Meyakinkan

505 46 2
                                    

Pagi hari Salbila sudah di sibukan dengan mempersiapkan segala kebutuhan Arlian, seperti sekarang ia sedang membantu suaminya untuk mengenakan dasi, Arlian hanya memperhatikan istrinya terlihat cantik meskipun tidak menggunakan make up.

"Kenapa sih di liatin?" tanya Salbila.

"Kepedean" cuek Arlian.

"Ya emang gitu kok, kamu daritadi ngeliatin aku terus."

"Kamu sekarang ke butik?" tanya Arlian mengalihkan pembicaraan.

"Iya, kenapa?" tanya Salbila.

"Jam berapa?" tanya balik Arlian.

"Jam 9 sayang." jawab Salbila.

"Oh, mau bareng ngga?" tawar Arlian.

"Sekarang baru jam setengah 8, aku belum make up."

"Oh ngga mau, yaudah." cuek Arlian kembali.

"Giliran sama mantan mau ya" sarkas Arlian.

"Ngga gitu sayang, kamu kan ada meeting pagi ini takut kesiangan aja."

"Udahlah, bilang aja ngga mau." rajuk Arlian ia menarik dasinya dari kedua tangan Salbila.

"Belum selesai itu, Arr."

"Bisa sendiri." cuek Arlian.

Arlian melangkahkan kakinya ke ruang wardrobe, Salbila tidak tinggal diam ia ikut kemanapun suaminya pergi.

"Cari apa?" tanya Salbila.

"Jam tangan."

Salbila membuka laci yang berisi printilan accessories, ia mengingat membereskan jam tangan suaminya di simpan di laci tersebut.

"Nih, sini aku pakein."

Salbila memakaikan jam tangan Arlian di pergelangan tangannya, Arlian yang melihat semua perlakuan istrinya pagi ini merasa bersalah karena sudah cuek terhadap istrinya.

"Sal." panggil Arlian.

"Apa?"

"Kamu tau kan seberapa sayangnya aku sama kamu? Maaf kalo aku kemarin marah, cuek, ketus sama kamu. Aku takut, aku takut kamu jatuh lagi ke tangan dia. Aku orang yang akan egois, jika itu soal apa yang aku milikin."

"Aku ngerti Arr, tapi satu hal yang harus kamu tau. Aku ngga akan jatuh lagi ke tangan siapapun, cuma kamu. Kamu suami aku satu-satunya, kamu ayah dari anak-anak kita nantinya, dan cuma kamu Arr laki-laki yang aku sayang."

"Maaf kalo ayah berlebihan" Arlian memeluk Salbila pada saat itu juga, Salbila membalas pelukan tersebut.

"Ibu juga minta maaf kalo udah bikin ayah cemburu, maaf kalo sikap ibu ada yang nyakitin kamu ya."

"Jangan tinggalin aku Sal."

"Ngga akan Arr, cuma kamu."

"Yaudah, mau bareng ngga ini perginya?" tanya Arlian.

"Boleh deh, tunggu aku di make up ya."

"Oke sayang, aku pasti tungguin."

Saat Salbila duduk di meja riasnya, Arlian duduk di sofa daritadi ia tidak memutuskan pandangannya pada istrinya yang sangat lihai memainkan kuas-kuas make up, dan produk-produk nya.

"Sayang" panggil Arlian.

"Hm, apa?"

"Pinjem IPad kamu boleh?"

"Bawa aja di tas aku"

"Oke"

Arlian membuka tas istrinya yang ada di meja, lalu membuka IPad tersebut, Arlian berniat ingin melihat jadwal siapa saja yang akan bertemu dengan Salbila hari ini.

Kita dan Perbedaan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang