Sebenarnya Zeya iba dengan apa yang terjadi pada Tasya. Dari yang ia dengar, Tasya rela tidak mendengarkan orangtuanya demi menikah dengan Satya. Sekarang Satya berselingkuh dan akan menikah lagi, di tambah orang tuanya atau pihak keluarga Satya juga tidak ada yang mendukungnya.
Pasti berat menjalani hari-hari setelahnya, tapi Zeya tidak juga bisa mengelak dari rasa lega nya. Ia lega Daniel kemarin menemui Tasya bersamanya dan menolak ikut campur terlalu jauh.
Dan.. apakah itu berarti semuanya sudah selesai?
Daniel benar-benar akan fokus pada rumah tangga ini kah?
"Zeya?!" Zeya sedang di dapur, sedang membuat sarapan untuk Daniel yang memang tidak pernah melewatkan sarapan.
Ia bangun sebelum Daniel bangun, di pukul lima pagi Zeya langsung mandi, berpakaian, lalu ke dapur.
"Zeya?" Zeya menoleh, Daniel terlihat keluar dari kamar mereka di sisi kanan rumah. Rambutnya berantakan karena baru bangun tidur.
"Kenapa sih teriak-teriak?" Memang tidak bisa apa? Daniel bangun langsung mandi dan bersiap ke kantor?
"Kamu enggak perlu bangun sepagi ini Zeya" ucap Daniel, suaranya teredam di bahu Zeya.
Tapi Zeya tidak tau mau melakukan apa lagi kalau bukan bangun dan membuat sarapan, di rumah keluarga Lazuardi juga dia selalu bangun pagi dan membantu Mutia di dapur.
"Saya harus ke kampus, harus ke kantor juga." Daniel melepaskan pelukannya, merapikan sebentar rambutnya lalu bersandar pada meja dapur. Zeya sedang menggoreng telur, ucapannya tadi sekedar informasi kalau-kalau Zeya penasaran kegiatannya hari ini, yang sebenarnya memang itu-itu saja.
"Iya" jawabnya singkat. Daniel yakin Zeya tidak bermaksud untuk cuek padanya, pada dasarnya Zeya memang tidak banyak bicara, pelan-pelan Daniel mulai terbiasa dan berusaha untuk tidak mempermasalahkan itu.
Daniel hanya diam, matanya tak lepas memandang Zeya yang rambutnya masih setengah basah tergerai lurus hingga punggungnya, dress putih bermotif bunga yang ia pakai semakin membuat Daniel terlena. Meski tidak memoleskan kosmetik apapun di wajahnya, Daniel serius ketika menyebut Zeya cantik.
Wajah itu membuatnya semakin jatuh cinta setiap harinya.
"Kata Mutia, kamu gak suka alpukat ya?" Waktu berbelanja, Zeya melihat alpukat dan meminta izin Daniel untuk membelinya, di ajarkan oleh Asih, Zeya suka memakan roti panggang yang diatasnya di beri alpukat. Tapi Zeya pagi ini ingat, Mutia bilang ada banyak buah yang Daniel tidak suka. Salah satunya alpukat.
"Buah apa lagi yang enggak kamu suka?" Memikirkan soal Daniel yang benar-benar sudah menolak ikut campur urusan Tasya membuat Zeya juga berharap pernikahan ini baik-baik saja. Dia masih kesal ketika mengingatnya, tapi Daniel sudah meminta maaf berulang kali dan Zeya ingin mempertimbangkan itu.
Bolehkan kalau dia juga berusaha membangun rumah tangga ini? Agar seimbang?
Apalagi, Zeya sudah mengakui pada dirinya sendiri bahwa ia mencintai Daniel. Pria itu tidak tau, dan Zeya juga belum ada keinginan untuk memberitahu.
Meski separuh dari otaknya masih sibuk memikirkan bagaimana bu Meisya kedepannya, yang masih dan akan terus menunggu Daniel sadar katanya.
"Kalau mangga kamu enggak suka?" Karena mangga yang Sadie bawakan berjumlah lima biji itu, hanya Zeya yang memakannya satu biji kemarin.
Zeya mengalihkan pandangannya dari nasi gorengnya, ia menatap Daniel yang tidak menjawab satu pun pertanyaanya dan hanya memandang kearahnya.
"Maaf, aku banyak tanya." Ucap Zeya dengan menyesal, mungkin Daniel terganggu dengan kecerewetannya pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
A MASTERPIECE OF TRAGEDY
RandomI want you. All of you. Your flaws, your mistakes, your imperfection, your happiness and sadness, everything.