Anastasya Mikha adalah wanita berusia dua puluh delapan tahun, wanita yang banyak menemani juga mewarnai masa kuliah seorang Daniel, satu-satunya wanita yang membuat Daniel tertarik tanpa membutuhkan waktu lama, satu-satunya wanita yang membuat Daniel memikirkan pernikahan juga satu-satunya wanita yang berhasil mematahkan hatinya.
Beberapa bulan yang lalu, Daniel melamarnya tepat di hari ulang tahunnya. Ia berfikir, karena mereka lumayan dekat, punya komunikasi yang intens dan selalu ada untuk satu sama lain. Daniel optimis lamarannya di terima. Tapi tidak, Tasya menolaknya. Dengan halus dan baik-baik. Perempuan itu mengatakan bahwa ia lebih nyaman dengan status mereka sebagai sahabat, Daniel terima itu. Meski perjuangannya selama tiga tahun juga berarti berakhir sia-sia. Ia berusaha meluluhkan Tasya dengan banyak cara, meski orang tua Tasya juga tidak merestui entah atas dasar apa. Daniel tadinya masih mau untuk berjuang, ia masih merasa sanggup menyakinkan Tasya, tapi tidak ketika beberapa bulan setelahnya ia menikah dengan orang lain. Dia bukan orang asing, dia orang yang juga merupakan teman mereka semasa kuliah.
Satya Adimas.
"Apa kabar pengantin baru?" Dia Satya, yang baru pulang dari perantauannya di Australia membawa serta Tasya bersamanya.
Satya, yang entah memiliki apa dan dengan cara apa dapat menaklukkan seorang Anastasya Mikha dalam waktu singkat. Daniel bahkan tidak tau kapan mereka dekat, kapan mereka menjalin hubungan, hingga akhirnya mereka menikah. Tanpa mempertimbangkan perasaannya.
"Sehat, baik, lo gimana?" Satya dan Tasya memutuskan kembali ke Indonesia dan menetap disini setelah kepindahan mereka sejak menikah. Satya memang memiliki pekerjaan disana, tapi ia memutuskan pulang entah kenapa Daniel tidak tau detailnya.
"Sehat, baik, bahagia." Satya menggenggam tangan Tasya yang duduk di sebelahnya. Daniel sedang di apartment mereka atas panggilan Satya. Ia membawa banyak oleh-oleh untuk teman-teman kampus termasuk Daniel
Tasya masih sama, ia tentu masih cantik seperti dulu. Senyumnya masih menawan dan membuat Daniel tidak bisa mengalihkan pandangannya. Sayangnya, senyum itu bukan miliknya. Senyum itu di tujukan pada Satya sedari tadi
"Tapi gue lihat foto yang di post sama mbak Dilara, kok beda ya? Apa gue salah lihat?" Setau Satya, Daniel akan menikah dengan perempuan bernama Priska. Tapi caption foto yang di posting Dilara di Instagram berbeda.
"Iya, namanya Zeya. Zeya Kanaya." Tasya dan Satya terdiam beberapa detik
"Lo gak jadi nikah sama Priska?" Dengan senyumnya, Daniel menggeleng menjawab pertanyaan Tasya.
"Lo di jodohin sama orang lain?" Kali ini Satya yang bertanya.
"Enggak, Zeya pilihan gue sendiri. Gue emang mau nikah sama dia." Tapi cukup Daniel, berhenti mengangumi Tasya karena dia sudah menjadi milik orang lain.
Ia perlu belajar lebih keras lagi untuk menerima, bahwa ia tidak pernah benar-benar memiliki Tasya.
Daniel tidak menceritakan detailnya mengapa ia menikah dengan Zeya dan bukan Priska. Tapi ia tetap disana hingga hari berganti malam mengobrolkan banyak hal
_____
Daniel pulang pukul tujuh malam, ia melihat mobil asing terparkir di garasi mobilnya. Dan benar, ketika ia masuk dan sampai di ruang tengah ada mamanya serta Tari. Tari adalah ibunya Priska yang kebetulan juga teman dekat mamanya
Daniel tidak akan keberatan dengan keberadaannya, ia memang beberapa kali pernah kemari karena memang sangat akrab dengan mamanya. Yang membuat Daniel agak kesal, disana ada Zeya, ia berjongkok di dekat Tari dan sedang membersihkan teh yang sepertinya tumpah.
"Zeya?" Zeya yang baru menyadari kedatangan pak Daniel hanya mendongak dan menatapnya sebentar. Kemudian melanjutkan memunguti beling dari pecahan kaca dan mengelap lantai basah itu dengan tisu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A MASTERPIECE OF TRAGEDY
RandomI want you. All of you. Your flaws, your mistakes, your imperfection, your happiness and sadness, everything.