OF ALL FLOWERS; you

13K 1.7K 93
                                    

Zeya sudah menyerah membangunkan Daniel, ini hari minggu. Daniel semalam sudah bilang kalau dia tidak akan kemana-mana, tapi biasanya dia tetap bangun pagi meski hari minggu. Daniel selain sangat menjaga kebersihan, juga memiliki pola hidup yang sehat.

Dia bangun pagi meski libur, olahraga dan sarapan lalu mengerjakan apa yang bisa di kerjakan. Bahkan mencuci bajunya saja Daniel melakukannya sendiri. Dulu, sekarang agaknya akan Zeya cuci karena Daniel belum bangun dan cuciannya sudah menumpuk. Oleh karena itu sekarang, di ruang cuci Zeya memisahkan bajunya dan Daniel di dalam keranjang yang berbeda.

Ia sudah merapihkan rumah dan membuat sarapan, ia biarkan Daniel tertidur sembari memasukkan baju-bajunya ke dalam mesin cuci.

"Kamu udah sarapan?" Zeya menoleh, Daniel ternyata sudah bangun. Penampilannya sudah rapih, dengan pakaian santai dan sepertinya sudah cuci muka.

"Udah tadi" Daniel melirik cucian Zeya, tidak terlalu banyak.

"Mungkin kita harus cari asisten rumah tangga." Rumah ini memang tidak bertingkat, tapi lumayan luas. Zeya pasti lelah membersihkan keseluruhannya, juga memasak untuk mereka, belum lagi kerjaan yang lain. Seperti mencuci baju ini misalnya.

"Aku bisa" jawab Zeya tanpa melihat kearah Daniel, ia baru menyadari deterjen yang biasa ia pakai tidak terbeli. Deterjen yang tersedia sekarang hanya yang biasa Daniel pakai karena memang pria itu beli sendiri. Zeya tidak enak memakai milik Daniel.

"Nanti kamu capek, mikirin apa sih?" Daniel pun menyadari kebingungan Zeya, yang memang tidak akan pernah mudah untuk ia tanyai. Istrinya itu hanya menggeleng, mengeluarkan kembali pakaiannya dari mesin cuci.

"Kenapa di keluarin lagi?" Zeya barulah menolehkan kepalanya pada Daniel

"Kamu kenapa enggak sarapan aja?" Daniel ingin kesal, tapi berulang kali ia ingatkan dirinya. Ini juga bahkan masih terlalu pagi untuk kesal

"Kamu mau ngapain sih sayang?" Tapi meski dia sudah menahan, pertanyaannya tadi terdengar kesal. Zeya mengeluarkan semua bajunya dari mesin cuci lalu memasukkan baju-baju Daniel.

"Kenapa enggak di satuin aja?" Zeya menghela nafas, dengan berani menatap sebal pada Daniel.

"Kamu duluan aja, aku lupa beli deterjen." Kening Daniel mengernyit, ia masuk ke ruang cuci dan mengambil detergen cair yang Zeya pegang hendak menuangkannya ke dalam mesin cuci.

"Ini deterjen kan? Kenapa___

"Iya tapi ini punya kamu, aku lupa beli sendiri." Daniel menunduk, helaan nafasnya terdengar lelah juga Daniel sedang berusaha bersabar. Ia tatap kembali Zeya yang dengan polos menatapnya.

"Enggak ada istilah punya kamu dan punya saya di rumah ini Zeya, semuanya milik bersama. Kamu pakai punya saya dan saya juga bisa pakai punya kamu, untuk beberapa barang. Paham?" Zeya tidak menjawab. Dan Daniel betul bingung bagaimana lagi membuat Zeya mengerti bahwa pernikahan ini adalah sungguhan.

"Kamu jangan gini dong Zey, saya bukan orang lain dan kamu juga bukan orang lain." Daniel kemudian mengambil seluruh cucian Zeya dan memasukkannya ke mesin cuci bersama baju-baju, dan menuangkan deterjen itu.

"Kebanyakan" tegur Zeya melihat Daniel nyaris menumpahkan setengah botol.

"Habis tinggal beli" ucapnya terdengar sombong, lalu menarik tangan Zeya untuk ikut dengannya setelah memastikan mesin cuci bekerja.

"Duduk" suruh Daniel yang langsung Zeya turuti, pria itu mengambil air putih untuk dirinya sendiri lalu duduk di depan Zeya.

"Apa lagi yang kamu pikir punya saya dan enggak boleh kamu pake?" Sebenarnya semuanya. Ada tidak yang mengerti perasaan Zeya? Daniel ini adalah majikannya. Dulu. Mereka tidak pernah berinteraksi kecuali sewaktu Mutia memperkenalkan mereka dan waktu Zeya membantu Daniel membuat kopi. Tidak ada lagi, sampai Daniel memintanya menikah waktu itu, pernikahan yang sampai sekarang tidak disetujui oleh bu Meisya.

A MASTERPIECE OF TRAGEDY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang