terbongkar

436 33 4
                                    


Perasaan hati Salbila rasanya kesal sekali terhadap Arlian, ingin sekali Salbila mengutarakan semua hal yang membuatnya berpikir negatif, dan ketakutan-ketakutan nya, tetapi selalu tertahan karena untuk menghargai situasi dan kondisinya.

Salbila sudah merasa suntuk melihat rumah mereka di pakai untuk bekerja, ia berpikir bagaimana caranya untuk keluar dari rumah ini?
Salbila ingin menenangkan hati dan pikirannya.
Salbila tanpa berpikir panjang, ia langsung pergi ke wardrobe dan menganti pakaiannya.

Di ruang kerja Arlian, Aksa, dan Michelle masih mengerjakan beberapa persyaratan berkas untuk project mereka. Arlian merasakan feeling tidak enak kepada istrinya, karena tidak sama sekali kelihatan turun ke lantai bawah, ia berniat ingin melihat keadaan istrinya di kamar mereka.

"Sa, Cell, gue ke kamar dulu ya mau liat Salbila"
Arlian langsung pergi menaiki tangganya, dan saat membuka pintu kamar mereka, ia melihat istrinya sudah siap ntah akan pergi kemana.

"Bu, mau kemana?"

"Mau ke butik" cueknya.

"Sayang, sehabis aku kerja aja ya nanti aku antar kemanapun yang kamu mau" bujuk Arlian.

"Kamu ngga liat aku udah ready? Kunci mobil udah aku pegang?" ketus Salbila dan memperlihatkan kunci mobilnya.

"Aku khawatir kalo kamu keluar sendirian, setir sendiri, ingat adik udah besar bu di perut ibu" nada khawatirnya.

"Ngga usah khawatir, aku bisa sendiri" Salbila keluar kamar meninggalkan Arlian begitu saja, Arlian langsung mengekori istrinya dan saat akan turun tangga ia meraih tangan Salbila beruntungnya Salbila tidak menolak saat tangannya di genggam oleh Arlian. Arlian mengantarkan istrinya ke depan rumah mereka.

"Hati-hati ya sayang"

"Ya"

"Bu, Ibu marah sama ayah?"

"Biasa aja, udah ya takut nya makin siang makin macet" alasan Salbila. Karena, ia sudah melihat jam di tangannya yang sudah menunjukan 13:30

Saat Arlian mendekatkan dirinya pada Salbila untuk sekedar mencium kening istrinya, Salbila mendorong tubuh Arlian. Arlian terdiam, ini pertama kalinya Salbila menolaknya. Salbila langsung menaiki mobilnya, dan meninggalkan rumah mereka.

Selama di perjalanan, Salbila tidak tahu harus kemana untuk menenangkan pikirannya. Saat di perjalanan ia melihat ada cafe, ia berniat pergi kesana. Salbila memesan makanan yang terjual disana, dan ia menikmati me time nya dia hari ini meskipun ia mengerjakan design-design bajunya untuk di launching di butiknya.

Berbeda dengan Arlian yang berada di rumah, kerjaannya sudah selesai tetapi Aksa, dan Michelle belum kunjung pulang.

"Arr, istri lo pergi kemana?" tanya Aksa

"Ke butik"

"Masih produktif ya dia"  Michelle menimbrung obrolan.

"Ya gitu lah, emang anaknya ngga bisa di kasih diem pasti langsung ada aja yang di kerjain" jawab Arlian.

"Eh, gue laper nih pesen makanan kek Arr, atau bikin makanan nanti kita makan berempat sama istri lo kalo pulang" usul Aksa.

"Boleh tuh, gimana Arr?" tanya Michelle

"Ya boleh sih, bahan di kulkas masih ada kok"

"Pasti ada lah, yakali seorang Arlian kaga punya stock" iseng Aksa.

"Yaudah ayo ke dapur, mau bikin apa?" tanya Arlian.

"Nasi goreng aja gimana?" usul Michelle.

"Boleh, simple itu. Ada ayam gorengnya kok buat toppingnya" jawab Arlian

Kita dan Perbedaan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang