chapter 23

717 114 106
                                    

Beberapa hari kemudian, tahu-tahu sunoo sudah ada di dalam pesawat sekarang. Jet pribadi itu tengah terbang dalam perjalanan membawa mereka menuju Milan. Tubuh sunoo luar biasa tegang membayangkan apa yg akan terjadi di Milan. Sunoo tahu dia tidak akan bisa mundur apalagi kabur. Sunoo memandang enam orang itu, yg seperti biasa terlihat sangat tampan. Mereka mengenakan pakaian kasual, dan jantung sunoo sudah sedari tadi berdebar-debar tak menentu. "Kak, kalian bilang apa ke ayah? Kok dia setuju izinin aku ikut kalian?"

Enam orang itu yg mendengar pertanyaan sunoo hanya tersenyum tipis. Karena memang sunoo tidak pernah tahu bahwa mereka kerap kali menemui ayahnya di belakang sunoo. Satu hari yg lalu, bahkan sunghoon, jungwon, jay, dan heeseung harus membawa ayah mereka untuk menemui ayahnya sunoo. Ayahnya sunghoon dan jungwon yg notabenya memang sudah berteman dengan ayahnya sunoo itu jadi gampang saja bagi mereka untuk cocok. Dan sore itu mereka main golf bersama. Ayahnya jay dan ayahnya heeseung juga tidak butuh waktu lama untuk akrab dengan ayahnya sunoo. Karena ayahnya niki dan jake tidak ada di Korea jadi dua orang itu tidak bisa membawa ayahnya. Andai saja ayahnya niki dan jake juga ada di Korea, pasti mereka sudah bergabung. Begitulah usah mereka untuk mendapatkan hati ayahnya sunoo. Dan usaha mereka membuahkan hasil, lihatlah sekarang sunoo sudah bersama mereka. Ya walaupun sebelumnya mereka harus memohon, dan menebar banyak janji untuk menjaga sunoo sebaik mungkin.

"Kak?" Sunoo masih menunggu jawaban mereka.

Jake berdehem. "Ya kita minta izin baik-baik. Terus di izinin, kan kita mau bawa lo jalan-jalan ngabisin akhir pekan di Milan."

Sebenarnya sunoo agak kurang yakin dengan jawaban itu. Pasti mereka melakukan sesuatu di belakang sunoo. Namun untuk kali ini sunoo  hanya menanggapi dengan anggukan kecil.

Sunghoon melirik jam di pergelangan tangannya, masih ada tiga belas jam penerbangan. Dia memandang sunoo, mereka jelas dapat merasakannya bahwa sejak mereka menjemput sunoo tadi, sunoo sudah nampak tegang. "Ada kabin di belakang, lo bisa istirahat atau tidur disana."

Jet pribadi ini memang tersedia satu kamar. Sunoo bisa menggunakannya, dan mereka berenam tetap tidur di kursi penumpang.

Niki melihat sunoo yg hanya mengangguk kecil menanggapi ucapan sunghoon. "Sunoo lo gak perlu tegang gitu. Kita pergi kan buat senang-senang."

"Aku enggak tegang." Sunoo memperbaiki posisi duduknya. Sial, apakah wajah tegangnya begitu kentara? Sepertinya iya.

Tangan jay meraih gelas sampanye, menikmati minuman itu. "Lo tegang. Kenapa hmm, lo khawatir tentang nanti malam?"

Wajah sunoo merah padam. Heeseung terkekeh geli. "Masih beberapa jam lagi kok, lo masih bisa persiapin diri."

Sunoo merasakan wajahnya menghangat, darahnya naik ke wajah sampai ke telinga. Apalagi kini enam orang itu memandangnya dengan senyum jahil. Sunoo membuka mulut, dan sunoo harap suaranya tidak gemetar. "Kak, kalian serius tentang itu..."

"Iyalah, gue bahkan semalam gak bisa tidur mikirin hal itu. Saking excited nya." Jake juga meneguk gelas sampanye nya.

"Kita udah sepakat kan tentang ini. Lo gak bisa kabur sunoo. Malam ini, malam ini bakal jadi malam pertama kita." Sudut bibir jungwon terangkat membentuk senyuman.

Sontak sunoo merasakan panas dingin di sekujur tubuhnya. Sunoo memandang mereka ragu-ragu, lalu kalimat itu melucur begitu saja dari mulutnya. "Kalian udah pernah kak?"

Alis jay terangkat. "Maksud lo having sex?", Melihat sunoo mengangguk, hal itu sukses buat jay tersenyum geli. "Kenapa kalau kita udah pernah? Atau kenapa kalau kita belum pernah? Lo takut yaa kita gak berpengalaman... Tenang aja, meskipun belum pernah kita bakal pro kalau sama lo."

Destiny || Kim.SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang