chapter 41

501 82 337
                                    

Manik kecoklatan milik Sunoo hanya bisa menyorot sendu. Sunoo mengalihkan pandangannya pada jendela pesawat, gelap di luar... Sama seperti hatinya. Sunoo mencintai enam orang ini, tapi lebih dari itu tentu saja Sunoo juga mencintai orang tuanya. Jadi keputusan apa yg akan dia ambil? Jika mereka bisa di ajak bicara baik-baik semuanya tidak akan menjadi seperti ini. Namun mereka, pacarnya itu luar biasa keras kepala dan egois. Jika mengikuti pikiran rasionalnya, tentu saja sunoo akan lebih memilih orang tuanya. Tapi sunoo juga tidak bisa tutup mata dengan konsekuensinya, enam orang ini gila, mereka pasti melakukan hal-hal yg membuat sunoo mungkin akan sangat menyesal dikemudian.

Sunoo tidak akan kembali kemasalalu hanya untuk melihat orang tuanya mati di tangan pacarnya sendiri. Tidak juga melihat pacarnya itu nekat mati bunuh diri karena kegilaannya.

Enam orang itu masih berlutut di depan Sunoo, melihat wajah cantik sunoo-nya yg kini nampak pucat. Mata indah itu menyorot sendu, jejak air mata masih kentara di pipi putihnya. "Sayang..." Panggil mereka lembut, mereka juga memegang tangan lembut sunoo yg kini tangan itu terasa dingin

Sunoo mengalihkan pandangannya, memandangi pacarnya satu persatu. "Ntah kenapa sekarang aku jadi ragu, Kak. Apa benar selama ini kalian cinta sama aku? Cinta jenis apa yg pasang kamera di kamar pacarnya juga sadap ponselnya, kalian ngawasin aku 24 jam? Cinta jenis apa yg kasih pacarnya makan daging manusia? Cinta jenis apa yg dari awal udah gak ada kejujuran?..."

Mendengar pertanyaan sunoo itu, enam orang itu tiba-tiba berdiri. Osidian hitam itu kini menatap sunoo dengan tatapan tak terbaca. "Kita cinta sama kamu, Sunoo. Kenapa sekarang kamu jadi kayak para orang tua itu yg meragukan rasa cinta kita."

"Kita pasang kamera yaa karena mau liatin kamu, kamu kan tahu kita gampang kangen sama kamu. Gak bisa jauh-jauh dari kamu." Sunghoon menyugar kebelakang rambutnya lalu berjalan untuk menuangkan minuman beralkohol ke gelasnya

Jay membuka jaketnya dan melemparnya sembarangan ke kursi. "Kita sadap ponselmu karena gak mau para orang tua itu kasih tahu kamu yg sebenarnya. Gak mau hubungan kita jadi kacau kayak gini."

Heeseung kembali duduk di kursinya. Cowok itu juga membuka jaketnya. "Soal daging manusia. Oke, kita minta maaf buat itu kalau kamu gak suka. Yaa, kita kira kamu bakal suka... Makanya setiap makan kita tanya, kamu suka gak? Terus kamu jawab suka kan."

Jawaban orang gila. Semua itu jawaban gila. Sunoo menahan dirinya untuk tidak kembali muntah, perutnya rasanya kembali bergejolak. Sunoo mengatur nafasnya.

Jungwon memperhatikan reaksi sunoo, dia jelas tahu kalau sunoo kembali mual. "Soal jujur, lagian orang gila mana yg mau jujur. Kamu pasti langsung kabur kalau beberapa bulan lalu saat kita masih pdkt, terus kita jujur kalau kita adalah psikopat, pembunuh, juga pemakan daging manusia. Gak yakin kamu mau pacaran sama kita, Sunoo."

"Di tambah beberapa bulan lalu kan kamu masih cinta banget sama Si sepuluh tahun, bisa-bisa kita gak akan dapat kesempatan sama sekali." Tambah Niki lagi apa adanya

Sunoo memijit pelipisnya. Sebelum mengetahui bagaimana mereka sebenarnya seperti ini, sunoo pun sudah tahu kalau mereka memang agak-agak. Tapi ini, ini benar-benar sudah di tahap yg mencengangkan. Sunoo kehilangan kata-katanya. Pacarnya sungguhan gila.

"Sayang, kamu pusingkah? Mau minum obat atau sini aku pijit..." Jake bertanya dan hendak mendekati sunoo namun sunoo lebih dulu menggeleng dan menjawab tidak

Ini bukan pusing lagi. Kepala sunoo rasanya mau pecah. Namun dalam situasi seperti ini sunoo tidak boleh ikutan gila. Bukankah dia seorang psikolog? Dia sudah pernah bertemu dengan klien psikopat sebelumnya. Mereka ini jenis manusia yg tidak bisa di paksa, jadi ibaratnya jangan sampai sunoo menghidupkan sumbu yg bisa-bisa membuat mereka terbakar meradang dan lepas kendali. Mereka pacarnya, Sunoo masih bisa mengendalikan mereka secara halus.

Destiny || Kim.SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang