Saya emang suka baca dan bales-balesin komen kalian karena itu bikin saya ngerasa punya banyak temen.
Apalagi sebenarnya temen saya emang gak banyak
________
Perjalanan itu entah kenapa terasa mencekam, Daniel diam saja. Namun kemarahannya seakan masih menguar deras dan Zeya bahkan takut sekedar bernafas di sekitarnya.
Balthazar dan Irish pulang di jemput oleh supir. Zeya dan Daniel berada di satu mobil dalam keheningan dan Zeya yang kebingungan.
Bagaimana sekarang? Rencananya gagal kah? Dia memang akui dan tidak akan mengelak bahwa ia mencintai Daniel meski seharusnya jangan. Namun hidup dalam tekanan dari keluarganya juga dari perempuan yang entah kenapa tidak ingin lepas dari Daniel membuat Zeya enggan melanjutkan.
"Aku..mau tinggal sama bude" setidaknya untuk beberapa waktu kedepan, Zeya agaknya butuh jeda untuk memperbaiki pikirannya yang kusut juga hatinya yang berantakan.
"Enggak" jawab Daniel tanpa pikir panjang juga tanpa menatap pada Zeya
Zeya tidak lagi menjawab, sampai akhirnya mobil Daniel tiba di rumah. Pria itu turun lebih dulu lalu membukakan pintu untuk Zeya, ia menarik pelan tangannya dan tanpa kata membawa Zeya ke kamar
"Tunggu disini" Zeya menahan lengan Daniel ketika ia hendak pergi, Zeya agak khawatir. Amarah itu masih jelas terpancar pada kedua matanya.
Zeya khawatir akibat kelakuannya yang membuat Daniel marah malah mengimbas ke orang lain.
"Kamu mau kemana?" Daniel menoleh pada Zeya, menatap wajahnya yang berkeringat juga nampak khawatir.
"Ngomong sama mama" jawabnya setelah beberapa detik hanya memandang pada Zeya. Jawabannya tadi membuat Zeya tidak tenang, sungguh. Hubungan Daniel dan bu Meisya tidak boleh lebih buruk dari ini, dan tidak boleh karenanya.
"Mau apa?" Daniel tidak menjawab, ia lepaskan pegangan Zeya pada lengannya secara paksa.
"Daniel tunggu, kamu__
"Zeya stop! Astaga!" Daniel berteriak agak keras, berbalik memunggungi Zeya dengan kedua tangan meremas rambutnya.
Daniel menghembuskan nafasnya dengan kasar, menatap Zeya yang kembali bungkam karena suara kerasnya. Sebenarnya Daniel juga mau bersikap lembut, tapi sulit sekali di lakukan dalam kondisi hatinya yang panas. Sayangnya dia bukan Balthazar yang meski di maki-maki Irish nada bicaranya tetap halus
"Mas, tunggu. Ini enggak ada sangkut pautnya sama ibu." Meski kata tertekan yang Zeya sebut-sebut memang adalah karena sikap bu Meisya padanya selama ini.
Namun jika Daniel yang membahas itu pada bu Meisya, juga berarti adalah sebuah masalah baru. Zeya sebenarnya berterima kasih dan menghargai bagaimana Daniel selalu membelanya. Tapi Zeya khawatir bu Meisya akan datang padanya dan menuduhnya mempengaruhi Daniel
Tapi Daniel tidak mau dengar, ia lepaskan pegangan Zeya juga tidak menghiraukan kata tunggu darinya. Daniel menutup pintu dan menguncinya dari luar hingga Zeya saja terkejut karena kelakuannya itu.
"Mama di dalam?" Maryam yang baru saja selesai membereskan kamar bu Meisya mengangguk kaku. Melihat ekspresi kesal pada Daniel memang bukan pertama kali, tapi tetap saja ia was-was. Apalagi ia perhatikan, sejak sudah menikah, bu Meisya dan Daniel yang dulunya jarang berdebat dan jarang bertengkar menjadi agak semakin sering.
Daniel tau mamanya sedang di rumah hari ini
"Mama ngomong apa lagi ke Zeya?" Daniel masuk tanpa mengetuk pintu juga tanpa basa-basi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A MASTERPIECE OF TRAGEDY
RandomI want you. All of you. Your flaws, your mistakes, your imperfection, your happiness and sadness, everything.