Saling Menyayangi

416 38 3
                                    

Saat sore hari Salbila sedang menyelsaikan urusan dapurnya, baru saja menyelsaikan beberapa masakan untuk di hidangkan saat makan malam.
Salbila mendengar seperti suara mobil Arlian di luar rumah, ia yakin itu adalah suaminya.
Benar saja suaminya menampakan dirinya di ruang keluarga berjalan ke dapur.

"Hai, lagi ngapain bu?" tanya Arlian.

"Baru selesai masak, mau langsung makan atau bersih-bersih dulu?"

"Sebentar aku cape banget" keluh Arlian yang langsung menarik kursi meja makan.
Salbila menyadari dari wajah Arlian yang terlihat lelah, tetapi seperti bukan hanya fisik nya saja yang lelah Salbila yakin ada hal yang menggangu pikiran suaminya.

"You okey?" tanya Salbila.

"Ya, gitu bu"

"Ya gitu gimana? cerita"

"Jadwal sidang perceraian mama udah keluar..."

"Kapan?" potong Salbila.

"Minggu depan" jawab berat Arlian.

"Ada yang bikin aku pusing" lanjut Arlian.

"Apa?" tanya Salbila ia ikut duduk di sebelah Arlian.

"Papah minta aku tetap kerja disana, meskipun papah sama mama udah pisah..."

"Ya bagus dong, berarti papah tetap tanggung jawab sama anaknya." potong Salbila.

"Bukan itu bu, aku tau papah tetap ngga lepas tanggung jawab tapi papah menyerahkan jabatan CEO nya ke Aksa." terang Arlian.

"Hah? Kok jadi ka Aksa yang pegang posisi itu?" kaget Salbila.

"Ya aku sebenarnya fine aja, tapi ngga terpikirkan sama aku yang bakalan ganti posisi itu Aksa."

"Aku tau kamu pasti ikhlas, tapi ada yang lebih berhak lah anaknya ya kamu kenapa malah orang lain yang pegang?" cerocos Salbila.

"Mungkin karena Aksa lebih dahulu kerja disana, jadi papah lebih percaya sama Aksa, kalo Aksa lebih menguasai dunia perusahaan." jelas Arlian.

"Ya aku tau dia lebih dulu dari kamu, tapi kan ada yang lebih berhak gitu loh maksud aku, kan kalo kamu jadi CEO juga kalo belum menguasai bisa belajar Arr."

"Ngga tau lah, biarin aja. Selagi aku masih bisa kerja disana aku terima aja sayang, apapun posisi aku nantinya." pasrah Arlian.

Arlian dan Salbila tidak menyadari disaat mereka membicarakan apa yang sedang terjadi, ada Anggelina yang mendengar semua itu di balik tangga. Anggelina tidak terima mendengar keluh kesah anaknya, bisa-bisanya Arlian tidak mendapatkan posisi terbaik di kantor.

"Lian" panggil Anggelina yang berjalan ke area meja makan.

"Eh maa" jawab Arlian yang langsung meraih tangan Anggelina dan mencium punggung tangan mamanya.

"Tadi mama dengar pembicaraan kalian, maksudnya apa papah kamu naikin jabatan orang lain sementara anaknya masih di posisi yang sama?" to the point Anggelina.

Arlian dan Salbila saling memandang, mereka tidak menyadari kehadiran mama nya, dan mereka juga tidak mengetahui kalau mama nya mendengar semua percakapan mereka.

"Ma, it's oke ya. Lian gpp kalo Lian ngga mendapatkan posisi itu, mungkin ada orang yang lebih berhak mendapatkan posisi itu ma." jelas Arlian.

"Tapi kamu lebih berhak Lian, kamu darah daging papah kamu bukan Aksa. Selama apapun dia kerja disana, seberapa jauh dia menguasai pekerjaan di kantor kamu yang lebih punya hak penuh Lian." tegas Anggelina.

Salbila beranjak dari kursinya, mendekati mertuanya lalu memeluk Anggelina, Salbila sudah merasakan ada amarah di diri mamanya.

"Ma tenang ya ma." ujar Salbila.

Kita dan Perbedaan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang