chapter 21

736 127 249
                                    

Suara musik di dalam restoran kini terdengar samar-samar di telinga sunoo. Jika dia melakukan sesuatu yg bertentangan dengan mereka, apa mereka akan sungguhan menghukumnya? Apa yg akan mereka lakukan?. Enam orang itu kini menatap lekat kearahnya, jauh dari dalam dirinya, sunoo merasakannya. Merasa ingin kabur sejauh mungkin dari mereka. Tidak mau berurusan dengan mereka. Ntah lah, setelah mengenal mereka seperti ini, sunoo merasa sebaiknya memang tidak usah berurusan dengan mereka. Memang sebaiknya hanya mengagumi dari jauh saja. Andai saja sunoo bisa memilih, tapi posisinya sekarang bukan di tempat dia yg harus memilih, posisinya sekarang adalah keharusan yg harus dia tempati. Bahaya itu mengintainya, sunoo jelas dapat merasakannya. Namun bahaya itu... Lebih baik dari pada sunoo yg terus menangisi kematian mereka seperti di masa depan. Jadi, meskipun mungkin akan terjadi mala petaka di hidupnya, setidaknya sunoo tidak lagi menangisi kematian mereka.

Ponsel sunghoon yg ada di ada di atas meja berbunyi. Cowok itu meraih ponselnya, melihat ternyata ada pesan yg masuk. Tidak butuh waktu lama untuk membacanya. Sunghoon memandang yg lain. "Anak-anak lain udah nunggu di arena. Malam ini gue sama niki yg bakal turun."

"Ck, padahal Minggu lalu udah di kalahin tapi tetap aja gak kapok" Niki juga memeriksa ponselnya, melihat siapa lawanya malam ini

"Lumayan, lo bisa ambil motornya lagi". Jungwon menepuk bahu niki

"Kalau gitu ayo kita antar lo pulang." Jake memandang sunoo, dan setelahnya dia mulai memanggil pelayan untuk membayar makanan mereka.

Dari percakapan yg sunoo tangkap, mereka pasti ingin balapan lagi malam ini. Sunoo memejamkan matanya untuk sesaat, adapun hal yg paling sunoo benci di dunia ini adalah balapan. Penyebab kematian mereka adalah balapan, kecelakaan itu karena mereka balapan. Itu terjadi di penghujung Desember, di jalanan yg licin dan dingin. Malam itu, ntah bagaimana caranya enam orang itu turun ke arena sama-sama. Maka terjadilah kecelakaan beruntun, yg menyebabkan 10 orang meninggal, dan dua orang luka parah. Enam orang lainnya berasal dari sekolah lain. Itu tragedi yg cukup mengguncang Seoul. Siapa pula yg tidak mengenal mereka, kematian mereka di beritakan dimana-mana. Televisi, ponsel, radio, dan pemberitaan itu masih berdenging nyaring di telinga sunoo.

"Kak, bisa gak kalian gak usah balapan lagi." Kalimat itu sunoo ucapkan ketika mereka semua sudah berada di luar restoran.

Kalimat sunoo itu berhasil membuat langkah kaki mereka terhenti. Heesung memasukkan tangannya kesaku jaket memandang sunoo dengan alis terangkat. "Maksud lo?"

"Aku bilang, kalian gak usah balapan lagi." Sunoo mengulangi ucapannya

Jay dapat melihat ekspresi serius di wajah cantik itu. "Kenapa lo bilang gitu?"

Sunoo meremat sisi tasnya. "Karena aku gak suka. Aku gak suka kalian balapan."

Lengang. Enam orang itu untuk beberapa saat tidak mengatakan apapun. Dan mata tajam itu lagi-lagi menatap lekat kearah sunoo, seolah mata mereka menembus kepala sunoo dan membaca apapun yg kini sedang sunoo pikirkan.

"Aku mau kalian berhenti balapan." Sunoo tau permintaannya terlalu terang-terangan dan tak mendasar bagi mereka. Terlebih, memangnya sunoo siapa? Hingga berani melarang mereka untuk itu.

"Orang tua kita bahkan gak berani ngelarang. Dan lo?" Suara sunghoon terdengar dingin. "Asal lo tau, kita udah lama balapan sebelum kenal sama lo. Sunoo."

"Cuma karena lo gak suka kita balapan, itu gak cukup jadi alasan buat kita berhenti balapan." Jake menambahkan lagi

Kini niki dapat melihat mata cantik itu nampak mulai berkaca-kaca. Tapi begitulah adanya, mereka tidak mungkin berhenti balapan hanya karena sunoo tidak suka. Karena balapan, adalah salah satu kesenangan yg mereka lakukan agar otak gila mereka tidak lepas kendali. Agar keinginan untuk membunuh seseorang setidaknya bisa di redam. "Jangan nangis lagi sunoo. Mungkin waktu itu lo bisa nyuruh kita buat berhenti minum, tapi buat balapan itu hal yg sulit."

Destiny || Kim.SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang