Daniel terbangun oleh dering ponselnya yang mulai menganggu, ia menolehkan kepalanya pada Zeya yang sedang tertidur membelakanginya. Daniel bangun, ia raih ponselnya yang berisik itu dan mendapati Tasya menelponnya lebih dari lima kali.
Daniel tidak peduli, ia baru akan meletakkan kembali ponselnya ketika pesan Tasya masuk.
Anastasya Mikha;
Gue ketemu Satya di mall dua hari belakangan ini, gue juga sengaja ikutin dia. Sampai akhirnya gue tau di ternyata selingkuh.
Anastasya Mikha;
Gue gak tau mau kemana Daniel, please tolongin gue. Gue bener-bener butuh pertolongan lo sekarang.
Daniel termenung membacanya, jadi ini ternyata hasil dari berubahnya sikap Satya akhir-akhir ini?
Tasya kembali menelponnya, dan Daniel mengangkat panggilan itu kali ini. Suara tangis dan permohonan Tasya adalah yang mendominasi. Sudah berapa lama ia abaikan Tasya? Mungkin satu atau dua minggu belakangan ini. Tapi dia Tasya, diluar dari dirinya pernah di tolak, Tasya adalah sahabatnya. Sahabat yang dulu beberapa kali membantunya pula, maka atas dasar itulah, Daniel beranjak dari kasurnya. Ini adalah kali pertama ia terbangun lebih dulu dari Zeya, ia langsung mandi dan berganti pakaian. Zeya sudah bangun ketika ia selesai.
"Saya harus pergi sekarang, ada urusan mendadak." Daniel mengecup kening Zeya singkat lalu bergegas pergi. Bahkan Zeya belum sempat meresponnya.
Daniel menemui Tasya di salah satu kafe yang jaraknya cukup jauh dari rumah apalagi kantornya. Ini karena Tasya yang meminta. Alhasil meski setengah hati Daniel menurut.
"Tasya, tolong jangan berlebihan." Tasya agak terkejut ketika Daniel menolak untuk ia peluk, kedua tangan Daniel menahannya dan pria itu memilih duduk lebih dulu.
"Ada apa?" Ini bukan Daniel. Dia bukan Daniel yang ia kenal. Namun Tasya akan wajarkan itu karena Daniel sekarang sudah menikah. Ada perasaan Zeya yang harus ia jaga. Dimana Tasya perlu dan harus meminta maaf pada Zeya karena lagi-lagi ia merepotkan Daniel.
"Satya gak mau gue ikut dia ke Australia untuk waktu yang lama, terutama setelah adanya ide buat lanjut S2 itu." Ya. Daniel mengingatnya, Tasya memang cerita kalau ia ingin mengambil S2 juga agar bisa tetap ikut dengan Satya. Dimana wacana itu Daniel dukung lebih dari yang Tasya butuhkan.
"Ternyata disana dia selingkuh sama teman kerjanya, gue enggak mau ketemu dia dulu Daniel." Tasya menyambung, air matanya belum surut.
"Justru kalian harus ketemu dan ngomong, selesaiin masalahnya. Jangan lari." Ucapan Daniel itu membuat Tasya menunduk dan semakin menangis.
"Tapi gue butuh waktu, please Daniel. Gue gak tau mau kemana lagi. Orang tua gue pasti sedih dan gue takut orang tua gue nyalahin orang tua Satya." Dan Daniel juga memahami, orang tua Satya memang tidak suka Tasya sejak awal. Adanya masalah ini pasti membuat posisi Tasya semakin sulit
"Saya gak bisa Tasya, saya khawatir Zeya salah paham." Sekarang-sekarang saja, sulit sekali bagi Daniel untuk mendekat pada Zeya.
"Saya bersedia temenin kamu buat ngomong sama Satya, kalian sebaiknya bicara." Tasya menggeleng
"Gue mau Daniel, gue pasti bakal ngomong, tapi enggak sekarang. Lo belum tempatin apartment lo kan? Gue bisa disitu dulu kan?" Daniel menatap Tasya dengan jengkel yang kentara. Dia memang tau apartment itu karena Daniel memang membelinya ketika mereka masih sama-sama kuliah
Tapi bukan itu fungsinya, apalagi sekarang posisinya ia sedang sangat menjaga perasaan Zeya.
"Gak bisa lah Tasya, itu___
KAMU SEDANG MEMBACA
A MASTERPIECE OF TRAGEDY
RandomI want you. All of you. Your flaws, your mistakes, your imperfection, your happiness and sadness, everything.