Kepulangan

385 22 0
                                    


Salbila tertidur dengan pulas rasanya ia cape sekali, padahal hanya berdiam di rumah. Salbila hampir meninggalkan ibadah subuhnya, untung saja Shailla membangunkannya. Saat, Salbila sedang membuat sarapan untuk dirinya dan Shailla handphonenya selalu bergetar.

"Ka, Ka Arr telpon terus itu."

"Biarin aja, males"

"Berantem ya?"

"Biasa aja, udah cepet abisin makan kamu."

"Santai aja kali, kelas aku jam 8."

"Udah jam 7, Alla."

"Iya bawel."

Drt..Drt.. Panggilan tersebut tiada henti-hentinya.
Ia sengaja cuek pada suaminya, ia tidak ingin terlalu membiarkan Arlian seenaknya pada dirinya, ia juga ingin membuat suami nya jera.

"Ayo, gas" ajak Shailla.

"Bentar, ambil kunci mobil dulu."

Drt.. Drt... Lagi dan lagi

"Apa aku angkat aja ya?" gumam Shailla.
Dengann lancangnya Shailla menerima panggilan tersebut.

"Sayang, kok lama angkatnya."

"Kak, Maaf ini Alla."

"Eh maaf, Salbila mana?"

"Lagi ambil kunci mobil, mau antar aku ke kampus"

"Kasihin kaka ya, kalo dia udah turun."

"Oke, bentar."

Saat Salbila menuruni anak tangganya, ia melihat adiknya memegang handphonenya.

"Ka, ini Ka Arr."

"Ckk" Salbila merebut handphonenya

"Apa?"

"Kok ngga angkat telpon aku?"

"Mode Dnd" bohongnya.

"Kamu mau antar Alla?"

"Ya, udah dulu aku mau jalan"

"Hati-hati sayang"

"Ya" Salbila langsung memutuskan panggilannya.

Salbila dan Shailla sedang di perjalanan, mereka hanya saling diam tidak ada percakapan di antara mereka.

"Udah sampe"

"Makasih kakaku, hati-hati ya."

"Yaa, belajar yang benar"

"Siapp"

Salbila selama perjalanan merasa hatinya ini tidak enak, ia ingin sekali menumpahkan kekesalannya, menumpahkan amarahnya tapi ia tidak bisa.
Pagi ini, keadaan hati nya benar sakit sekali, ketika mendengar bahwa mobilnya di pakai oleh suaminya dan membawa wanita lain. Sepele, tapi bagi dia menyakitkan.

Singapore.

Arlian dan Michelle sudah mulai masuk di ruangan meetingnya, selama meeting di pikiran Arlian hanya satu yaitu istrinya. Arlian ingin rasanya cepat pulang ke Indonesia, ia rindu istrinya, rindu masakan istrinya, rindu memeluk istrinya, rindu melihat istrinya manja padanya.

3 jam telah di lewati oleh Arlian dan Michelle, setelah meeting nya selesai mereka melepas penat dengan mendatangi coffe shop di Singapore.

"Cape juga ya anjir gitu doang padahal" keluh Michelle."

"Haha, lama kelamaan juga terbiasa"

"Gue ngga sempet ngopi kan tadi pagi, selama meeting mata gue berat banget gila"

"Begadang ya lo?"

"Ya gitu lah"

Sambil menunggu waktu flight mereka diam di coffe shop tersebut, saat sudah 1jam lagi mereka kembali ke hotel, dan memasuki kamar nya masing-masinmg untuk membawa kopernya.
Selama penerbangan, mereka hanya terdiam karena sudah lelah.

Kita dan Perbedaan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang