44. Ingin Merebut

1 0 0
                                    

Wajah Adrian tengah tersenyum melihat Diara melalui layar datar yang dipegang Diara. Senyuman manis terkembang di wajah mereka berdua.

Hati Diara yang terasa kalut menahan rindu, sekarang terasa lega melepas dahaga rindunya itu. Senyum terus ia umbar menatap wajah Adrian yang biasanya menyambut paginya. Baru saja video call mereka terhubung, dada mereka sudah sesak ingin melepas rindu.

“udah malam disana ya mas?” tanya Diara yang ragu harus mengatakan apa untuk membuka percakapan mereka.

Hingga langit gelap di belakang Adrian menjadi pertanyaan pembukanya. Adrian mengangguk pelan dengan tersenyum manis menjawabnya.

“ngapain senyum-senyum sendiri bos” ucap Andre yang tengah menikmati secangkir capucino hangat dengan duduk di depan Adrian. Mereka tengah menikmati suasana malam di dekat kolam renang hotel.

“makanya nikah sana, biar tahu rasanya punya istri” gumam Adrian.

Andre menyipitkan matanya, merasa tak senang dengan ucapan Adrian.

“mas Andre belum nikah mas?” tanya Diara dengan bingung, ia ingat betul Andre ngomong anak isteri kepadanya kemarin pagi.

“belum, masih pedekate dia sama Rina, nggak jadi-jadi sampai sekarang” jawab Adrian mengejek Andre.

Diara menautkan alisnya karena kesal, laki-laki itu ternyata membohonginya, awas saja kalau dia sudah pulang, benar-benar ku suruh mas Adrian memecatnya’ batin Diara menggerutu.

Sementera Andre merutu kesal kepada Adrian, Rina yang masih belum siap menikah, bukan dia yang ingin main-main dengan gadis itu.

“enak mana sama mbak Ara atau sama bos Hesty, bos?” ucap Andre dengan santai tanpa beban.

Adrian seketika mengambil tutup gelas minumannya dan melemparnya ke arah Andre. Membuat Sahabat sekaligus asistennya itu terkaget hingga sedikit menumpahkan capucinonya yang masih panas ke tangannya sendiri.

“aduhh, bos, ini apa sih, main lempar-lempar, kayak anak kecil aja” kesalnya kepada Adrian.

“lo ngomong kayak gitu lagi, gue sumpal mulut lo sama cabe rawit” ucap Adrian dengan kesal.

Diara hanya bingung melihat pemandangan di depannya, ia tidak terlalu jelas mendengar suara Andre yang posisinya sedikit jauh dari ponsel Adrian.

“emang salah gue nanya kayak gitu, bos kan udah sama-sama nyoba keduanya” rutu Andre lagi.

“ah sialan lo, ngomong lagi, gue  ceburin lo ke kolam” ancam Adrian lagi.

Andre mencibir tipis, Adrian hanya bisa mengancamnya, tapi tak pernah benar-benar tega kepada dirinya, kecuali tadi pagi saat bokongnya terhempas ke lantai, bahkan sakitnya masih ia rasakan malam itu.

“kalian lagi ngapain sih? kok kayak anak kecil gitu” tanya Diara yang melihat wajah kesal suaminya.

“nggak apa-apa Ra, kamu gimana tadi siang, ngapain aja sama ibu?” tanya Adrian.

Diara terdiam, ia merasa ragu untuk menceritakan semuanya. Terutama tentang Samuel, nanti bisa runyam masalah mereka. Atau mungkin bisa saja Adrian akan bertengkar dengan Samuel.

“biasa mas, tadi bantu ibu ngurus taman, truss belanja ke supermarket di depan komplek “ jelas Diara.

“hmmm” gumam Adrian dengan mengangguk tipis.

“tapi mas, tadi Riyana ngajak aku pergi belanja lagi," lanjut Diara menjelaskan apa yang terjadi tadi.

Tangan Adrian mengusap kasar tengkuknya, sepertinya Riyana punya maksud lain yang dia tidak tahu. Atau Kamil bekerja sama dengan Riyana untuk memisahkannya dengan Diara. Mereka benar-benar membuat Adrian bingung, menuduh pun mereka sudah pasti mengelak.

Tiada Hutang Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang