Luka Arlian

434 37 2
                                    


Keesokan harinya Salbila, Arlian, Anggelina, dan Lea berada di dapur untuk sarapan pagi. Lea yang terdiam di stroller karena mendapatkan mainan yang bergantung di strollernya, membuatnya tidak rewel sama sekali.
Anggelina yang hanya mengaduk-ngaduk nasi dan lauk pauknya itu mencuri perhatian anak dan menantunya, Salbila dan Arlian saling memandang.

"Ma makan ya" ucap Salbila.

"Eh, iya sayang" jawab Anggelina.

"Mama, harus makan jangan sampai ngga makan nanti mama sakit." tegur Arlian.

"Iya Lian"

Setelah menyelsaikan sarapannya, Anggelina langsung pergi ke lantai 2 lebih tepatnya ke kamar yang semalam ia tempati. Tersisa Arlian, Salbila, dan Lea disana. Salbila yang sedang membersihkan bekas alat makannya di wastafel, dan Arlian yang sedang bercengkrama dengan anaknya.

"Anak ayah kenapa makin hari makin cantik sih" puji Arlian.

"Sayang tau ngga? Ayah kangen banget sama Lea, maafin ayah ya kalau ayah akhir-akhir ini sibuk"
Ucap Arlian dan Lea hanya memandang wajah Arlian sesekali ia tersenyum.

Disaat Arlian mengajak anaknya berbicara, bercanda tiba-tiba Lea menangis sudah mulai rewel di dalam stroller.

Oak.. Oak... Oak....

"Uuu sayang anak ayah, iya ini ayah gendong ya ayo" Arlian membawa Lea dari stroller nya ke pangkuannya.

Oak... Oak... Oak.. Tangisan itu semakin kencang.

"Bu, udah dulu cuci piring nya ini anaknya minta mimi susu kayanya" tegur Arlian.

"Iya Lea anak ibu sebentar ya, sedikit lagi sayang ibu selesaikan dulu cuci piringnya"

Tangisan Lea semakin kencang, tanpa basa-basi Arlian membawa Lea ke kamar nya dan menaiki tangga. Salbila yang menyadari anaknya di bawa oleh suaminya, hanya terdiam dan ia dengan cepat membereskan kegiatannya.

Di kamar, Arlian sedang menidurkan Lea ia membuat susu formula untuk anaknya.
Ya, Lea sudah mulai di berikan susu formula oleh Salbila dan Arlian hanya sebagai selingan saja, ASI tetap menjadi sumber anaknya ketika lapar.

"Nih sayang mimi susu nya ya" Arlian memberikan susu tersebut yang sudah berada di botol dot nya.
Lea langsung minum susu tersebut dengan semangat, Arlian hanya tersenyum dan menggendong Lea di pangkuannya.

Cklek.. Pintu kamar terbuka menampakan Salbila yang masuk ke dalam kamar.

"Arr, sini Lea nya"

"Ngga usah" dingin Arlian.

"Kamu harus ke kantor kan? Udah sini nanti kesiangan" paksa Salbila dengan tangan yang sudah menjulurkan agar anaknya di pindahkan ke gendongannya.

"Aku berangkat ke kantor agak siang" dingin Arlian.
Salbila terdiam melihat sikap Arlian yang dingin, ia mencerna apa yang salah dari dirinya?

Saat Lea sudah tertidur pulas, Arlian menidurkan Lea di kasur Salbila dan Arlian dan ia menyelimuti anaknya. Arlian langsung berjalan ke arah wardrobe, untuk menganti pakaiannya menjadi pakaian kantor. Salbila ikut masuk ke wardrobe, dan disana ada suaminya yang sudah rapih tetapi belum memakai dasi. Salbila mengambil dasi Arlian, dan ia mendekatkan dirinya pada suaminya.

"Pakai baju tuh yang bener, jangan di sisain kancingnya." tegur Salbila.
Setelah Salbila mengancingkan baju Arlian, ia langsung memakaikan dasi di leher suaminya.
Arlian hanya terdiam, ia masih malas mengingat kejadian di dapur tadi dimana Salbila memilih menyelsaikan kerjaannya di banding memberikan susu pada anaknya.

"Udah selesai" girang Salbila. Salbila langsung memberikan semprotan minyak wangi pada baju Arlian.

"Makasih" dingin Arlian yang langsung meninggalkan Salbila di wardrobe. Salbila mengekori suaminya yang turun ke lantai 1 dan menuju ke ruang kerjanya.

Kita dan Perbedaan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang