Detik Detik

446 34 2
                                    

Keesokan harinya, sesuai dengan permintaan Arlian untuk berdiskusi permasalahan yang sedang di hadapi oleh para tenaga kerja perusahaan milik orang tuanya. Sehingga Arlian, Ervan, dan Eliza sedang berkumpul di ruang kerja Arlian.

Eliza memberikan dokumen-dokumen keuangan perusahaan yang selama ini ia kerjakan, saat Arlian dan Ervan memeriksa dokumen tersebut ada kejanggalan, uang yang mereka dapatkan dari hasil tender tidak pernah full masuk, padahal selama mereka mengerjakan project tersebut dan hasil yang memuaskan mereka seharusnya mendapatkan 100%, tetapi di catatan keuangan hanya 40%.

"Arr, lo liat kan Arr kita cuma 40% gila. Lo bayangin, uang beratus-ratus juta itu lari kemana lagi? sementara kita aja ngga sama sekali ngerasain hasil uangnya." cerocos Ervan.

"Kok cuma 40% sih El, ini kamu benerkan jumlahinnya?" tanya Arlian tidak percaya.

"Benar pak, laporan ini selalu saya revisi pak, memang hasilnya segini pak." jawab Eliza.

"Terus sisanya?" heran Arlian.

"Ya di makan lah sama si Aksa." tuduh Ervan.

"Ngga mungkin Van, gue yakin dia ngga sejahat itu." bela Arlian.

"Arr, come on lo jangan liat dia sebagai temen deket lo terus dong, orang jahat tuh ngga datang dari orang asing aja Arr, orang terdekat juga bisa jadi kan?" kesal Ervan.

"Arr, kalo lo sayang sama bokap lo, kalo lo bener mau mempertahankan perusahaan ini, gerak lah Arr, lo disini direktur bro, lo bukan pekerja kaya gue dan yang lainnya, lo lebih berhak Arr." lanjut Ervan.

Arlian masih saja melihat catatan-catatan keuangan perusahaan secara bolak-balik, Arlian benar pusing melihat dan menghadapi hal ini, baru saja ia merasakan kebahagiaan atas istrinya yang sedang mengandung anaknya, harus mendapatkan hal yang membuat suasana hatinya berubah tidak lagi bahagia.

"Arr, lo masih denger gue kan?" tanya Ervan.

"Oke, gue terima laporan kalian. Kalian silahkan keluar dari ruangan gue, biar gue yang bicarakan ini semua sama Aksa." putus Arlian.

"Nahh, gitu dong daritadi. Gue yakin Arr tuh orang beneran licik, awas aja ya kalo beneran ketauan dia yang makan semua hasil kerja kita." cerocos Ervan.

"Ayo Zaa, kita balik lagi ke ruangan." ajak Ervan.

Ervan dan Eliza meninggalkan ruangan Arlian, Arlian melihat benda pipihnya yang memperlihatkan adanya notifikasi pesan dari istri tercintanya.

Salbila.
"Sayang, jangan lupa makan siang ya."

Arlian tersenyum, ia enggan membalas pesan dari istrinya, bukan tidak ingin bukan tetapi Arlian ingin terlebih dahulu menyelsaikan permasalahan yang sedang di hadapi, Arlian membawa benda pipih tersebut di masukan ke dalam kantong celananya.

Arlian berjalan keluar dari ruangannya, tujuannya saat ini adalah ruangan Aksa yang tidak jauh tempatnya dengan ruangan miliknya.
Cklek... Arlian membuka pintu ruangan Aksa, memperlihatkan Aksa yang sedang menggengam ponselnya, sepertinya sedang melalukan panggilan dengan seorang wanita, karena terlihat wajahnya yang berseri-seri, aura jatuh cinta nya sangat terasa oleh Arlian.

Aksa heran saat melihat Arlian yang tiba-tiba datang ke ruangannya, yang ditemani dengan dokumen di tangan kanannya, Aksa mengakhiri panggilan tersebut, dan kembali fokus pada Arlian.

"Tumben lo kesini" ujar Aksa.

"Gue to the point aja ya, gue cuma aneh aja laporan keuangan tender kok ngga sama kaya di perjanjian kerja kita? Kok bisa perusahaan cuma 40%?" tanya Arlian.

Kita dan Perbedaan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang