REDAMANCY

13.2K 1.1K 49
                                    

Waktu dan tempat untuk mencaci maki Daniel di persilahkan🫴






"kamu mau jenguk ayah hari ini?" Zeya hanya mengangguk, ia sekarang sudah duduk rapih di meja makan bersama Daniel. Mencegah bu Meisya untuk marah lagi padanya.

"Saya gak bisa ikut hari__

"Aku juga enggak ngajak" wow. Daniel speechless mendengar ucapan Zeya barusan. Sudah semakin berani memang dia dalam membalas kalimatnya.

"Saya mau ikut, tapi hari ini saya ada urusan." Zeya cuma tau Daniel dosen, dia juga memegang beberapa usaha keluarga yang detailnya tidak Zeya ketahui.

Zeya sebenarnya takut. Dia takut memasuki hidup Daniel terlalu dalam dengan segala perbedaan mereka. Zeya takut dia jatuh terlalu dalam dan tidak ada orang yang dapat menolongnya. Namun sikap Daniel akhir-akhir ini membuat Zeya tidak bisa mengelak. Pria itu memang benar berusaha. Dan apakah ia salah kalau mencoba ikut mengusahakan hal yang sama? Boleh tidak Zeya menyayangi orang yang menyayanginya?

Boleh tidak, ia ikut campur dalam hidup Daniel sebagaimana mestinya? Boleh tidak ia benar berperan sebagai istri untuk Daniel?

"Urusan apa?" Zeya bertanya pelan. Pertanyaan itu keluar setelah lama mempertimbangkan. Ia khawatir Daniel tidak ingin urusannya ia ketahui.

"Saya mau ke kantor" Daniel menjawab setelah beberapa detik juga hanya diam. Sayangnya, kejujuran masih sangat sulit untuk di lakukan. Daniel meremas kuat cangkir kopinya. Benar memang dia akan ke kantor, dia ada janji bertemu Satya hari ini untuk membicarakan soal Tasya, masalah itu agaknya jauh lebih serius dari yang ia kira. Karena semalam Tasya mengiriminya pesan bahwa Satya marah dan bahkan menolak berbicara dengan Tasya.

Tasya, keinginannya untuk melanjutkan pendidikan adalah untuk menjauh sedikit dari keluarga Satya yang terus bertanya mengapa dia tak kunjung hamil kendati pernikahan itu juga baru berlangsung selama beberapa bulan. Tapi Daniel tau, Tasya memang kurang di terima oleh orang tua Satya karena perbedaan kepercayaan. Perbedaan yang membuat Satya mengalah dan mengikuti kepercayaan Tasya. Hal itu tentu membuat keluarga Satya marah dan menyalahkan Tasya juga mencari kesalahan-kesalahan Tasya.

Jawaban Daniel tidak lagi Zeya tanggapi, anggota keluarga sudah lengkap. Zeya menyendokkan nasi ke piring Daniel juga beberapa lauk.

"Suapin, saya sambil ngecek email." Zeya menoleh pada Daniel, dia memang sedari tadi tidak lepas dari Ipad-nya.

"Dih, manja!" Dilara yang masih sinis pada Daniel terdengar menyindir.

"Suapin suami dulu mumpung belum ada anak yang minta di suapin" Abian ikut menimpali

Makan di keluarga Lazuardi memang seperti tidak punya tata krama. Raisa boleh makan sambil nonton dan Dilara akan tetap menyuapinya, Arya Lazuardi bisa sambil baca koran. Dan kini Daniel sambil mengecek emailnya.

Meski agaknya ia malu, Zeya tetap menyuapi Daniel pelan-pelan. Yang Zeya tidak tau adalah-, ini merupakan cara Daniel untuk lebih dekat dengan Zeya.

"Kamu juga makan" ucap Daniel karena Zeya hanya fokus menyuapinya saja.

"Nanti saja"

"Mbak Dilara bisa makan sambil nyuapin Raisa" Zeya spontan menoleh pada Dilara, ia memakan makanan yang sama yang dimakan Raisa.

"Tapi kamu bukan Raisa dan aku bukan mbak Dilara" lihat kan? Zeya memang sudah pintar menjawab ucapannya. Memang kemajuan yang pesat. Abian sampai tertawa mendengarnya.

"Maksud saya kamu juga makan aja itu, jadi kita makannya di piring yang sama. Tambahin aja nasinya sayang." Daniel hanya tidak tau kalau sebenarnya Zeya selalu gemetar tiap Daniel menyebutnya begitu. Di depan orangtuanya pula

A MASTERPIECE OF TRAGEDY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang