64. Mencari Solusi

4 0 0
                                    

Adrian mengusap pelan wajahnya yang dingin karena air shower, ia resapi setiap air yang membasahi badannya. Berharap dinginnya air bisa meredam pikirannya yang terasa sangat berat dan membebaninya. Berputar lagi ucapan Samuel dan Hesty tadi siang kepadanya.

Diara, itu lah masalahnya, mereka tidak menginginkan kehadiran Diara di sisinya. Bahkan sampai memutuskan kerja sama yang akan memberikan keuntungan besar bagi mereka.

“ahh, sial,” Adrian mengerutu kesal dengan keadaan. Ia memukul dinding kamar mandi dengan menahan rasa marah.

Setelah selesai membersihkan dirinya di dengan air sejuk, Adrian kemudian keluar dari kamar mandi. Seperti biasa, pakaiannya sudah disiapkan Diara di atas ranjang. Membuatnya selalu mensyukuri gadis itu telah menjadi istrinya.

Sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Adrian duduk di tepi ranjang dan melihat ponselnya yang ada di nakas. Sejenak ia membaca pesan chat di ponselnya itu sembari tangan kirinya terus mengeringkan rambutnya yang masih basah.

Ada pesan dari Andre bahwa Hasan juga akan segera datang ke rumahnya. Sepertinya asistennyabitu sudah kembali ke ibukota. Adrian melepas nafas berat, ia menaruh lagi ponselnya di nakas, malam itu ia harus menemukan solusi dari semua masalah di perusahaan.

Adrian segera memakai bajunya dan berpindah ke ruang kerjanya. Disana ia melihat Diara tengah membaca buku sembari duduk bersandar di sofa. Diara memakai daster putih yang longgar, kakinya yang terlipat segera ia turunkan saat menyadari Adrian masuk ke ruangan itu.

“mas kira Ara lagi sama ibu di bawah” ucap Adrian. Ia berjalan pelan menuju meja kerjanya.

“Ara nungguin mas disini” jawab Diara dengan singkat.

Alis Adrian bertaut, ia tatap lekat wajah Diara yang tengah memandangnya. “Ara ada masalah?" tanya Adrian.

Diara menggeleng, ia taruh bukunya di sofa dan segera ia berdiri dan mendekat kepada Adrian yang berdiri di samping meja kerja. Sesaat kemudian, Diara menghempaskan dirinya ke dada suaminya itu. Ia peluk Adrian dengan dengan erat, ia pejamkan matanya, ia hirup wangi khas suaminya itu.

“Ara kenapa?” tanya Adrian, tangan kirinya nya ia kalungkan di punggung Diara. Sementara tangan kanannya mengusap lembut rambut Diara. Sesakali ia hirup aroma rambut Diara yang sangat ia sukai wanginya.

“nggak kenapa-kenapa mas, dari tadi Ara cuma pengen meluk mas aja” jawab Diara.

Adrian menarik nafas dalam, ia tak percaya begitu saja dengan ucapan Diara. Adrian menguatkan lagi pelukan tangannya di punggung Diara. Ia tahu Diara tengah mengkhawatirkan sesuatu.

Perlahan tangan Adrian yang mengusap rambut Diara beralih ke wajah Diara, tangan itu dengan pelan menarik dagu Diara. Membuat wajah Diara terangkat, dan mata mereka bertemu, rona mata mereka sama-sama menunjukan rasa kekhawatiran.

“Ara jangan takut ya, apa pun masalahnya, kita akan hadapi bersama” ucap Adrian dengan lembut.

Diara menjawabnya dengan anggukan pelan, sesaat kemudian, kecupan hangat mendarat di bibir Diara. Kecupan yang berubah menjadi hasrat yang memanas diantara mereka. Tak hanya Adrian yang menggebu-gebu, Diara yang biasa pasif, mulai menunjukkan ke agresifannya. Membuat Adrian merasa senang, itu berarti tidak ada lagi ketakutan di dalam diri Diara kepadanya.

Saat tangan Adrian baru bergerak, menyentuh bagian punggung Diara dengan penuh hasrat, 'tok,tok,tok’ pintu ruangan itu terdengar diketuk 3 kali.

Membuat bibir mereka terlepas, dengan nafas yang teratur. Diara memegang pipi suaminya dengan tersenyum, begitu pun Adrian, ia tersenyum dengan tangan masih mendekap tubuh Diara untuk tetap di pelukannya.

Tiada Hutang Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang