BEFORE YOUR MEMORY FADES

13.1K 1K 48
                                    

Andin sudah menjelaskan semuanya. Rumah itu dibeli Daniel pada pak Tejo dengan harga yang Andin juga tidak tau. Ketika ia pulang, sorenya ada seseorang yang datang mengaku di perintahkan pak Daniel untuk menyiapkan bahan alat serta beberapa tukang untuk merenovasi rumah itu. Zeya rasanya sakit kepala memikirkan berapa banyak uang yang di keluarkan pak Daniel untuk merenovasi rumah yang memang tidak bagus itu.

Andin juga bilang, pak Daniel membeli beberapa barang baru. Kasur dan TV adalah contohnya. Andin mengirim video Anya yang sedang menonton kartun sepulang sekolah.

Zeya masih ingin membahas ini, ia masih ingin memberi pria itu pengertian untuk tidak dan tolong jangan mengeluarkan uang untuk keluarganya. Zeya tidak mau merasa berhutang, Zeya tidak mau ada sisa-sisa dari kebaikan pak Daniel yang tinggal padanya ketika nanti mereka berpisah. Tapi, pak Daniel sepertinya marah. Semalam ia kembali ke kamar tanpa suara, dan keterdiaman nya itu bertahan hingga sekarang mereka duduk di meja makan. Zeya ada disana, di samping Daniel yang makan dengan tenang.

Zeya tadinya sudah menolak, tapi Arya Lazuardi langsung yang memanggilnya untuk duduk di meja makan menikmati sarapan bersama. Tidak, Zeya tidak nafsu makan. Ia lebih ingin berlari ke dapur sekarang

"Jadi kapan kira-kira kita bisa ke rumah kamu Zeya?" Arya bertanya, dan Zeya tidak tau mau menjawab apa. Sampai pak Daniel mengambil alih

"Mungkin nanti pa, kalau sekarang rumah di desa lagi di renovasi." Jawab pria itu, yang Zeya angguki sembari menatap Arya.

"Oh.. kalau gitu, adik-adik kamu kapan diajak kesini? Kenalan sama kita." Zeya menunduk, ia pejamkan matanya sejenak. Jujur, Zeya tidak mau. Ia tidak mau Andin dan Anya melihat bagaimana bu Meisya tidak menyetujui pernikahan ini.

"Nanti, kan saya udah cerita." Daniel menjawab lagi, Zeya melihat Arya Lazuardi mengangguk-anggukkan kepalanya. Zeya tidak tau maksud pak Daniel apa. Apa yang sudah ia ceritakan?

"Makan, kenapa melamun." Ucapan Daniel itu diucapkan dengan suara kecil, hanya Zeya yang mendengarnya.

"Tante, katanya kita mau belajar renang." Raisa masih mengingat perihal itu ternyata.

"Iya nanti, sekarang makan dulu." Dilara menjawab pertanyaan anaknya.

Zeya sekarang hanya ingin bicara pada pak Daniel, tapi bagaimana kalau sekarang pak Daniel sepertinya sedang marah padanya? Untuk alasan yang Zeya tidak terlalu pahami. Ia marah karena Zeya menyebut kata cerai?

"Mama dengar Tasya udah pulang dari Australia ya?" Pertanyaan bu Meisya itu di sambut hening beberapa detik.

"Ya" Daniel menjawab singkat, kenapa tiba-tiba mamanya tau? Bukan kah sejak ia tau keluarga Tasya menolaknya, mamanya juga jadi tidak suka pada Tasya? Sekarang dari mana dia tau kabar itu?

"Kapan-kapan ajak kesini, udah lama dia gak main kesini." Ya, memang. Dulu Daniel selalu punya banyak kesempatan membawa Tasya ke rumah ini. Memperkenalkannya pada kedua orangtuanya. Berharap keluarganya dapat membantu meluluhkan hati seorang Tasya. Dulu

Tapi bukannya mamanya bilang sudah tidak ingin tau apapun mengenai Tasya?

Daniel tidak menjawab dan tidak akan melakukan itu, Tasya sudah jadi istri orang. Dan Daniel sangat amat punya etika untuk membatasi pertemuan dan komunikasinya dengan Tasya. Terlebih, dia juga punya Zeya.

"Andai dulu kamu nikahnya sama dia__

"Ma, cukup." Dilara menghentikan, ia sangat mengerti bahwa kehadiran Zeya di tengah-tengah keluarga mereka belum di terima oleh mamanya. Tapi sebagai perempuan, Dilara juga tidak ingin ada yang membahas perempuan yang seharusnya menikah dengan suaminya.

A MASTERPIECE OF TRAGEDY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang