Mencari Izin

305 21 2
                                    


Riuhnya isi kepala Arlian malam ini, membuat ia tidak fokus mengerjakan kerjaan yang ia bawa dari kantor ke rumah, ternyata rasa tenang itu belum berpihak dengan Arlian. Arlian keluar dari kamar nya menuju ruang makan,di ruang makan tersebut sudah ada Edward dan Angelina yang sedang menikmati makan malam. Arlian mengambil kursi di depan kedua orang tua nya, dan menyiapkan makan malam nya sendiri. Angelina yang melihat wajah anaknya yang berbeda dari seperti biasanya, ia sedikit heran ada apa dengan Lian?.

"Lian." panggil Angelina.

"Ya ma?."

"Are you okay.?"

"Okay ma, cuma -."

"Pusing karena kerjaan aja itu ma." potong Edward.

"Kerjaan lagi numpuk sayang?."

"Ya gitu ma, hehe."

"Jangan terlalu di push sayang, nanti kamu sakit."

"Iya ma."

"Kerjaan kamu yang di Singapore gimana sama Michelle? Mau kapan ke Singapore? Mereka udah menunggu kalian berdua buat datang kesana."
Tanya Edward.

"Kita belum dapat tanggal pah, kita masih sama-sama sibuk"

"Segera pergi Lian, jangan di biarkan lama."

"Pah, Sabar ya mereka pasti mengusahakan kok buat perusahaan mereka masing-masing." tenang Angelina.

"Ma, Pah. Lian mau tanya."

"Tanya aja sayang, nanti mama jawab."

"Menurut mama sama papah, Lian udah bisa ngga buat menjadi suami?"

Uhukk.. Uhukk... Angelina terbatuk mendengar pertanyaan yang di lontarkan anak laki-lakinya.
Berbeda dengan Edward, hanya memperhatikan Arlian tidak berkomentar apapun atas pertanyaan tersebut.

"Kenapa anak mama tiba-tiba menanyakan hal itu?"

"Wajar ma, udah cukup kok umurnya buat membangun keluarga" bela Edward.

"Ya udah cukup sih sayang, tapi setelah kamu menikah kamu akan di hadapkan dengan banyak nya tanggung jawab yang harus kamu jalankan.
Menikah itu harus sudah siap mental untuk menghadapi kehidupan rumah tangga, bukan cuma menikah lalu punya anak ngga itu aja nak."
Angelina menasehati putranya, ia paham anak nya memang sudah memasuki umur yang seharusnya sudah serius dalam hubungan bukan sekedar berpacaran saja.

"Ma, Pah. Lian punya niat baik dengan Salbila, Lian ingin dia menjadi wanita kedua di hidup Lian setelah Mama."

"Kamu serius berbicara seperti itu Arlian?!" tegas Edward.

"Pah, dengerin dulu anaknya ya." Angelina menenangkan suaminya.

"Mah, pah. Lian ngga mungkin terus menerus hidup Lian untuk bekerja saja, Lian juga ingin mempunyai kehidupan yang baru, yaitu menikah dengan orang yang Lian cinta dan sayang Mah,Pah."

"Papa, tidak akan setuju jika dia yang menjadi istri kamu Lian."

"Pah! Lian berhak memilih dengan siapa yang nantinya jadi pendamping hidup Lian."

"Kamu mau Lian hidup bersama keluarga yang berisi orang malas?".

"Pah! Jaga ucapan Papa." tegur Anggelina

"Bukankah begitu fakta nya? Kamu sendiri korban nya yang tidak pernah mendapatkan restu dari keluarga kamu sendiri selama pacaran dengan Andre ? Keluarga kamu lebih memilih menjodohkan kamu dengan saya." jelas Edward.

"Pah. itu adalah masalalu mama, tidak ada sangkut pautnya dengan Lian pah."

"Ya memang anak mereka itu bisa bersekolah tinggi itu hasil siapa? Nia, mami nya bukan Andre. Dia lelaki pemalas yang hanya menumpang hidup dengan Nia, jika Nia tidak mempunyai hati pun sepertinya ia sudah membuang lelaki tidak guna itu, sama hal nya dengan kamu Anggelina, kamu juga membuang Andre bukan?!"

"Aku tau pah. Aku melepaskan mas Andre karena Ibu tidak suka dengan mas Andre, tapi tolong pah ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan Lian dan Salbila. Mama yakin, Salbila tidak sama dengan mas Andre. Dia perempuan baik-baik pah, bahkan dia sebentar lagi merilis butik pah."
Bela Anggelina.

"Pah, Lian mohon restu dari papah." Arlian berjalan kehadapan Edward dan bersujud di kaki Edward. Anggelina yang melihat anak semata wayangnya bersujud, ia langsung beranjak untuk membangunkan Arlian.

"Bangun nak, maafkan Mama semua ini gara-gara mama. Papah kamu takut, takut jika kamu mendapatkan mertua seperti itu." Anggelina memeluk putranya.

"Keputusan papah tetap ngga akan menyetujui pernikahan kalian." tegas Edward.

"Pah! Lian sudah mengikuti semua keinginan papah, giliran Papa yang harus mengikuti keinginan Lian pah, hanya itu keinginan Lian pah."
Paksa Arlian.

"Cari perempuan yang bisa kamu ajak untuk bekerja sama dalam dunia kerja dengan kamu Lian, cari perempuan yang bisa menguntungkan keluarga kita, dan cari perempuan yang bisa memberikan penerus buat perusahaan keluarga besar keduanya Arlian!. Bukan dari anak pemalas, yang cuma menumpang hidup dengan istrinya, menjadi tangan kanan istrinya. Kamu mau Arlian mempunyai mertua yang tidak ada gunanya?." emosi Edward.

"Pah, Mungkin Salbila dan keluarga nya tidak masuk dalam kriteria calon menantu Papah, tetapi Lian tidak akan menyesal pah jika nanti Arlian harus hidup berdampingan juga dengan keluarga Salbila, Lian terima kurang dan lebih keluarganya juga Pah bukan Salbila saja." jelas Arlian.

"Pah, Mama mohon permudah niat baik anak kita pah. Jika, papah terus menerus mencari calon menantu yang sesuai dengan keinginan Papa itu cuma sesaat. Pah, kita tidak tau keinginan Papa baik untuk anak kita, bisa saja ia yang akan menjadi boomerang buat Lian sendiri nantinya."
Bujuk Anggelina.

"Apa yang bisa kamu janjikan Lian pada Papah? Saat kamu hidup bersama dengan Salbila, papah tidak ingin branding keluarga besar kita rusak karena pernikahan kamu itu. Kakek kamu sudah berjuang keras membuat branding keluarga di dunia bisnis ini Lian, kita memiliki perusahaan yang sangat bagus kedudukannya berada di top 15 Se-Asia, cabang dimana-mana. Jangan sampai kamu menghancurkan usaha kita, cuma karena kamu memiliki istri yang bahkan tidak sama sekali terjun dalam bidang kita, tidak ada efek apapun untuk keluarga kita." jelas Edward.

"Lian janji, sama Papah setelah Lian menikah dengan Salbila, Lian akan menjaga keluarga Lian pah. Lian pastikan, Keluarga Lian tidak akan menghancurkan usaha keluarga kita."

"Dengan cara tidak perlu mengumbar pernikahan ke media, dan kamu keluar dari rumah ini hiduplah mandiri dengan keluarga kamu sendiri." tegas Edward.

"Untuk persoalan itu, Lian memang tidak ingin hidup bersama satu atap dengan Mama dan Papah ataupun Mami Nia dan Papi Andre."

"Oke, bagus. Menikahlah dengan wanita yang kamu dambakan itu, tidak perlu mengundang banyak orang cukup keluarga saja dan teman terdekat kalian." putus Edward sehingga membuat hati Arlian dan Anggelina sedikit tenang. Arlian, berjalan ke dekat Edward dan memeluknya.

"Terimakasih, Papah udah memberikan restu untuk kita Pah." Edward hanya terdiam, ia sebenarnya berat hati memberi keputusan tersebut, ia lakukan ini demi Anaknya bukan Salbila ataupun keluarganya. Edward hanya terdiam, tidak sama sekali membalas pelukan putranya dan meninggalkan meja makan tersebut.

"Mah, terimakasih udah bantu Lian" peluk Arlian pada Anggelina.

"Besok kita ke rumah Salbila ya, kita meminta restu pada keluarganya. Mama akan selalu ada buat kamu sayang, buat Salbila juga." Arlian menangis bersamaan dengan Anggelina, ia tidak menyangka restu itu bisa ia dapatkan, ia bersyukur bisa menepati janjinya pada kekasihnya, dan ia akan bertanggung jawab pada calon anaknya yang ada di kandungan Salbila.


------ see you next chapter -------

Hai terimakasih sudah membaca cerita ini, maaf ya masih banyak kekurangan dalam penulisannya. Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar ya, dan selalu support karya panaroma dan anggis! 💐

Kita dan Perbedaan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang