,” ucap Ayu, ia kemudian pamit untuk masuk ke dalam kamarnya yang pintunya ada di dekat ruang tamu itu.
Adrian melihat ke arah Diara yang bersandar di sampingnya.
“Ayu benar, Mas, Mas kerja aja, biar aku yang jaga ibu,” ucap Diara, “lagian ayu besok udah harus sekolah lagi, Mas, jadi aku memang bakalan sering di rumah sakit."
Adrian melepas nafas panjang, pekerjaannya masih banyak, sepertinya Kamil sengaja membuatnya sibuk agar segera kembali. Di sisi lain ia masih ingin di dekat Diara, ia harus bisa membuat Diara jatuh cinta kepadanya dan melupakan Hendra. Kedatangan Hendra tadi sudah menjelaskan seberapa besar perasaan Diara kepada Hendra.
“Nanti aku temani kamu di rumah sakit ya, Ra, pekerjaanku nanti bisa ku handle,” ucap Adrian dengan tersenyum, Diara melihat lekat wajah suaminya.
“Nggak, Mas, nanti kamu kelelahan.”
“Bukannya kamu juga biasa seperti itu, kamu dulu kerja di restorankan?” tanya Adrian.
Diara menatap Adrian penuh selidik, tahu darimana Adrian jika ia kerja di restoran? dari Ayu kah? atau dari ibunya?
“Mas tahu dari mana kalau aku kerja di restoran?”
“Aku pernah melihat kamu mengepel lantai restoran," ucap Adrian.
Adrian kembali melanjutkan kerjanya, ia harus segera menyelesaikan pekerjaan itu dan segera menemani Diara ke rumah sakit.
“Kalau Mas tahu kerjaku hanya babu di restoran, kenapa Mas masih mau menikah denganku?” suara Diara terdengar pelan, gadis itu tengah menahan rasa pedihnya. Perasaan tak pantas itu kembali merasuki hatinya.
“Kan aku sudah bilang, Ra, aku menerima kamu dengan segala kekuranganmu,” jawab Adrian, “jangan pikirkan lagi segala perbedaan kita, jangan pikirkan lagi apa alasan kita menikah, pikirkan saja gimana pernikahan kita ke depannya.”
Mata Diara berkaca-kaca, begitu tulus hati Adrian terdengar di telinganya, lalu kenapa ia tega merebut hidup laki-laki itu? Tak hanya berkorban harta untuk ibunya, laki-laki itu juga harus mengorbankan kehidupannya untuk menikah dengannya.
Melihat mata Diara yang berkaca-kaca, Adrian kemudian mengecup ubun-ubun Diara, rambut Diara masih hambar, tak ada wangi shampoo disana, mungkin Diara sudah terbiasa seperti itu. Adrian mengangkat dagu Diara, membuat mata Diara menatap ke arah dalam matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiada Hutang Dalam Cinta
Romancekali ini cerita drama ya teman-teman, yang suka drama bisa ngumpul, yang nggk suka, bisa diskip kok, Novelme ini pernah terbit di platform lain, sekarang diterbitkan disini, biar tulisan ku bisa di satu tempat aja