BEFORE YOUR MEMORY FADES

12.6K 1.9K 269
                                    


Mana vote🫴











Apalagi yang lebih membahagiakan selain-, Daniel bangun di pagi hari dan mendapati Zeya masih terlelap memeluknya?

Perempuan bernama Zeya Kanaya yang dulu bahkan tidak mau menatapnya, beberapa bulan terakhir ini Daniel dapati begitu berbeda. Daniel bukan mau terlalu percaya diri, tapi ia sadar bagaimana Zeya tidak ingin berjauhan dengannya sejak dia hamil.

Daniel miringkan tubuhnya, menatap pada Zeya dan mengelus perutnya yang belum menunjukan apapun. Belum terlalu, usianya masih empat minggu lebih beberapa hari.

Daniel mendekat, mengecup pipi dan seluruh wajah Zeya hingga Zeya mau tidak mau jadi terbangun.

"Good morning Chéri"

Ucapan Daniel itu membuat kening Zeya mengernyit, matanya pelan-pelan terbuka.

"Chéri?" Suara Zeya masih serak, kepalanya menoleh menatap Daniel.

"Sayang." Ucap Daniel berniat memberitahu Zeya arti dari sebutan Cheri tadi.

Zeya tertawa kecil, kembali mendekat dan memeluk Daniel meski ia sadar ia harus bangun dan membuat sarapan. Meski ia sadar Daniel juga akhir-akhir ini terlambat bekerja karena Zeya selalu lama melepaskan pelukannya seperti pagi ini.

Tapi Daniel akan maklum dan akan sangat menerima. Apalagi Dilara sudah mengatakan padanya bahwa ibu hamil menjadi lebih manja bahkan ketika sebelumnya dia perempuan paling mandiri sedunia.

Zeya lebih dulu bangkit, di susul Daniel yang mengecup keningnya lalu pamit duluan ke kamar mandi. Setidaknya Daniel tidak keberatan ia peluk terus dan lama.

Zeya memilih membersihkan kasur selagi Daniel mandi, membuka gorden agar udara pagi bisa masuk. Daniel bersiap, gantian Zeya yang menggunakan kamar mandi lalu menuju dapur membuat sarapan.

Sarapan sangat sederhana, Zeya hanya membuat beberapa pancake karena ia sendiri jadi sulit sarapan sejak hamil. Mual muntah yang Zeya pikir tidak ada, terjadi ketika malam hari beberapa kali di beberapa hari ini. Nafsu makan Zeya memang meningkat, tapi tidak terlalu di pagi hari dan bahkan jadi tiba-tiba tidak suka makan nasi.

Zeya terkejut pada awalnya. Dia orang yang tidak bisa tanpa nasi. Tapi tiba-tiba makan nasi membuatnya agak mual

Daniel belum keluar kamar, Zeya duduk di meja makan setelah tidak menemukan buah mangga di kulkas. Mangga muda di makan dengan garam saja itu rasanya enak.

Zeya tau dia mau, ini masih pagi dan sudah pukul setengah delapan. Daniel berangkat kerja selalu di pukul tujuh, dan sekarang dia bahkan belum sarapan. Karena Daniel tidak kunjung datang, Zeya bergegas keluar rumah, membuka pagar rumah Sadie dengan mudah lalu mengetuk pintunya.

Kalian tidak lupa kan kalau Sadie yang pernah menberikan banyak buah mangga pada Zeya? Pohon mangga besar di halaman rumah Sadie masih berbuah lebat, Zeya sudah menelan ludah membayangkan enaknya makan buah mangga dengan garam.

Untungnya Sadie masih dirumah, dengan gembira memberikan Zeya beberapa buah mangga karena Zeya juga memberitahu kalau dia hamil. Pulang dengan senyum lebar, Zeya mendapati Daniel di halaman rumah. Ekspresinya nampak risau

"Kamu dari mana?" Daniel mendekat, melihat kresek bening yang berisi buah mangga yang Zeya pegang.

Astaga. Daniel hampir serangan jantung ketika tidak mendapati Zeya dimana pun ketika ia keluar kamar. Ponselnya tidak di bawa, dan apa-apaan ini?!

"Dari rumah Sadie, minta mangga." Zeya mengangkat rendah kresek yang ia pegang.

Daniel menghela nafas, dia sudah berulang kali berjanji untuk lebih lembut. Susah sekali di lakukan ketika ternyata Zeya tanpa sadar sering sekali menguji kesabarannya.

A MASTERPIECE OF TRAGEDY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang