Usaha dan Hadiah

361 18 0
                                    

Salbila saat pemulihan ia memilih bed rest  nya di rumah ia menolak jika di rumah sakit, sehingga Arlian hanya menuruti keinginan istrinya nyamannya dimana.

Jika bertanya Salbila sudah memaafkan Arlian karena telah membuat anak mereka pergi? jawabannya adalah Salbila sudah memaafkan semuanya, tetapi ia masih sedikit belum ikhlas.
Salbila sadar tidak sepenuhnya anaknya pergi karena suaminya, tetapi dia juga ikut andil pada malam itu ia tidak hati-hati sehingga jatuh, dan selama dia masih dalam perut nya pun
Salbila stres karena selalu overthingking karena sikap Arlian.

Sikap Salbila masih dingin pada suaminya, ia masih takut jika harus langsung seperti kemarin. Takut kebohongan lainnya di berikan lagi oleh suaminya padanya, sehingga ia memilih membatasi dirinya. Akankah Salbila mencair dengan cepat?

Hari ini adalah hari yang di tunggu oleh Salbila, karena bisnis yang ia harapkan dari dulu akan launching. Salbila terbangun dari tidurnya, dan melihat kesamping sudah tidak ada suaminya.

"Arlian kemana?" gumamnya.

Cklekk.. Pintu kamarnya terbuka ternyata suami nya dan Arlian langsung berjalan ke arah kasur mendekati istrinya dan membantu istrinya duduk dan menyandarkan Salbila di headboard kasur.

"Morning sayang" sapa Arlian dan mencium kening Salbila. Salbila hanya tersenyum mendengar sapaan suaminya.

"Mau makan?" tanya Arlian.

"Nanti aja"

"Kalo mau aku ambil buburnya"

"Bubur?"

"Iya, barusan aku beli bubur buat kamu yang ada di depan komplek"

"Ternyata Arlian bangun terlebih dahulu untuk membeli bubur buat sarapan aku" ucap Salbila dalam hati.

"Ya nanti aja"

"Masih sakit?"

"Sedikit"

Salbila setelah di kuretase mengalami kram seperti kram menstruasi, ini wajar bagi orang yang telah melakukan kuretase dan masa recovery. Arlian sangat hati-hati selama merawat istrinya ini, ia harus extra sabar pada Salbila.

"Makan ya mau?"

"Terserah"

"Bentar aku ambilkan buburnya" Arlian pergi dari kamarnya, tetapi saat ia akan membuka pintu..

"Arr" panggil Salbila.

"Iya sayang?" Arlian membalikan badannya.

"Tolong nyalain tv" titah Salbila dan ia tersenyum.
Arlian menuruti keinginan istrinya, dan istrinya sudah mulai mencair, istrinya sudah memberikan senyuman lagi padanya.

"Ada lagi ngga?"

"Ngga, makasih."

Arlian menuruni tangga rumahnya, dan ia langsung pergi ke meja makan untuk membawa bubur yang tadi ia beli. Lalu, ia masuk kembali ke kamarnya dengan membawa bubur dan kue-kue kering yang tadi ia beli bersamaan dengan bubur.

"Ayo makan, mau aku suapin?"

"Makan sendiri"

"Oke, ngga mungkin di kasur kan?nanti takut tumpah."

"Tolong bawa aku ke sofa."

Salbila memang belum bisa lancar berjalan, terasa nyeri, dan ngilu area perut bawahnya sehingga membutuhkan bantuan. Arlian langsung membantu Salbila, dan membopong istrinya ke sofa, mendudukannya di sofa Arlian pun ikut duduk di samping istrinya.

Arlian memperhatikan istrinya selama makan, meskipun terlihat masih tidak nafsu makan, tapi istrinya setidaknya mau makan lebih banyak dari hari sebelumnya.

Kita dan Perbedaan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang