Ada Aja

291 22 1
                                    

Kantor

Arlian pagi ini sudah di hadapan laptopnya, di temani secangkir kopi, dan berkas-berkas pekerjaannya.

Cklek.. Aksa masuk ke ruang kerja Arlian.

"Arr"

"Apaan?"

"Orang yang bawa kabur uang project udah ketauan?" tanya Aksa

"Belum"

"Lo tau ngga bokap lo berulah?"

"Ngapain lagi?"

"Kemarin bokap Michelle ada ke kantor kita, dia menemui bokap lo."

"Waktu gue ngga masuk kejadiannya?"

"Iya"

"Tujuan bokap Michelle kesini ngapain?"

Flashback on.

Saat aksa berjalan di sepanjang lorong kantor, ia melihat Erick dan Edward berjalan bersamaan dan memasuki ruangan Edward.
Aksa mengekori Erick dan Edward, karena Aksa mencurigai kedatangan Erick ke kantor ini pasti ada hal penting yang di bahas oleh Erick dan Edward.

Saat Aksa mendengar perbincangan mereka dari luar, terdengar pembahasan untuk kerja sama dengan perusaan Erick.

"Saya bisa bantu perusahaan kamu Edward, tapi tidak mungkin tidak ada feedback" jawab Erick.

"Ya silahkan untuk penjualan product nya jika laku di pasaran silahkan ambil saja 30%, dan Perusahaan Gemilang 50%, Perusahaan saya 20%" jelas Edward.

"Ini project yang kerjain anak kamu, kita harus izin dulu sama Arlian untuk kerja sama ini"

"Tidak perlu rik, dia pasti setuju. Karena kita tidak mungkin menggantikan uang 200 juta tersebut, jika di pakai oleh salah satu anggota team nya rugi sekali jika kita membayar itu ke Perusahaan Gemilang"

"Ya sudah, biarkan Michelle dan Arlian saja yang nantinya mengurusi project ini. Oh ya, nanti ada team perusahaan saya juga untuk membantu project ini" Putus Edward.

Benar dugaan Aksa, pertemuan mereka membahas permasalahan yang sedang terjadi di perusahaan ini.

"Gue harus kasih tau Arlian" gerutu Aksa.

Flashback off.

"Yang benar aja anjing gue yang kerjain dari awal, dan gue dan tim yang effort kerjain project ini cuma dapat 20%" protes Arlian.

"Ini kerugian besar Arr"

"Sialan emang punya bokap, seenaknya aja hidupnya"

Arlian beranjak dari kursi kerja nya, dan berjalan keluar dari ruang kerjanya.

"Arr" teriak Aksa

"Lo mau kemana?" lanjut Aksa

"Ruangan bokap"

"Lo harus kontrol emosi lo"

Bruk.... Arlian mendorong kencang pintu ruangan Edward.

"Yang sopan kamu Arlian!" peringat Edward.

"Aku ngga akan sopan sama orang yang seenaknya"

Aksa yang melihat itu semua, ia memilih pergi karena hal tersebut biarkan Arlian yang menyelsaikannya.

"Maksud kamu apa Arlian?!" tegas Edward.

"Maksud papa apasih? Menawarkan kerja sama soal project aku ya aku tau memang hampir gagal, tapi ngga usah sampai mengajak orang lain untuk bergabung. Arlian bisa menyelsaikan ini tanpa mereka pah!" emosi Arlian sudah naik.

Kita dan Perbedaan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang