Heran..kok ada penulis mau namatin cerita tapi di larang 😭 saya mau nulis sampe bab berapa ini? Sampe otak saya berasap gitu?
Tapi btw...vote mana🫴
Daniel sibuk sekali akhir-akhir ini, semuanya juga nyaris bersamaan. Hari ini ia pulang cukup terlambat, pukul sembilan malam ia baru tiba di rumah sekembalinya dari mengurusi perkembangan pembangunan restorannya yang baru.
Zeya sudah ia kabari untuk tidak usah menunggunya, tapi yang ia temukan malah berbeda, Zeya duduk di ruang tengah dengan buku di tangannya.
"Sayang, kenapa enggak tidur?" Daniel mendekat, memeluk dan mengecup seluruh wajah Zeya.
"Kamu capek banget ya hari ini?" Karena biasanya, paling lambat Daniel pulang itu pukul tujuh malam. Sekarang sudah setengah sepuluh bahkan.
"Enggak terlalu, kenapa? Mau ngajak main?" Zeya mendengus, tau betul makna dari kata main yang diucapkan Daniel, maknanya jadi berubah kalau dia yang bilang.
"Enggak, aku siapin makan ya buat kamu, mau mandi pake air hangat gak?" Beberapa lama tinggal bersama membuat Zeya menyadari, bahkan sejak awal, Daniel tidak pernah mandi pakai air hangat. Mau mandi pagi sebelum bekerja atau malam hari selepas bekerja, di kamar mandi jika Daniel yang gunakan selalu dengan air dingin.
Tapi Zeya mencoba menawarkan tadi, mungkin Daniel ingin merilekskan tubuhnya yang pegal sehabis bekerja seharian.
"Saya mau mandi sama kamu boleh gak?" Jawaban yang tidak terduga dan membuat Zeya merasa malu mendengarnya.
"Enggak" Zeya beranjak, meninggalkan Daniel yang tertawa untuk menuju dapur dan memanaskan makanan yang sudah ia masak tadi. Zeya sebenarnya masih lapar, tadi ia hanya makan sedikit karena menunggu Daniel.
"Mas?!" Zeya berteriak ketika masakan itu selesai tidak lama kemudian. Daniel masih di ruang tengah, sedang menelpon. Zeya memilih ke kamar, menyiapkan baju ganti untuk Daniel lalu kembali ke ruang makan.
Daniel masih disana, masih sibuk menelpon sembari bolak-balik. Ekspresinya terlihat kesal, Zeya juga mendengar Daniel membentak beberapa kali.
Ketika panggilan itu selesai, Zeya baru mendekat, berdiri di seberang Daniel yang kembali duduk menatap dan mengotak-atik ponselnya.
"Mas, kamu mau mandi atau makan dulu?" Daniel tidak menjawab, entah ada apa, keningnya sesekali mengernyit masih dengan menatap ponsel.
"Mas?" Masih tidak di jawab, tolong jangan lupakan bahwa Zeya itu pernah takut dengan Daniel. Jujur saja ketakutan itu masih biasa muncul. Zeya masih takut menganggu Daniel ketika dia sibuk di ruang kerjanya, dan kali ini agaknya ketakutan yang sekarang sudah tidak seberapa itu-, muncul lagi melihat Daniel tidak merespon panggilannya hingga tiga kali.
"Kamu.. baik-baik aja?" Daniel masih tidak menjawab, dan Zeya agaknya mulai terpancing untuk kesal. Apa susahnya dia menjawab? Tidak usah di jelaskan kalau memang tidak mau, dia bisa meminta Zeya untuk jangan menganggu karena sedang ada urusan lain. Itu cukup, Zeya akan kembali ke dapur dan menutup kembali makanan itu agar tidak terlalu dingin ketika Daniel selesai. Tapi dia..Daniel bahkan tidak menoleh sedikit pun kearahnya.
"Mas, mending kamu mandi dulu biar___
"Saya belum mau Zeya! Kamu bisa diem gak sih! Dari tadi nanya-nanya terus!" Daniel membentak. Dengan lumayan keras, suaranya menggema di seluruh penjuru ruang tengah yang memang hening.
Zeya merasa..sedih. tidak ada ketakutan seperti dulu, sekarang dia hanya sedih dan tidak menyangka Daniel masih bisa berteriak padanya ketika Zeya berfikir mereka sudah sangat dekat satu sama lain. Tapi ternyata dia salah, Zeya tidak menjawab juga langsung pergi dari sana. Daniel juga tidak menahan, Zeya menuju dapur dan tetap menutup makanan diatas meja makan agar Daniel tinggal makan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
A MASTERPIECE OF TRAGEDY
RandomI want you. All of you. Your flaws, your mistakes, your imperfection, your happiness and sadness, everything.