Kehadiran

438 36 0
                                    


A few moment later...

Kandungan Salbila sudah menginjak 9 bulan,
Salbila melewati kehamilan anak kedua ini dengan enjoy meskipun di trimester pertama sangat menyiksa dirinya karena morning sickness nya, tubuhnya yang sudah semakin membesar, dan selama kehamilan ia tidak pernah terlewat untuk meminum susu, minum vitamin, dan olahraga yoga, dan gym ball yang sudah Arlian siapkan suaminya membuat ruangan olahraga di rumahnya agar Salbila tidak perlu keluar rumah.
Arlian pun sudah semakin protektif pada istrinya, dan ia juga sudah tidak bisa meninggalkan istrinya sendirian di rumah mengingat hpl istrinya yang sudah semakin dekat.

Salbila pagi hari sudah berkutat di dapur, ia sedang membuat cake. Arlian yang baru menyelsaikan olahraga nya di ruang gym, ia melihat istrinya yang sedang terfokus di dapur, Arlian mengambil kursi meja makannya dan memperhatikan istrinya.

"Bu" panggil Arlian.

"Mandi" perintah Salbila.

"Bentar lagi"

"Jangan males"

"Iya sayang sebentar, aku lagi liat bidadari pagi ini"
Gombal Arlian.

"Siapa tuh?"

"Kamu lah, masa tembok"

"Bidadari darimana aku udah gemuk Arr, bidadari tuh rata-rata kurus bodynya"

Arlian mengerti istrinya ini sedang insecure karena perubahan badannya, ia tidak bermaksud membuat istrinya insecure ya tuhan.

"Ngga dong sayang, kamu bidadari nya aku. Jangan ngomong gitu ah, kamu selalu cantik bu buat ayah."

''Mandi sana" perintah Salbila.

Arlian beranjak dari kursinya, ia berjalan mendekati istrinya dan memeluk Salbila dari belakang, ia pun mencuri kecupan di pipi istrinya, dan kepalanya yang sudah bertengger di pundak Salbila.

Cupp..
Cupp...

"Ih lepasin, kamu abis gym" tolak Salbila.

"Jangan insecure ya bu, ayah gapapa kok kalo ibu gemuk, ibu breakout wajahnya pun ayah tetep sayang sama ibu, ibu tetep jadi wanita tercantik yang ayah temui"

"Makasih Arr" Salbila melemparkan senyuman manisnya dan melirik Arlian yang memperhatikannya dari samping.

"Sama-sama sayang, jangan ngomong gitu ya. Ayah ngga suka, liat ibu insecure-insecure padahal kamu perfect buat aku"

"Maaf, semenjak kehamilan aku jadi kurang percaya diri"

"It's oke cantikku, cintaku"

Cupp.. Arlian mencuri lagi kecupan di bibir ranum istrinya.

"Arr" panggil Salbila, Arlian langsung melepaskan tautan bibir tersebut.

"Yaa apa sayang?"

Salbila memegangi perutnya yang kram sekali.

"Hey, sakit perutnya?"

"Arr, sakit."

"Iya, iya. Ke rumah sakit aja ya?"

Salbila hanya mengangguk, dengan cekatan Arlian langsung membawa Salbila ke dalam mobil dan tidak lupa membawa tas yang berisi peralatan baby nya.

"Sabar sayang, kuat ya bentar lagi sampai" tenang Arlian yang sedang menyetir menggunakan satu tangan, tangan satunya lagi di peluk oleh istrinya.

"Arr, aku ngga kuat tolong kebutin sedikit ahhh" teriak Salbila yang keringat nya sudah bercuran.

"Iya sayang, bertahan ya".

Di rumah sakit, Arlian berlari dan Salbila berada di gendongannya.

"Sus tolong istri saya" ucap Arlian pada kedua suster.

Suster tersebut langsung menarik brankar mendekat kepada Arlian dan Salbila, lalu Arlian langsung menidurkan istrinya pada brankar rumah sakit tersebut dan langsung di bawa ke ruangan.

"Sayang, tolong kuat ya istriku"

"Ibu harus kuat ya"

"Ayah sayang sama ibu, ibu harus bertahan"

Salbila hanya meringis ia sudah tidak kuat dengan sakit nya, keringat dingin sudah bercucuran.

Saat di ruangan Salbila sedang di periksa oleh dokter, Arlian berada di sampingnya dan menggenggamnya.

"Kita tindak lanjuti sekarang saja ya, air ketuban nya sudah pecah" putus Dokter.

"Ibu siap?" tanya dokter.

Salbila hanya mengangguk, Arlian semakin kuat menggenggam istrinya.

"Tarik nafas ya bu, lalu buang dan mengejan" perintah dokter.

Salbila mengikuti arahan dokter.

"AaaaaA..aaa hufffff"

"Lagi bu, semakin kuat ya mengejannya" perintah dokter lagi.

"Sayang,ayo bisa aku disini cakar tangan aku sayang" Salbila langsung mencengkram tangan suaminya.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaa..."

"Aaaaa..hff"

"Kuat sayang ayo".

"Semakin kuat bu mengejannya baby nya sudah terlihat kepalanya ya 1, 2, 3"

"Aaaaaaaaaaa..ffhhhhhhh"

Oakk... Oak... Oak... Tangisan bayi itu menggelegar di ruangan persalinan, Arlian dan Salbila menangis saat mendengar suara anaknya.
Arlian tidak berhentinya menciumi wajah Salbila yang di iringi tangisan.

"Terimakasih sayang udah lahirkan anak kita, udah jaga anak kita selama di kandungan kemarin, terimakasih sayang aku janji akan jaga kalian dua bidadari ku, cantik-cantikku, cintanya ayah."
Cupp Arlian mencium kening istrinya sangat lama.

"Selamat ya pak, bu bayi nya perempuan" ucap dokter.

Dokter tersebut memberikan bayi tersebut pada Salbila, dan di tidurkan di atas tubuh Salbila. Salbila dan Arlian semakin menangis melihat anaknya sudah berada di depan mata mereka.

"Masyaallah anak ibu" ucap Salbila yang memeluk anaknya.

"Lea anak ayah, ibu terimakasih sayang sudah hadir dan memilih kita jadi orang tua kamu" ucap Arlian yang di iringi tangisan.

                          ----- see you next chapter ----

Thank you udah membaca cerita ini ya, maaf jika selama penulisan ada kesalahan ya temen-temen. Tinggalkan jejak kalian di kolom komentar!!💐

Kita dan Perbedaan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang