Apa ini ?

371 24 1
                                    


Arlian dan Salbila sudah kembali ke Jakarta, sudah 2 minggu mereka kembali bekerja. Arlian dengan segala kerjaannya di perusahaan, Salbila dengan toko butik milik orang tua nya ia masih membantu kedua orang tua nya karena butik miliknya masih dalam tahap finishing.

Arlian selama 2 minggu ini saat melakukan pekerjaannya di ruang kerjanya ia benar-benar tidak bisa fokus, karena mengingat malam ulang tahun nya di Bali yang penuh kebahagiaan tetapi luka itu kembali datang, ia kembali melakukan kesalahan yang fatal kepada kekasihnya. Di pikiran Arlian saat ini hanya "gue harus mulai darimana untuk bisa menikahkan Salbila, gue takut." Ia merenung, ia tau diri nya ini brengsek karena melakukan segala cara agar ia bisa menikah dengan kekasihnya, terlintas di pikiran Arlian cuma satu yaitu "rumah".

"Apa tahap awal ini, gue beli rumah dulu ya? Ngga mungkin kan gue dan Salbila ikut tinggal bareng sama orang tua kita" monolog Arlian.

Cklek... Pintu ruang kerja Arlian terbuka menampakan Aksa.

"Lo kenapa sih pulang dari Bali bukan nya seneng malah kaya orang banyak pikiran?" cerocos Aksa.

"Gue takut"

"Kenapa?"

"Gue takut Salbila hamil" jujur Arlian.

"Anjing?? Kalian beneran senekat itu Arr?" Aksa tidak mengerti jalan pikiran temannya ini, Arlian beneran orang yang tidak hanya di ucapkan tapi benar di lakukan, Aksa selalu berpikir omongan Arlian hanya bercandaan mereka saja tetapi tidak.

"Kita udah dua kali melakukan hal tolol itu Sa" jujur Arlian lagi, dengan wajah yang menunjukan banyak kecemasan.

"Kalian gila ya, semakin aja ngga bisa lepas dan gue yakin Salbila juga ngga akan bisa lepas dari lo Arr."

"Ya emang itu tujuan gue, biar dia ngga bisa lepas dari gue"

"Lo menyesel ngelakuin hal itu?" tanya Aksa

"Menyesal Sa" ucapnya dengan nada frustasi.

"Langkah selanjutnya lo mau gimana Arr?"

"Carikan gue yang jual rumah"

"Hah?buat apa anjing?"

"Gue mau rumah itu jadi langkah awal gue buat meyakinkan Salbila dan keluarga dia, karena gue ngga akan membebankan mereka."

"Lalu?"

"Gue mau bicara sama orang tua gue, gue akan meminta mereka menikahkan gue dan Salbila. Dan gue akan datang ke rumah Salbila, meminta Salbila ke keluarganya untuk menjadi istri gue."

"Gue respect sama tanggung jawab lo Arr, tapi tetap aja cara yang kalian untuk mendapatkan status suami istri itu salah."

"Gue tau Sa, Gue salah. Lo pernah ngga ngerasain jadi gue? Cinta sama orang, sayang sama orang, melakukan semua cara buat bahagiain dia, tapi apa yang gue dapatkan? Ngga pernah ada kepastian sama hubungan kita. Gue ngga mau Sa, semua usaha gue cuma bisa gue lakukan di masa pacaran doang, gue mau itu semua terbalaskan dengan cara menikah." tegas Arlian.

"Gue tau Arr. Gue paham banyak kekhawatiran lo terhadap hubungan lo, gue tau lo takut Salbila menjadi milik orang lain sementara lo udah melakukan segala cara untuk bahagiain dia. Tapi, lo harus tau keraguan Salbila sama lo itu bersumber dari Bokap lo dan Bokap Salbila sendiri." Aksa menyadarkan Arlian bahwa tidak semua hal yang membuat hubungan mereka seperti tidak ada masa depannya tersebut karena orang tua mereka masing-masing, Arlian tidak bisa sepenuhnya menyalahkan kekasihnya tersebut sehingga melakukan hal keji terhadap Salbila.

"Udahlah, lo ikuti mau gue aja carikan rumah buat gue dan Salbila, Persoalan orang tua gue bisa sendiri" pasrah Arlian dengan ketus.

"Ya, nanti gue bantu gue ada kenalan soal itu".

Kita dan Perbedaan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang