Adik Lea ?

503 37 7
                                    

Pagi hari di suatu rumah sakit Salbila dan Arlian mengawali hari mereka dengan morning sickness istrinya, di kehamilan adik Lea ini Salbila sedikit shock karena rasa mual itu selalu datang berulang kali, Arlian yang melihat, menemani masa morning sickness ini sedikit khawatir terhadap Salbila.

Jika kalian bertanya Anggelina, Nia, Andre, Shailla apakah sudah mengetahui kehamilan adik Lea? Sudah, karena pada saat itu juga Arlian sudah memberi kabar ke keluarga mereka masing-masing. Mungkin hari ini mereka membesuk Salbila, karena saat Arlian memberikan kabar tersebut pada malam hari sehingga ia tidak mengizinkan keluarga mereka langsung untuk pergi ke rumah sakit, lebih baik hari ini.

Huek... Huek... Huek...

Arlian memijat tengkuk leher istrinya yang daritadi masih di depan wastafel kamar mandi, Salbila sudah mulai merasakan cape, tetapi ia akan hadapi ini semua dengan ikhlas karena ini anaknya yang selalu di tunggu-tunggu kehadirannya oleh Arlian dan dirinya.

Huekk.. Huekk... Huek...

"Sayang ngga enak banget ya?" tanya Arlian.

"Arr." panggil Salbila.

"Iya sayang udah mualnya?" tanya Arlian.

Salbila mengangguk sebagai jawaban, Arlian menyeka bibir istrinya mengenakan tissue yang sudah berada di tangannya.

"Ayo ke kasur ya? Tidur lagi, baru jam setengah 6 bu." ajak Arlian.

Salbila hanya mengangguk, Arlian langsung merangkul pundak istrinya dan membantu Salbila berjalan ke ranjang kasur, dan membaringkan kembali istrinya.

Arlian duduk di samping ranjang Salbila, tangannya yang daritadk menggenggam tangan istrinya yang tertancap jarum infusan, enggan melepaskan genggaman tersebut. Salbila yang berbaring menyamping ke arah Arlian, hanya tersenyum melihat tingkah suaminya yang sepertinya mellow tidak seperti biasanya.

"Hey, kamu kenapa Arr?" tanya Salbila.

"Gpp kok bu" jawab Arlian.

"Cerita aja, kenapa sih? masih pagi mukanya udah murung gitu."

"Sal, aku beneran takut." jujur Arlian.

"Takut kenapa?" heran Salbila.

"Aku takut banget kalo kamu ada di fase mengandung lagi." jujur Arlian lagi.

"Loh?bukannya kamu ya yang semangat mau punya anak lagi? Ini adik udah disini loh sayang." Salbila membawa tangan Arlian ke atas perutnya, lalu Arlian tidak mungkin membiarkan kesempatan ini, ia langsung mengelus perut istrinya ya meskupun belum terlihat baby bumpnya.

"Bukan gitu sayang, aku cuma ke rekam aja hal-hal disaat kamu hamil anak pertama kita sama Lea, aku yang selalu jadi alasan anak-anak kita kesakitan di dalam perut ibu, maafin aku ya bu. Aku janji, di kehamilan adik ini aku mau temenin semua prosesnya kamu tanpa gangguan dari manapun." jawab Arlian.

"Jujur, aku juga sebenernya selalu takut Arr kalo soal kehamilan, rasanya masih ada luka kalo mengingat anak kita yang pertama lebih dulu ninggalin kita, padahal aku belum tau dia kaya gimana, pertama kali juga aku merasakan ada makhluk kecil yang hidup di dalam perut aku, meskipun dia pergi dulu tapi dia tetap anak kita kan Arr?" tanya Salbila sendu.

"Selalu sayang, kakak anak kita. Dia adalah anak yang berhasil membuat kita bersama-sama, meskipun dia hadir ketika kita belum sah tapi itu karena salah aku Sal, salah aku. Aku yang buat dia hadir karena aku takut di tinggalin sama kamu, tapi ketika dia ada sama kita malah aku yang bikin dia pergi." ujar Arlian air matanya sudah tidak tahan sehingga lolos juga dari pelupuk matanya, Salbila menghapus air mata tersebut dengan jari-jari lentiknya.

Kita dan Perbedaan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang